I
ENGKAULAH ABADI
Saat senja menyelimuti kota,Â
sadarku akan hadir-MuÂ
melukiskan keindahanÂ
di atas kesunyianÂ
paling sunyi.Â
Engkaulah sebab yang tidak bersebab.
Engkaulah yang tak terhingga.Â
Engkaulah yang tak terbatasÂ
oleh ruang dan waktu.
Engkaulah abadi.
Makassar, 2021.
 II
HAL
HalÂ
yang paling
mengganjal dipikirankuÂ
saat ini adalah:
tidak bisaÂ
menghapus
dan melumpuhkanÂ
ingatan tentang dirimu
dan itu membunuhku
Makassar, 2021
III
AKU
Aku seorang lelaki
pengepul huruf-huruf
dari waktu ke waktu bahkan
tahun ke tahun.
Hidupku tidaklah berguna
untuk siapapun kecuali:
untuk kesenangan
diriku sendiri.
Aku tidak tahu di luar sana
orang-orang mengenalku atau tidak:
yang aku tahu waktu terus berputar
dan hidup terus berjalan.
Ketika Chairil Anwar menulis puisi : AKU
Sebenarnya ia menulis tentang suatu yang diluar dari dirinya.
Mungkin saja puisi itu tentang aku:
lelaki yang tidak melakukan apa-apa
selain mengeja waktu sebagai pengepul
huruf-huruf yang mati.
Sebab aku adalah huruf-huruf
yang dinafikan lagi dan lagi.
 Makassar, 2021
IV
SAMPAI JADI DEBU
Jika air inti dari bumi yang dibicarakan Thales, maka engkaulah inti dari nafas hidupku.
Jika engkau adalah rumah dari cinta,ijinkanlah aku tinggal di dalamnya, sebab hanya di rumahmu cintaku bersujud di atasnya.Â
Jika engaku adalah kerinduan yang di kirim Tuhan kepadaku, maka engkau adalah jawaban dari segala doaku.
Akhirnya engkau dan aku menjadi kita, adalah sebuah ketetapan dari Yang Maha Kuasa.Â
Sampai jadi debu
Makassar, 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H