Mohon tunggu...
Ismaliyana
Ismaliyana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Teknologi Yogyakarta

.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Perang Israel dan Palestina dalam Perspektif Neorealisme

17 November 2022   09:39 Diperbarui: 17 November 2022   14:54 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

          Neorealisme  memandang bahwa aktor negara merupakan aktor utama dalam Hubungan Internasional dan Sistem internasional yang anarkis sehingga menimbulkan perilaku masing-masing negara yang bersaing  memperebutkan kekuasaan dan menjadi yang paling dominan dibandingkan negara lainnya.Neorealisme menjelaskan bahwa setiap negara yang ada di dunia memiliki kedudukan yang sama dalam sistem internasional, Sehingga yang dapat membedakan satu negara dengan negara lain adalah kapasitas yang dimiliki masing-masing negara tersebut. Neorealisme  mengutamakan permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan  keamanan internasional.Oleh karena itu, setiap negara harus berusaha untuk menjaga keamanannya sendiri dalam mencapai suatu Balance of Power yang merupakan tujuan yang akan dicapai oleh semua negara di dunia. Kekuasaan sendiri merupakan indikator yang sangat penting dan berpengaruh dalam sistem internasional, yang membuat setiap negara di dunia bersaing untuk memperebutka kekuasaan (power) sebanyak-banyaknya, karena dengan kekuatan yang besar dapat membuat satu negara menjadi dominan dan dapat memudahkan negara untuk mencapai apa yang bermanfaat bagi kepentingannya.

Konflik Israel-palestina (foto ilustrasi:AP)
Konflik Israel-palestina (foto ilustrasi:AP)

        Salah satunya konflik yang dapat dijelaskan dari perspektif neorealisme, adalah konflik Israel-palestina .Dimulai pembentukan Israel pada tahun 1948 serta Israel menjadi sebuah negara berdasarkan deklarasi Resolusi Majelis Umum PBB 181 pada tahun 1947 tentang pembagian tanah historis. Pembagian sebesar 55 persen tanah palestina terhadap Israel, alasannya karena israel tidak memiliki tanah yang resmi untuk menetap.  Namun, Israel  melakukan penambahan wilayah dengan paksa terhadap Palestina dengan meminta penambahan sebesar 23 persen sehingga luas wilayah Israel menjadi 78 persen dari total tanah.Kemudian pada tahun 2021 wilayah kekuasaan Palestina menjadi kecil. Palestina hanya memiliki 15 persen wilayahnya.Di sisi lain,Israel berhasil menguasai 85 persen wilayah Palestina. Sehingga dampak dari perluasan Israel ini  membuat warga sipil Palestina harus berpindah tempat.
       Dalam hal ini, menunjukkan adanya penindasan terhadap warga sipil Palestina yang berlangsung secara terus-menerus. Pendapat utama dalam kasus ini yaitu adanya ketidakadilan yang didapatkan oleh individu-individu Palestina yang tidak mendapatkan hak untuk hidup secara damai disebabkan konflik antar kedua negara tersebut. Dalam hal ini, kaum neorealis tidak menyetujui individu Palestina karena kaum neorealis hanya berfokus pada negara, bukan individu. Dengan demikian, diskusi tentang individu dalam konflik Israel-Palestina diabaikan. Dengan menggunakan perspektif neorealis, akan sulit memberikan solusi atas permasalahan konflik yang muncul.    

Apa kaitannya dengan Neorealisme?

Kaitannya dengan perspektif neorealisme, adalah bahwa penggabungan konflik Israel dan Palestina dengan perspektif neorealisme, menjadi jelas bahwa setiap negara, baik Israel maupun Palestina, memiliki kepentingan nasionalnya masing-masing. Dari sudut pandang neorealisme, dapat dilihat bahwa penerapan sistem relative gain, yaitu lebih baik meningkatkan kebijakan keamanan untuk  memperkuat diri dan melemahkan lawan, daripada menyerang musuh.     

      Dalam pandangan neorealisme, Israel  merupakan negara dengan Power besar karena memiliki wilayah yang luas. Sehingga dari  Power Israel ini dapat digunakan untuk mempengaruhi negara di sekitarnya, salah satunya negara Palestina. Mengapa harus Palestina? Menurut Pendapat neorealis,ia mengatakan bahwa Israel adalah negara dengan kekuatan yang cukup besar, karena dari powernya besar maka tidak akan pernah lepas dari namanya perang, sehingga Israel tidak akan terlepas dari namanya perang. Oleh karena itu,ketika penegasan kepentingan nasional suatu negara dapat dihalangi ataupun dipengaruhi secara negatif oleh negara dengan power yang besar  maka negara yang memiliki power rendah akan berdampak. Dalam hal ini, Israel menggunakan power nya untuk mempengaruhi Palestina dengan berbagai cara agar kepentingan nasionalnya menjadi tidak  tercapai karena Palestina yang power rendah tidak dapat melawan Israel yang memiliki power yang lebih besar. Dari perspektif neorealisme, asal-usul konflik antara Israel dan Palestina tidak bisa disebabkan oleh sifat alamiah yang dimiliki  kedua negara melainkan karena sistem internasional nya yang bersifat anarki. Dimana Sistem  anarkis ini memaksa negara-negara untuk terus berusaha memajukan kepentingan nasionalnya dan mendapatkan power yang besar, agar dalam mengejar hal-hal tersebut timbul perselisihan dan perang.

Kesimpulan 

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa konflik antara Israel dan Palestina adalah konflik yang diakibatkan oleh Israel memperluas wilayahnya terhadap Palestina, yang mengakibatkan penciutan wilayah Palestina dan penindasan terhadap warganya. Konflik ini berlanjut karena Israel memiliki kekuatan yang cukup untuk terus mempengaruhi Palestina. Pendekatan neorealis yang lebih berorientasi negara membuat perspektif ini tampak lemah sebagian karena gagal mengatasi dampak ekspansi teritorial Israel yang menindas Palestina. Neorealisme lebih melihat kepentingan nasional masing-masing negara dan seberapa besar kekuatan yang dimilikinya. Perspektif neorealis juga menjelaskan bahwa konflik dapat muncul dari adanya sistem internasional yang anarkis yang sangat mempengaruhi kedua negara.

Referensi:

1. waltz, Kenneth N. 1979. Theory of international Politics. Reading, MA: Addison-Wesley Publishing Company,Inc

2. Kaufman, Joyce P. 2022. Introduction to International Relations : Theory and Practice. Langham: Rowman & Littlefield.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun