Mohon tunggu...
Ismail Alviano
Ismail Alviano Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa Fakultas Psikologi

sepenggal tulisan acak dari logika manusia biasa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Liberalisme dan Kampus yang Katanya Liberal

21 Juni 2019   22:40 Diperbarui: 21 Juni 2019   23:18 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Saya terkagum-kagum pada patung kebanggaan sekaligus monumen nasional milik Paman Sam. Bagaimana tidak jatuh cinta, Liberty yang menggambarkan kebebasan dan demokrasi lewat seorang wanita dengan buku dan obor di tangannya, Dewi Libertas! Dewi Kebebasan.

Patung Liberty mengingatkan saya pada salah satu ideologi “Liberalisme”, lewat nama yang sama-sama berarti kebebasan. Serta lekat liberalisme dan Amerika Serikat tidak bisa kita pisahkan begitu saja, pada dasar dialah penganut dan pemuja-muja pertamanya.

“Jangan masuk kampus itu mereka liberal” sering didengar oleh mahasiswa di kampus saya, pandangan segelintir orang terhadap apa yang mereka ilhami sebagai kampus liberal. Serta tetangga sebelah rumah yang lebih memilih masuk universitas swasta yang lumayan mahal, daripada harus satu kampus dengan saya di kampus yang dilabeli “liberal”.
Apa iya se-liberal apa yang ada dalam apa-apa yang di otak mereka? Sebuah pertanyaan yang menarik saya untuk terlebih dahulu memahami apa itu liberalisme.

Dalam Kamus Dewan (DBP. Kuala Lumpur 1994), Liberal didefinisikan sebagai apa yang bersifat condong kepada kebebasan dan pemerintahan yang demokratik (misalnya menentang hak-hak keistimewaan kaum bangsawan), serta bepandangan bebas dengan tidak terikat pandangan aliran tertentu (individualism).
Liberty atau Liberte, yang memiliki arti kebebasan serta isme yang berarti paham atau faktor-faktor, maka liberalisme berarti paham atau faktor-faktor yang berlandaskan pada kebebasan. Kebebasan dan keseteraan adalah titik berat landasan asas-asas dalam paham liberal. Secara garis besar ada tiga asas yang dipegang liberalisme yaitu asas kebebasan, individualisme, dan rasionalitas. Asas-asas inilah yang menjadi tolok ukur kebebasan yang didalamnya meliputi ekonomi, politik, agama, kebebasan masyarakat, serta keterbatasan peran pemerintah.

Kebebasan yang dikandung dalam liberalisme merupakan kebebasan berbentuk “hak”, setiap manusia berhak melakukan apa saja tetapi tidak boleh menggangu hak orang lain sesuai aturan yang disepakati. Sebagai contoh seorang perokok bebas memilih untuk merokok dimana saja, tetapi tidak boleh merokok disebelah orang yang tidak suka asap rokok, itu yang dinamakan kebebasan. Individualisme membebaskan setiap orang untuk memilih jalannya masing-masing tanpa harus mengikuti orang lain, tetapi kedua asas ini dibatasi oleh asas ketiga yaitu rasionalitas.

Liberal dianggap tak bertuhan. Sebuah kesalahan dalam proses berpikir menurut saya. Liberal meliputi kebebasan beragama didalamnya. Dimana setiap individu berhak bertuhan (beragama) sesuai apa kehendaknya yang meliputi segala aturan-aturan agama didalamnya yang wajib dia jalani dan tidak boleh diganggu orang lain. Melarang orang lain beragama berarti merebut hak orang lain, yang merupakan tabu liberal itu sendiri.

Liberalisme terpecah dua pasca kebijakan New Deal  yang dikeluarkan Franklin D. Roosevelt terakit jaminan perlindungan sosial. Jaminan perlindungan sosial merupakan gagasan ke-kiri-an, sedangkan liberalisme berpandangan “kalau mau makan harus bekerja, kalau mati kelaparan itu salahmu”. Sebab hal inilah kaum libertarian klasik memisahkan diri dari liberalisme pasca New Deal dan menyebut diri mereka sebagai Libertarian.

“Kembali pada masalah di awal, anggapan bahwa kampus saya merupakan kampus liberal. Apakah iya?”

Tempat saya menuntut ilmu, meracik makalah, serta jibakunya dengan buku-buku pada dasarnya adalah kampus Islam. Pandangan beberapa orang terkait kampus saya adalah Islam yang Liberal. Islam Liberal adalah paham sesat yang berpuncak dari sifat Inferiority Complex (rendah diri) dan mengagungkan gaya pemikir barat

Lewat definisi tersebut, Islam pada dasarnya adalah agama yang liberal. Islam membebaskan manusia dari penyembahan antar makhluk, penindasan,  dan penghinaan sesama manusia. Islam terbuka terhadap peradaban, selagi tidak menuju pada syirik, perbuatan diluar syari’at, dan yang merendahkan manusia sampai menyamai binatang.

Penambahan kata “Liberal” dalam islam yang pada dasarnya memang menjunjung tinggi kebebasan berarti adalah Islam yang menghendaki kebebasan yang lebih daripada syari’at Islam yang sudah ada. Islam pada dasarnya sudah liberal, sudah saya bahas sebelumnya, serta menghendaki kebebasan yang lebih daripada syari’at bukan lagi termasuk dalam pandangan liberal yang seutuhnya. Dimana kebebasan beragama berarti bebas memilih agama apa saja tetapi harus menerima segala bentuk aturan dan anjuran dalam agama itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun