Mohon tunggu...
Ismail Solichin
Ismail Solichin Mohon Tunggu... -

"...pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit, memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhan-nya..."\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik

SBY 'Turun', Kenapa BBM Harus Naik?

31 Agustus 2014   22:59 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:59 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beredar berita bahwa permintaan presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) agar harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi dinaikan ditolak oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Permintaan dan penolakan tersebut tentu memiliki alasannya masing-masing, tetapi (lucunya) semua mengatakan demi kepentingan bangsa dan negara. "Kang, kenapa pak SBY menolak permintaan mas Jokowi agar pemerintah yang sekarang menaikan harga BBM ?"  tanya mas Wijan. " Lho ! pak SBY sedang belajar jadi oposan, dulu yang paling getol menolak kenaikan harga BBM kan PDIP, sekarang PDIP sebentar lagi mau 'berkuasa' trus minta harga BBM dinaikan. Lucu tho !" ujar pak Hasto " Emangnya pak SBY mudah dikadalin apa ! Kalau ada protes dari rakyat terkait kenaikan BBM, pasti ada aja politisi PDIP akan 'membela diri' dan berteriak:  " Hai ! yang menaikan BBM itu pak SBY bukan Jokowi ", sambung mas Akbar

" Nih...mas Wijan, bukti bahwa rakyat kecil seperti pak Hasto dan mas Akbar sudah dikit-dikit ngerti bahasa politik. Jika ada kenaikan harga BBM siapa yang paling diuntungkan dan siapa yang paling dirugikan. Yang paling diuntungkan tentu saja para juragan, para pemilik modal. Dan yang selalu dirugikan, selalu saja wong cilik. Ketika BBM naik sudah otomatis akan mengerek harga kebutuhan juga ikut naik." ujar kang Toha

" Saya yakin pak SBY sedang melakukan 'uji nyali'  terhadap mas Jokowi sebagai presiden terpilih, dia mampu nggak mengendalikan gejolak politik dan juga gejolak harga kebutuhan pokok yang akan semakin mencekik masyarakat kelas bawah. Dan juga pembelajaran bagi politisi PDIP jangan asal ngomong, jangan asal protes, jangan asal beda dengan pemerintah. Nah ini saatnya PDIP menjelaskan kepada rakyat kenapa dulu selalu menolak kenaikan harga BBM dan kenapa sekarang ? pemerintahan Jokowi (nantinya)  mau nggak mau harus menaikan harga BBM." sambung kang Toha " Tapi kan, seharusnya pak SBY bisa berbagi beban. Toh pak SBY masih presiden, pemerintahannya yang menyusun APBN tahun 2014 maupun 2015, apa salahnya beliau juga ikut bertanggung jawab dengan menaikan harga BBM demi mengurangi beban subsidi." tanya mas Wijan " Setiap pemerintahan memiliki pandangannya  sendiri-sendiri, jaman pak SBY tentu akan berbeda dengan jaman mas Jokowi nanti. Memang pak SBY memberikan PR yang cukup berat, tetapi itu resiko yang harus dihadapi oleh pemerintahan JKW-JK kelak. Tentu mas Jokowi memiliki tim ekonomi yang akan menghitung untung-ruginya jika dia harus menaikan harga BBM. Dan dia harus segera memutuskan mana yang terbaik bagi bangsa dan negara. Dan seperti yang disampaikan pak Jusuf Kalla, berapa banyak uang yang dihabiskan melalui asap knalpot mobil-mobil pribadi di kota-kota besar macam Jakarta ? . Akan lebih bermanfaat jika uang subsidi yang terus menggerogoti keuangan negara itu dialihkan untuk perbaikan infrastruktur jalan dan moda transportasi umum yang bisa digunakan banyak orang." jawab kang Toha " Jadi kang Toha termasuk yang setuju jika harga BBM harus naik !" tanya pak Hasto " Sesungguhnya saya termasuk orang yang tidak setuju. Tetapi memperbaiki 'in-effesiensi' yang terjadi dibanyak perusahaan dan lembaga yang mengelola BBM tentu membutuhkan waktu yang cukup lama, demikian juga membongkar mafia minyak yang lebih banyak merugikan negara  itu. Kita berkejaran dengan waktu, maka langkah yang paling cepat untuk mengurangi beban subsidi adalah dengan menaikan harga BBM. Maka usul saya terhadap mas Jokowi, silahkan menaikan harga BBM sambil secara tegas membongkar mafia minyak yang berseliweran selama ini dan juga mendorong Pertamina untuk memperbaiki dan meningkatkan effesiensi. Sehingga rakyat tidak dibebani lagi oleh kenaikan harga BBM. Apa iya harga BBM sekarang itu sudah menunjukan harga ke-ekonomian yang wajar, dan tidak untuk menutupi biaya-biaya yang bocor disana-sini." sambung kang Toha " Rupanya masih banyak yang harus diperbaiki, maka usul pak Jokowi agar ada 'revolusi mental' harus di-apresiasi. Yang saya khawatir pak Jokowi-nya berubah sedang aparat dibawahnya masih nyaman dengan status-quo yang bertahun-tahun dinikmati." ujar mas Wijan " Mas Jokowi harus menjadi contoh terdepan, bahwa dia dan pemerintahan yang dia pimpin harus berubah dan bergerak dengan cepat. Yang ada dalam pikiran dan hatinya adalah bagaimana kekuasaan yang dia pegang adalah sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat bukan untuk kepentingan kelompok tertentu saja. Dan mas Jokowi harus tegas ! tak boleh lagi terkesan ragu-ragu seperti pak SBY." sambung pak Hasto " Saya yakin dia bisa bergerak lebih cepat, lihat saja tubuh yang krempengnya memudahkan dia untuk bergerak dengan lincah. Cukup sudah negeri ini dipenuhi dengan pidato-pidato bagus, terstruktur dan masif. Saatnya untuk kerja, kerja dan kerja." kata mas Akbar " Saya termasuk yang optimis dengan gaya kepemimpinan mas Jokowi, dan saya minta baik PDIP dan mitra koalisinya serta kelompok kepentingan untuk tidak merecoki kerja mas Jokowi. Biarkan mas Jokowi kerja dengan hati dan pikiran yang besar. Ia harus bisa menunjukan kepada rakyat bahwa mereka tidak salah pilih. Saatnya Indonesia harus bisa lebih maju dan disegani di kawasan Asean bahkan Asia. Kalau memang ada cara lain untuk tidak menaikan harga BBM tentu itu pilihan yang terbaik. Tetapi jika tidak ada, maka kenaikan BBM itu harus dibarengi dengan perbaikan infrastruktur yang lebih bisa dinikmati masyakarat banyak. Dan juga perbaikan layanan dari aparat birokrasi pemerintah, sehingga rakyat bukan lagi jadi sapi perahan para aparat. Tetapi aparat-lah yang harus melayani rakyat yang selama ini merasa ter-abaikan dan merasa dipinggirkan." ucap kang Toha sumber gambar: abangdani.wordpress.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun