Bila menyebut Makassar metropolis di selatan jazirah Sulawesi ingatan kita tertuju pada tiga hal yaitu surga makanan, orang2-orang dengan karakter petarung dan para penggila sepakbola. Sepakbola telah mendarah daging dalam jiwa dan semangat tau mangkasara (orang Makassar). Kota ini memiliki PSM Makassar, klub tertua di Indonesia. Usia klub sudah se-abad lebih, lebih tua dari usia republik ini. PSM Makassar dikenal dengan gaya bermain yang keras dan cepat. Klub tempat sang legenda, Ramang menisbahkan dirinya sebagai striker terbaik yang pernah ada.
Semenjak liga Indonesia di tahun 1994, PSM Makassar adalah rumah bagi banyak pemain nasional, tempat banyak pemain asing terbaik memulai karirnya di liga Indonesia. PSM juga adalah rumah bagi para regista (bahasa Italia artinya sutradara) sebuah istilah menyebut gelandang bertahan. Sebagai pemain yang berada didepan garis pertahanan, tidak hanya kekuatan fisik harus prima, pemain dituntut spartan, mampu mengatur tempo permainan, memiliki determinasi yang tinggi dan mampu merancang serangan dari depan pertahanan. Sepertinya karakter tersebut cocok dengan gaya anak-anak Makassar yg keras dan petarung. Mereka merupakan putra daerah yang mewarisi karakter keras dan taktis ala Makassar.
Lantas siapa saja para regista lokal tersebut:
1. Anzar Razak (1990-1998)
Almarhum Anzar Razak adalah kapten sekaligus regista yang bermain tanpa kompromi. Kumis yang tebal semakin meyakinkan kegarangan sang il capatino. Bersama Yeyen Tumena, Anzar bagian dari skuad tim nasional yg tampil gagah di Piala Asia 1996. Bersama para fantista: Luciano Leandro, Jacksen F. Tigo, Marcio Novo, Anzar nyaris mengantarkan PSM Makassar juara liga di tahun 1996. Sampai pada suatu malam jelang subuh di awal Desember 1998 sebuah kecelakaan lalu lintas menutup karir Anzar bersama PSM dan perjalanan hidupnya ditutup. Makassar berduka kehilangan salah satu putra terbaiknya.
2. Syamsul Chaeruddin (2002-2017)
Putra Limbung sebuah pedesaan di selatan Makassar boleh berbangga memiliki Syamsul Chaeruddin. Sama seperti Anzar, Syamsul berposisi sebagai regista danil capatino.Tubuhnya yg kecil diimbangi dengan kekuatan fisik yg prima. Sebagai gelandang pengakut air, Syamsul dikenal garang dan tanpa kompromi. Dua kali Syamsul mengantarkan PSM finis no.2 di Liga. Syamsul juga langganan timnas selama periode 2004 sd 2010. Pernah bermain di piala Asia 2007 dan hampir juara bersama timnas di AFF Cup 2005. Musim ini Sang kapten mengumumkan pensiun bersama juku eja, sebuah perjalanan panjang yg membanggakan.
3. Rasyid Bakri (2011-Skrg)
Wajahnya terkesan cool dan pendiam, semuanya berbeda kala dilapangan hijau, sosok ini tampil penuh determinasi, militan dan penguasaan bola yg bagus, sang penerus regista dari kota Makassar, Rasyid Assyahid Bakri namanya. Namanya mulai jadi pembicaraan saat timnas U-22 tampil memukau di pra Piala Asia 2012. Garuda memang gagal membendung Jepang, namun Rasyid memukau banyak orang. Gaya permainannya mengingatkan pada sosok Andrea Pirlo di Milan, mampu mengatur serangan dan membuat assist brililian. Rasyid juga masuk dalam skuad senior Piala AFF 2012. Tahun lalu sang pangeran julukan Rasyid terpilih sebagai gelandang terbaik Torabika Soccer Championship, sayang cedera parah membuatnya hanya sekali membela PSM sepanjang Liga 1.
Selain Rasyid kini PSM memiliki duo regista yang menjadi tumpuan dan kini dipanggil timnas junior yaitu Asnami Mangkualam dan Muh. Arfan. Keduanya merupakan prospek cerah sepakbola Makassar. Dan semakin membuktikan Makassar adalah rumah para regista hebat. Kita tunggu saja aksi-aksi mereka. Makassar bukan sekedar coto yang gurih atau Konro yang lezat tapi juga rahim bagi para Regista.
Ewako PSM
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H