Mohon tunggu...
Indra Sastrawat
Indra Sastrawat Mohon Tunggu... Administrasi - Wija to Luwu

Alumni Fakultas Ekonomi & Bisnis - UNHAS. Accountant - Financial Planner - Writer - Blogger

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Menemukan Perubahan di Kultur Syariah

13 Juni 2016   11:46 Diperbarui: 13 Juni 2016   11:51 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ganti semuanya, kecuali istri dan anak anda! (Lee Kuen Hee - CEO Samsung)

Saya merasakan kegetiran yang mendalam kala memasuki sebuah ruko di Mall Fantasy Balikpapan, dipojok tertulis nama yang selalu terkenang dalam hidup saya. Beberapa bulan lalu manajemen mengambil langkah berani dengan menutup dan mengirim semua karyawannya menjadi jobless alias pengangguran. Rata-rata mereka kawan saya dulu, saya mengenal mereka dulu lewat chating. Saya pernah menjadi bagian dari perusahaan ini selama hampir empat tahun. Tidak peduli perusahaan harus membayar pesangon yang menguras kas, hitungan akuntansinya jelas, portofolio berwarna merah mesti segera dieksekusi. Investasi harus dilakukan dengan cara dan ditempat yang tepat.

Angin perubahan memang bertiup kencang diperusahaan milik Malaysia dalam beberapa tahun, yang paling terasa yaitu melikuidasi banyak kantor pemasaran dari 33 kantor kini tersisa kurang dari setengahnya, sebagai gantinya mereka mendorong beberapa agen terbaik untuk mendirikan kantor/agency, salah satunya istri saya. Bersama sepuluh agen yang lain, perusahaan memberi pinjaman tanpa bunga untuk sewa ruko selama dua tahun, standarisasi pun dibuat mulai dari layout, pegawai hingga sistem trainning. Kalau dulu agen hanya diajarkan menjual asuransi kini mereka harus pandai tentang keuangan, yah kalau tidak mau agency kolaps. Hasilnya memang luar biasa dalam tempo empat tahun ada sekitar 36 agency yang berdiri, tersebar dari Aceh hingga Makassar.

Persaingan asuransi makin tajam, predikat sebagai asuransi syariah pertama, terbesar dan terbaik perlahan mulai digregoti oleh perusahaan luar dengan embel-embel syariah, maka tiada cara lain perubahan adalah harga mati. Beberapa gerbong senior yang tidak sanggup mengikuti laju kencang sang kereta “dipaksa” mundur. Ada dua tipe mereka, yang pertama adalah yang dulunya karyawan, umumnya mereka tetap laris dipasaran dan mudah mendapatkan kembali pekerjaan sedangkan yang kedua adalah mereka yang dulunya marketing, mereka ini yang sulit mendapatkan tempat kembali, salah satu alasannya mereka loyal dengan label syariah, jangan harap mereka berganti kostum ke konvensional, fatalnya kalau mereka tidak bisa berbisnis, uang pesangon pasti habis.

Dahulu Nokia menyebut Android sebagai semut merah yang mudah dimatikan sehingga para pegawainya lalai dan terlelap dalam mimpi-mimpi indah, hingga saat mereka bangun yang mereka dapati kuburan mereka sendiri. Begitupun dengan Sony, raksasa elektronik dari Jepang yang terlalu asyik dengan kejayaan masa lalu akhirnya terhempas dihantam anak ingusan bernama Samsung. Kebanyakan perusahaan besar yang roboh karena terlambat mengantisipasi perubahan. Mungkin benar ungkapan seorang penjelajah, Charles Darwin, bahwa bukan yang kuat dan besar yang memenangi persaiangan tanpa mereka yang mampu beradaptasi dengan perubahan adalah pemenangnya.

Orang-orang di Mampang Prapatan, sedari awal menyadari bahwa terlalu lama berada diatas justru berbahaya. Cara-cara lama yang sukses tidak bisa menggaransi kesuksesan saat ini maupun masa depan. Dahulu menjual asuransi syariah cukup dengan bahasa halal dan haram, kini tidak hanya itu, customer memilih produk alasan pertama karena pelayanan dan kedua adalah value produk tersebut. Penampilan pun harus segera berubah, tidak cukup dengan jubah yang panjang, memakai setelan jas tidak ada salahnya.

Membanggakan! karena perusahaan ini tetap mempertahankan tradisi sebagai salah satu perusahaan asuransi terbaik di Indonesia bukan hanya di sektor syariah tapi dengan sesama perusahan asuransi hal ini dibuktikan dengan penghargaan dari berbagai pihak. Perubahan memang tidak menjamin perbaikan, tapi tanpa perubahan mustahil ada perbaikan. Dan seperti ungkapan seorang filsuf, Heraclitus (570-475 SM) bahwa "Tiada yang abadi kecuali Perubahan" There is nothing permanent except change.

Salam Syariah

13 Juni 2016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun