Mohon tunggu...
Risma Fajar Rahayu
Risma Fajar Rahayu Mohon Tunggu... Insinyur - do what u can do, write what u can write, imagine what u can imagine

Seseorang yang senang menulis.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Satu Langkah Menuju...

27 Maret 2019   06:23 Diperbarui: 27 Maret 2019   08:36 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah gender adalah permasalahan utama dalam berkarir? Bukan, lalu? Let's see. Semakin tingginya angka kelahiran, semakin meningkatnya populasi pertumbuhan penduduk yang akan menambah meningkatnya kebutuhan kerja. 

Pekerjaan yang sesuai kualifikasi, sesuai yang diharapkan merupakan satu dari sekian banyaknya masalah dalam suatu karir. Sedikitnya lapangan pekerjaan yang tersedia sangat berbeda dengan pesatnya jumlah penduduk yang tetus meningkat dan sangat jauh tidak seimbang.

Lalu di 21st century, generasi muda yang harus mengikuti perkembangan jaman dengan kemajuan teknologi yang pesat, merupakan permasalahan selanjutnya yang harus dihadapi.

 Jika tidak memiliki kecerdasan dalam menghadapi perubahan jaman yang akan sangat berpengaruh terhadap karir, dengan lebih memantaskan diri dan memahami akan dirinya sendiri. 

Permasalahan selanjutnya adalah persentase rata-rata orang yang sudah memiliki pekerjaan namun ia merasa bahwa pekerjaannya tidak membuatnya nyaman, sehingga ia memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan tersebut, karena merasa tidak mampu menyelesaikan pekerjaan yang sudah ditugaskan kepadanya.

Garis kesimpulan dari permasalahan yang menyangkut pautkan dengan karir tersebut adalah seberapa mampu kita memiliki perencanaan karir untuk masa depan sesuai dengan perkembangan jaman. Karir merupakan kualitas jual dirimu sendiri terhadap setiap tahapan proses dalam mematangkan dan memantaskan diri.

Semua orang ingin berkarir tinggi, semua orang ingin bekerja. Namun, untuk mencapai puncak karir tertinggi bergantung pada usaha, kualitas, dan tak lupa ada campur goresan takdir di dalamnya. 

So, untuk kamu yang masih dalam tahap pejuang menuju puncak tertinggi tetaplah terus untuk berlari, denga tetap menjadi dirimu sendiri tanpa membandingkan dengan diri dan hasil  pencapaian orang lain.

 Karena, orang hebat terlahir dari ia yang mau berusaha bangkit ketika ia gagal dan gagal, yang mau berusaha dengan lapang menerima kekurangan, saran dan masukan dan memperluas wawasan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun