Mohon tunggu...
Isman Anshori
Isman Anshori Mohon Tunggu... Pelaut - netizen

netizen

Selanjutnya

Tutup

Money

Entah Kapan ???, Para Petani Hidup Bagai Orang di Kota

24 September 2011   17:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:39 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

[caption id="attachment_137224" align="alignleft" width="300" caption="pak tani (sumber : salafiyunpad.wordpress.com)"][/caption] Kalimat diatas adalah penggalan lirik lagu slank "pak tani" dan sampai saat ini, pertanyaan tersebut belum terjawab.

Hari ini adalah Hari Tani Nasional ke -51. Namun menurut Saya, tidak banyak petani yang tahu tentang "Hari Tani Nasional", serta apa itu Undang-undang Pokok Agraria No.5/1960.

Alasanya sederhana, para petani Kita adalah orang-orang yang berpikir sedehana. Sehingga yang ada dibenak mereka adalah menanam, merawat, memanen, menjual dan menikmati keuntungan (kalau ada). Siklus ini akan berulang terus sampai mereka pensiun, yang ditandai dengan hilangnya kekuatan fisik untuk pergi kesawah.

Kalau jumlah organisasi yang mengandung kata petani dijadikan tingkat kepopuleran, maka kelompok petani merupakan kumpulan yang banyak mendapat perhatian. tengok saja, mulai dari kementertian Pertanian, Kampus (IPB), Visi Partai Politik (Visi mensejahterakan wong cilik), NGO (HKTI, desa sejahtera) dll, adalah badan yang diciptakan untuk petani.

Namun demikian, kelompok petani masih merupakan kelompok yang marginal. Alasanya sederhana, pekerjaan sebagai petani adalah pekerjaan yang tidak diinginkan. Nilai pendapatan serta posisi dalam tata niaga yang rendah adalah alasan yang menjadikan pekerjaan petani bukan pilihan pekerjaan yang utama.

1) Pendapatan rendah

Setahu Saya, tidak ada orang yang menjadi kaya dengan hanya mengandalkan pekerjaan bertani. Harga komoditas yang dikontrol pemerintah menyebabkan harga komoditas ini cenderung stabil dari masa ke masa. impor beras serta ketidakmampuan bulog untuk membeli beras diatas HPP adalah sesuatu yang tidak disukai petani.

2) Posisi tata niaga yang rendah

Seperti dipaksa, para petani harus mengikuti harga yang ditentukan oleh para tengkulak. Kekurangan modal waktu panen, menyebabkan mereka menjual komoditas mereka dengan harga yang rendah.

Konsorsium

Terlintas ide untuk mendirikan konsorsium terdiri atas para petani, yang bertugas membuat marketing plan layaknya perusahaan mapan, seperti menyusun harga produksi, margin keuntungan, harga penjualan serta manajemen pemasaran.

Selain memangkas mata rantai penjualan yang panjang (petani->para tengkulak->konsumen), mereka juga mempunyai kekuatan untuk menentukan harga dan keuntungan, sehingga berfungsi sebagai reward yang memacu petani untuk mengembangkan usaha pertanianya, sehingga masa edensor akan terwujud.

Gambaran "masa edensor" bagi petani yaitu ketika Petani Kerja rutin kontrol sawah naik harley, menghitung laba panen dengan bantuan komputer dan mengirim order beras dengan helikopter (terinspirasi dari lagu "pak tani", slank).

Selamat Hari Tani Nasional

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun