Durian dan Lemang Pining salah satu kawasan yang memiliki bentangan alam yang indah. Dimana masyarakat menggantungkan hidup dari sektor pertanian salah satunya adalah tanaman Durian.Â
Tak ada istilah kebun durian di daerah yang terletak di kawasan paling timur gayo lues tersebut karna masyarakat menanam pohon Durian secara tumpang sari dengan tanaman yang lain.
 Durian dengan nama ilmiah(Durio zubethinus) atau King of fruit (raja dari segala buah) julukan dari buah durian tersebut memiliki sejarah yang panjang dalam kehidupan masyarakat lokal, Gayo khususnya Pining, karna masyarakat mengganggap tanaman tersebut sebagai taman yang keluarga dan ramah lingkungan.Â
Dulu di pining durian belum memiliki nilai ekonomi yang tinggi tak jarang ketika musim durian jatuh sebagian mengundang sanak saudara yang jauh untuk memakan durian sebagai bentuk mempererat persaudaraaan melalui buah durian tersebut dan selebihnya di olah jadi makanan.
Namun, belakangan ini harga durian mulai melanjok tinggi dan memiliki nilai ekonomis sehingga rasa persaudaraan mulai sedikit tergerus. Durian dan lemang Ketika musim durian tiba, tak jarang petani durian di Pining baik itu masih berbunga (jangkar red) masyarakat membuat lemang dengan tujuan buah durian lengket dan jatuh hingga menjadi buah.Â
Pun demikian dengan ketika memulai jatuh durian tersebut membuat pulut durian tujuannya supaya orang menanam dapat pahalanya dan berkah melalui doa tersebut.Â
Rohana 30 tahun, salah satu warga setempat yang saban hari berjualan durian dipinggir jalan tersebut serta memasak lemang kemudian dijual dengan 25. 000 perbambunya.
Musim durian kali ini masyarakat lokal dihadapkan dengan berbagai tantangan salah satunya hama monyet yang menyerang buah durian warga dibeberapa titik dalam wilayah tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H