Mohon tunggu...
Isma Nuryani
Isma Nuryani Mohon Tunggu... Guru - Guru sekolah dasar di wilayah kabupaten Cilacap

Seorang guru sekaligus Ibu dari dua anak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jurnal Dwi Mingguan Modul 1.4 Budaya Positif

21 Desember 2022   04:58 Diperbarui: 21 Desember 2022   05:13 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

JURNAL DWI MINGGUAN

MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF

( ISMA NURYANI )

            Dua minggu ini, saya banyak belajar tentang modul 1.4 Budaya Positif dengan paradigma barunya. Yang pertama saya belajar tentang teori kontrol. Menurut Dr. William Glaser yang menjabarkan beberapa miskonsepsi tentang makna kontrol yaitu  ilusi guru mengontrol murid, ilusi bahwa semua penguatan positif efektif dan bermanfaat, ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa bersalah dapat menguatkan karakter, ilusi bahwa orang dewasa memiliki hak untuk memaksa. Dari beberapa miskonsepsi tersebut diluruskan dengan adanya teori kontrol atau teori pilihan (Dr. William Glaser) yaitu :

  • Anda tidak bisa mengontrol orang lain.
  • Hanya anda yang bisa mengontrol diri anda.
  • Semua prilaku memiliki tujuan.
  • Model berfikir menang-menang.
  • Kolaborasi dan konsesus menciptakan pilihan -- pilihan baru.
  • Realita kebutuhan kita berbeda-beda.
  • Setiap orang memiliki gambaran yang berbeda.
  • Kita berusaha memahami pandangan orang lain tentang dunia.

Selanjutnya saya memahami bahwa disiplin adalah sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang lain untuk mendapat kepatuhan. Disiplin membuat orang menggali diri menuju sebuah tujuan. Tentunya tujuan mulia yang ingin dicapai dalam pendidikan yang berupa nilai kebajikan yang terdapat pada profil pelajar pancasila yaitu Beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berahlak mulia,  Mandiri, Bernalar kritis, Berkebhinekaan global, Bergotong royong, serta Kreatif. Dan untuk mencapai tujuan mulia tersebut perlu adanya motivasi pada prilaku manusia itu sendiri. Ada tiga teori motivasi prilaku manusia yaitu untuk menghindari ketidaknyamanan/hukuman ( motivasi eksternal),  Untuk mendapatkan imbalan/hadiah (motivasi eksternal), untuk menghargai diri sendiri ( motivasi internal).

Selain itu saya juga mendapat wawasan baru tentang lima posisi kontrol  manusia dalam penerapan budaya positif ada posisi penghukum, posisi pembuat merasa bersalah, posisi teman, posisi pemantau, serta posisi manajer. Dari kelima posisi tersebut yang disarankan adalah posisi manajer, dimana posisi kontrol ini digunakan untuk menumbuhkan motivasi internal dalam penerapan budaya positif. Dengan tumbuhnya motivasi internal, tentu kita berharap ada kesadaran diri dan kontrol diri dalam pelaksanan budaya positif yang lebih bermakna.

Tidak sampai di sini, saya disuguhi materi dalam menerapkan disiplin positif dengan segitiga restitusi. Ini adalah hal yang baru untuk saya. Segitiga restitusi yang terdiri dari tiga tahapan yaitu menstabilkan identitas, memvalidasi tindakan yang salah dan yang terakhir menanyakan keyakinan. Ketiga tahapan ini dapat menumbuhkan motivasi individu dari dalam. Karena setiap individu memiliki kebutuhan yang berbeda. Menurut Dr. William Glaser ada lima kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan bertahan hidup, penguasaan, kasih sayang dan rasa diterima, kesenangan, dan kebebasan. Ketika salah satu kebutuhan dasar tersebut tidak terpenuhi, maka manusia akan bertindak untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan segala polah yang dapat mempengaruhi budaya poitif dan kedispilinan positif.

Selama dua minggu ini hal baru yang saya pahami adalah selama ini saya beranggapan guru memegang kontrol murid, ternyata tidak. Terciptanya budaya positif itu akan lebih bermakna jika muncul motivasi dari diri sendiri atau motivasi internal, sehingga yang dapat mengontrol murid adalah murid itu sendiri. Saya juga baru memahami tiga jenis motivasi prilaku manusia, yang ternyata hukuman dan hadiah merupakan motivasi eksternal. Setelah memahami lima posisi kontrol, selama ini saya berada dalam posisi penghukum, pembuat merasa bersalah dan teman. Saya membuat anak tertekan dan mungkin sakit hati. Untuk itu saya harus belajar tentang posisi manajer agar dapat menerapkan segitiga restitusi dalam menerapkan budaya positif.

            Perubahan yang saya alami setelah mempelajari modul ini adalah saya belajar dalam posisi kontrol manajer dalam menerapkan budaya positif. Mengurangi hukuman dan membatasi pemberian hadiah sebagai respon dari disiplin. Menyelesaikan kasus dengan segitiga restitusi.

            Pengalaman dalam menerapkan konsep inti modul budaya positif di sekolah adalah ketika saya bertemu salah satu murid saya yang berpakaian tidak rapi. Kemudian saya menerapkan segitiga restitusi, dia mengungkapkan apa kesalahannya, dan bagaimana penyelesaiannya. Saya pun tidak perlu bersusah payah mencari hukuman. Karena hukuman sudah tidak cocok lagi sekarang. Bahkan murid saya merespon positif dan menjawab dengan baik pertanyaan yang merupakan diajukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun