Mohon tunggu...
ismail sayuti
ismail sayuti Mohon Tunggu... Lainnya - Hutan leuser

Pencinta alam dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Senja dalam Kekeberen

29 Januari 2022   23:35 Diperbarui: 29 Januari 2022   23:42 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senja dan Kekeberen

Oleh : Ismail baihaqi

Senja merupakan Fenomena alam yang dapat di temui di saat musim kemarau. Tepatnya di saat pergantian siang dan malam di ufuk barat warna langit seketika berubah menjadi merah dan jingga.

Banyak pencinta sang senja yang rela meluangkan waktunya demi bisa langsung menyaksikan fenomena senja tersebut salah satunya di pinggir laut. Namun suasana senja di pegunungan memiliki rasa tersendiri selain keindahan gunung yang menjulang tinggi yang memanjakan mata di tambah ada suara jangkrik (seset) serta kicauan burung di rumahnya.

Berdasarkan cerita orang tua zaman dahulu dalam sebuah Kekeberen (Dongeng) saat penulis masih kecil, mereka mengatakan itu darah orang kafir ( urang kafir ). Semasa zaman Nabi menegakan agama islam di permukaan bumi ini. Memang kalau di dikaji secara ilmiah sulit di terima oleh akal secara rasional. Namun ada pesan tersirat yang di sampaikan dalam kekeberen tersebut, Dalam menegakkan agama islam di muka bumi ini ada terjadi pertumpahan darah melawan kaum yang tak percaya dengan islam. Dan ada suatu ibrah yang bisa di petik dari cerita mitos tersebut bahwa perjuangan agama ini sangat panjang butuh pengorbanan yakni harta, waktu dan nyawa demi misi menegakan agama islam Rahmatan lilalamin di atas permukaan bumi ini. Dan untuk kita yang hidup di zaman yang tak ada lagi peperangan dan pertumpahan darah hanya melawan perang melawan nafsu angkara murka.

Kembali lagi ke persoalan senja tadi selain keindahan hanya sementra setelah itu berlalu malam dan meninggalkan kita, membuktikan kebesarannya tiada yang sia sia dan hendaklah kita mengambil pelajaran.

Penulis merupakan  warga Gayo lues Aceh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun