Mohon tunggu...
Isma Nuryani
Isma Nuryani Mohon Tunggu... Guru - Guru sekolah dasar di wilayah kabupaten Cilacap

Seorang guru sekaligus Ibu dari dua anak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi: Modul 2.3 Coaching Untuk Supervisi Akademik

30 Maret 2023   12:57 Diperbarui: 30 Maret 2023   13:09 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada awalnya saya pikir coach adalah pelatih yang biasa digunakan dibidang olahraga. Setelah saya mempelajari modul Coaching untuk supervisi ternyata saya salah mengartikan arti coach. Coaching adalah sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis. Saya pun berfikir apa bedanya dengan mentoring, training, dan konselingdalam? Ternyata berbeda, mentoring adalah membantu mengatasi kesulitan seperti transfer ilmu. Konseling lebih berfokus pada pemecahan masalah untuk merubah sikap. Training itu pembelajaran tentang pekerjaan.

Melihat arti dan makna yang berbeda, saya semakin penasaran apa itu coaching sebenarnya terutama dalam dunia pendidikan. Sehingga setelah mempelajari modul 2.3 ini, saya membuat kesimpulan sebagai berikut.

Seperti yang sudah saya tulis di atas bahwa coaching adalah sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis.
Paradigma coaching sendiri ada empat yaitu :
1. Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan
2. Bersikap terbuka dan ingin tahu
3. Memiliki kesadaran diri yang kuat
4. Mampu melihat peluang baru dan masa depan
Sedangkan prinsip coaching ada tiga yaitu kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi coaches. Dan kompetensi inti coaching ada empat yaitu kehadiran penuh, mendengarkan aktif, mengajukan pertanyaan yang berbobot serta mendengarkan dengan RASA. Tahapan yang digunakan dalam coaching adalah Alur TIRTA  (Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi, Tindak lanjut)

Salah satu kompetensi inti coaching adalah kehadiran penuh. Dan kehadiran penuh merupakan bagian dari kesadaran diri yang akan membantu munculnya paradigma berpikir dan kompetensi lain saat kita melakukan percakapan coaching. Proses coaching dalam pembelajaran yaitu sebagai komunikasi pembelajaran antara guru dan murid. Dalam hal ini murid diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya. Secara tersirat coaching erat kaitannya dengan pembelajaran berdiferensiasi yaitu dengan pembelajaran yang menyesuaikan kebutuhan murid.  

Adapun keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin  pembelajaran yaitu ketika guru hadir secara penuh pada saat kegiatan pembelajaran, mendengarkan  secara aktif keluh kesah murid, menggali kemampuan murid dengan mengajukan pertanyaan berbobot serta mendengarkan murid dengan RASA. Sebagai pendidik yang memiliki peran 'pamong' dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi murid,. Diharapkan murid tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya. Hal ini menunjukan pembelajaran sosial emosi. Untuk itu guru harus memiliki kemampuan coaching yang baik.

Ini adalah materi yang luar biasa bagi saya  banyak sekali manfaat untuk saya sebagai pendidik. Coach bukan hanya untuk murid saja, tetapi dapat digunakan juga untuk rekan sejawat sesama guru.

Dari kompetensi yang ada membuat pertanyaan berbobot belum sepenuhnya saya kuasai. Pertanyaan berbobot yang membantu coachee mengingat, merenung, dan merangkai fakta sehingga dapat memahami apa yang terjadi pada dirinya. Hal ini terjadi ketika saya melakukan coach dengan murid, pertanyaan saya langsung pada permasalahan, dengan menggunakan kata mengapa. Hal ini membuat murid saya hanya terdiam dan tidak berani menjawab. Dan setelah mempelajari ini saya menyadari bahwa pertanyaan yang menggali potensi bukanlah pertanyaan yang menghakimi coachee.

Sedangkan kelebihan yang saya miliki adalah saya mampu hadir secara penuh dalam kegiatan coaching,. Kehadiran penuh ditandai dengan menatap mata lawan bicara, meberikan respon terhadap masalah yang diceritakan, berusaha fokus dengan coachee dan tidak melakukan aktifitas lain selain  mendengarkan coachee. Ini terjadi ketika rekan sejawat saya yang lalu menceritakan permasalahannya di kelas. Saya secara penuh hadir dalam cerita tersebit, sehingga coachee merasa tenang dan nyaman.

Sebagai tindak lanjut pembelajaran ini, kedepannya saya akan menerapkan coaching dengan alur TIRTA. Percakapan dengan alur TIRTA memudahkan coach untuk menggali potensi yang ada pada coachee. Melatih diri untuk membuat pertanyaan berbobot, serta hadir secara penuh dengan mendengarkan aktif apa yang disampaikan coachee.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun