Mohon tunggu...
Isma Nita
Isma Nita Mohon Tunggu... -

pemburu ilmu,....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sandiwara Seribu Wajah

20 November 2011   02:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:26 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Atas kehidupan yang selalu mengalir bersama aliran waktu.Atas setiap skenario yang telah ditetapkan Allah atas diri hambanya. Seorang hamba yang hidup didunia, tinggal menjalankan dengan baik peran yang diberikan Allah kepada dirinya. Peran-peran itu adalah takdir.Kadang berperan sebagai tokoh protagonist, kadang berperan sebagai tokoh antagonis. Peran-peran ini lah yang harus dimainkan manusia dengan sebaik-baiknya. Dengan masing-masing peran yang dimainkan inilah, pelajaran-pelajaran kehidupan akan di ambil. Kalau kita boleh anggap bahwa kehidupan ini ibarat panggung sandiwara, meminjam judul lagunya Nike Ardilla.Dan kita tahubahwa Allah adalah sang maha pembuat skenario dari setiap jalan cerita yang dimainkan oleh.

Sebelum peran-peran ini dimainkan.Allah swt telah mengadakan perjanjian dengan para tokoh untuk memainkan peran ini dengan sebaik-baiknya.Perjanjian-perjanjian ini diikat dengan sebuah materai nurani yang selalu mengingatkan sang tokoh dengan perjanjiannya tersebut dengan Allah. Ada reward (penghargaan) yang dijanjikan Allah bila sang tokoh menepati perjanjiannya.Dan ada funishment yang ditetapkan bila ada pelanggaran.Tak tanggung-tanggung penghargaanya berupa Syurga. Luar biasa.Menggapainya perlu pengorbanan yang tidak sedikit. Dan funishmentnya juga tidak kalah dahsyat ialah neraka. Setelah perjanjian deal, maka sang tokoh menandatangani kontrak kerja.Kontrak kerja ini macam-macam durasi waktunya,sesuai dengan kesepakatan.Ada yang Cuma sebulan, setahun, sepuluh tahun bahkan ada yang sampai seratus tahun.

Seiring dengan perjalanan waktu, dalam memainkan perannya ternyata banyak sekali paratokoh ini menyatakan tidak puas dengan perannya.Padahal dari awal sudah diingatkan oleh Allah bahwa setiap peran yang dipilihkan akan mempunyai resiko tersendiri. Kawan berikut contoh ketidak puasan seorang tokoh sandirawa hidup terhadap perannya. Ia protes kepada Allah, kenapa ia harus berperan sebagai orang miskin, papa dan hina?. Kenapa Allah memberikan peran yang tidak sesuai dengan keinginannya?. Kenapa peran orang kaya dan terhormat Allah berikan kepada orang lain?. Kenapa Allah selalu memberikan peran yang harus menumpahkan kesedihan dan air mata?.Kenapa Peran-peran ini harus dimainkan dalam episode-episode yang panjang?. Yang kadang skenario ceritanya tidak bisa ditebak endingnya. Kenapa Allah bisa setega itu memperlakukannya seperti itu.Terus mengeluh dan bertanya kenapa?. Yah begitulah tokoh-tokoh ini tidak sabar dengan peran yang dimainkannya. Dan ia telah lama lupa dengan kontrak kerjanya. Dan dia berkata “ Aku tidak sanggup ya Allah”.

Lalu Allah memberikan kesempatan kepada tokoh diatas untuk melihat peran orang lain yang dijadikan kaya dan serba berkecukupan.Dan ternyata, sang tokoh juga tidak puas dengan perannya.Kenapa peran yang Allah berikan kepadaku menjadikan aku seperti ini?. Tidak punya waktu untuk diri sendiri karena sibuk mengurus harta?.Kekayaan yang diberikan membuatnya, gampang melakukan apa saja yang dia mau termasuk melakukan kemaksiatan.Kemudahan-kemudahan yang diberikan membuat hidup tidak pernah puas, tidak ada tantangan dalam pencapaian sebuah keinginan?.Tidak dekat dengan keluarga, karena tidak sempat saling memberi perhatian, sibuk.Anak-anak hanya dididik dengan uang yang dikumpulkan bukan dengan kedekatan dan kasih sayang. Bahkan kadang sang tokoh lupa pada pembuat skenario.Bahkan kadang sang tokoh berusaha mengalabui pembuat skenario dengan mencoba membuat skenario baru.

Setiap peran itu mempunyai masanya.Tidak akan lama.Semua akan berakhir. Episode-episode yang kita mainkan akan berakhir.Layar akan digulung. Kontrak kerja harus diakhiri. Panggung akan dibongkar. Dan kita akan sendiri lagi. Sepanjang waktu kita memainkan peran.Ada kalanya kita akan mendapatkan tepuk tangan dan pujian.Ada kalanya dilempar dan dimaki. Tapi begitulah hakikat sebuah peran dalam permainan dan sandiwara hidup ini. Penonton akan pulang dengan pelajaran yang diambil.Ketika peran kita memberikan pelajaran bagi orang lain. Maka disitulah keberadaan kita sebenarnya.

Kawan ku,..

Hidup ini memang seperti panggung sandiwara, setiap peran yang diberikan Allah pasti akan mempunyai hikmah untuk hidupnya dan hidup orang lain.setiap peran mempunyai jalan cerita sendiri. Penghargaan berupa syurga hanya diberikan Allah pada orang-orang tertentu saja.Kawan, mungkin termasuk kita kadang tidak tahan dengan ujian-ujian ini.Karena hakikat syurga ini, dikelilingi hal-hal yang tidak menyenangkan.Berkebalikan dengan neraka.Ia selalu dikelilingi dengan hal-hal menyenangkan. Semua seolah indah dipandang mata.Disinilah manusia sering tergelincir karenanya.

Walaupun hidup ini bagai panggung sandiwara, tapi masing-masing kita masih bisa memilih peran untuk kehidupan kita. Mengubah takdir dengan berjuang memperbaiki diri.Lihat contoh sahabat yang dulunya berperan sebagai tokoh antagonis pada mulanya. Umar ibnu khattab dan Fudhail bin iyadh cukup dari mereka memetik pelajaran hidup. Bukankah kita tahu bahwa kedua orang itu begitu buruk kelakuan mereka sebelum masuk islam. Kehadiran mereka membuat orang ketakutan.Keberadaannya menimbulkan kerusakan. Tapi setelah dicelup dengan warna islam.Semua berubah. Pribadinya jadi panutan.Kata-katanya layak jadi tuntunan. Kelakuannya layak dijadikan teladan. Coba dengarkan nasehat Umar bin khatab ra yang luar biasa ini, “Kita adalah kelompok orang yang dimuliakan melalui islam.Andai kita mencari kemuliaan dari selain islam, pasti Allah akan menghinakan kita.

(*  baru belajar menulis,.. kalau anologinya agak ngawur tolong dimaklumi,.. mohon saran perbaikannya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun