Mohon tunggu...
ismail sayuti
ismail sayuti Mohon Tunggu... Lainnya - Hutan leuser

Pencinta alam dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengolah Tebu menjadi Gula Semut, Budaya Lokal Menyambut Hari Besar Islam

5 Oktober 2022   23:34 Diperbarui: 5 Oktober 2022   23:37 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanaman tebu termasuk tanaman jenis rumput rumputan yang hidup di iklim tropis, tanaman ini merupakan bahan baku gula dan vitsin.

Tanaman multifungsi tersebut dengan nama Ilmiah (saccharum officinarum lin). Sangat mudah ditemui di lahan milik masyarakat lokal (Gayo). meskipun dalam jumlah skala kecil. 

Masyarakat sering mengolah tanaman tersebut menjadi gula semut atau dalam istilah lokal disebut( manisen ). Menjelang hari hari besar islam. Pun demikian ketika menyambut hari besar islam Maulid Nabi Muhammad SAW pada 1444 H kali ini.

Dok, pati
Dok, pati
Terlihat para ibu ibu di pedalaman Leuser, tepatnya Desa Pining, Kecamatan Pining, Gayo Lues. Memanen tebu dikebunnya. para ibu ibu tersebut menebang batang tebu satu persatu dari perdunya kemudian dipotong sepanjang 1 meter tujuannya supaya mudah mengupas kulit luar tebu tersebut sebelum diperas dengan menggunakan mesin pemeres tebu. Namun, sebelum adanya alat pemeras tebu warga memeras tebu dengan alat tradisional.

Tebu yang telah ditampung airnya kemudian di masak sampai menjadi gula semut dengan proses yang panjang dan memerlukan waktu sekitar 7 jam baru menjadi gula. Begitulah warga yang tinggal di pinggiran leuser khususnya kaum ibu ketika menyambut hari hari besar islam sebut saja Israk mijra', maulid nabi, hari raya idul fitri dan idul adha membuat gula semut. Gula tersebut digunakan sebagai bahan membuat kue kue dihari besar islam untuk hidangan bagi tamu yang berkunjung dan silaturahmi.

Betigulah kearifan lokal masyarakat Gayo menyambut hari hari besar islam tak lengkap rasa tanpa buat kue untuk tamu yang berkunjung kerumah dan tradisi tersebut masih dijaga kearifan lokal. Dan langkah awalnya mengolah tebu menjadi gula.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun