Mohon tunggu...
Isma Nuryani
Isma Nuryani Mohon Tunggu... Guru - Guru sekolah dasar di wilayah kabupaten Cilacap

Seorang guru sekaligus Ibu dari dua anak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rayuan Syetan #4

21 Mei 2022   08:46 Diperbarui: 21 Mei 2022   08:52 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Libur telah tiba, tetapi rasaku sama. Pekerjaan rumah yang tak pernah berujung. Apalagi punya balita yang super aktif. Apa saja yang ia lihat dipegang, apa yang ia pegang dibuatnya berantakan. Alhamdulillah selalu diberi kesehatan untuk keluargaku.
"Assalamualaikum wr wb" dibarengi suara ketukan pintu.
"Waalaikumsalam wr wb" ku beranjak membuka pintu.
"Te, titip Nay dulu ya... Ayah Nay mau berangkat, aku belum beberes" Mb Aish buru-buru pulang. Untung saja Nay anak yang nurut, dia langsung menghampiri Arya yang sedang bermain. Usia mereka hanya selisih 2 bulan, jadi bisa jadi teman main untuk Arya. Aku pun kembali melanjutkan pekerjaanku.

Sekitar satu jam, Mba Aish kembali untuk menyuapi dan menjemput Nay. Aku mengamati wajahnya yang agak sembab tapi tersenyum. Aku juga perempuan, punya perasaan yang sama.


"Mba kenapa?" tanyaku tanpa basa basi.
"Kenapa emang, nggak kenapa-kenapa kok" jawabnya mengalihkan muka.
"Di apain sama abangku mba?"aku masih tidak puas dengan jawaban Mba Aish. Akan tetapi mba Aish hanya tersenyum. Aku pun merasa buntu tak memiliki jawaban.
"Syetan senang sekali menggoda manusia, apalagi dalam rumah tangga" tiba-tiba Mba Aish bersuara sambil menyuapi Nay. Aku pun memperhatikan dengan seksama.
"Jika kita suami istri terus menerus mempertahankan ego kita yang menurut kita benar, maka syetan akan tertawa, karena pertengkaran semakin dekat" Mba Aish masih melanjutkan ceritanya.
"Tadi pagi aku hanya bertanya jam berapa Mas Burhan berangkat. Niatku semata hanya bentuk perhatian. Tapi mungkin nada atau volume atau mungkin waktunya yang tidak tepat untuk bertanya. Mas Burhan menjawab dengan gertakan. Sontak saja aku hanya bisa menangis. Mas Burhan semakin marah ketika melihatku menangis. Menurutnya ini itu dan lain lain" Mba Aish kembali menyuapi Nay.
"Padahal sebelum mas Burhan menggertaku, aku sangat heppy sekali menyiapkan sarapan, bekal nya juga. Tetapi setelah digertak hancur semua perasaanku" sejenak Mba Aish menatapku.
"Akan tetapi aku percaya, tentu Mas Burhan tidak ada maksud untuk menggertaku. Sekian menit aku membisu, begitu juga Mas Burhan. Setelah kesibukan kami sama-sama selesai, kami duduk berdua. Mas Burhan menggodaku sebagai tanda dia sudah mulai mereda emosinya. Aku pun menjelaskan betapa sakitnya aku saat digertaknya. Seakan runtuh semua bumiku. Dia pun menjalaskan betapa kesalnya dia ketika aku bertanya dengan nada yang lantang. Dia sedang kecapean, ditanya sepeti itu seakan aku ingin segera mengusirnya makanya dia marah." Nay mendekati Mba Aish minta minum. Arya pun ikut merebut minuman Nay. Dan kami melerai kedua anak kecil yang berebut botol minum.
"Jika aku mengikuti rayuan syetan dan merasa akulah yang benar maka pertengkaran itu tak terelakan. Begitu pula Mas Burhan jika dia bersikukuh  menyalahkanku tanpa penjelasan jadilah perang dalam rumah tangga. Rumah tangga bukan soal benar dan salah, baik dan buruk pendapat tetapi lebih ke saling mengerti dan memahami. Mungkin kita benar, tapi apa dengan mempertahankan kebenaran atau pendapat kita, rumah tangga akan selamat?" kembali Nay dibuat nangis oleh Arya dengan mainannya. Aku pun tertegun dengan pertanyaan Mba Aish.

Nay merengek minta keluar. Rasanya penasaran dengan cerita Mba Aish. Masih terguncang dengan pertanyaan Mba Aish.
"Ya udah ayo pulang Nay, kamu mandi dulu ya..."
"Yah... Nay jadi pulang kan? Arya jangan nakal dong sama Nay, sayang ya sama Nay..." ucapku mebggendong Arya.
"Egois juga rayuan syetan, sekalipun menurut kita benar, apalagi sama suami, jangan ngotot-ngototan bisa berantakan keluarga kita. Dadah Arya....Assalamualaikum.." Mba Aish menutup ceritanya.


Aku pun mencermati apa yang disampaikan Mba Aish, rumah tangga bukan soal benar dan salah pendapat tetapi saling mengerti. Memang sakit digertak suami tetapi jika kita ikhlas dan mencoba memahami keadaan suami semua akan lebih baik. Karena bisa jadi suami tidak sengaja menggertak istri. Dan rayuan syetan berupa-rupa, merasa paling benar sendiri, egois, dan emosi adalah bagiaannya. Semoga keluarga kita salalu sakinah mawadah warahmah aamiin..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun