Mohon tunggu...
Indra Sastrawat
Indra Sastrawat Mohon Tunggu... Administrasi - Wija to Luwu

Alumni Fakultas Ekonomi & Bisnis - UNHAS. Accountant - Financial Planner - Writer - Blogger

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Meneropong Pesona Bromo, Sepotong Surga di Tanah Jawa

17 Mei 2015   06:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:54 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kurang lebih satu jam dan di Hp sudah pukul 7 pagi perjalanan kami teruskan ke padang pasir, orang menyebutnya pasir berbisik yang sebenarnya adalah sebuah kaldera besar yang dipenuhi lautan pasir.

[caption id="attachment_417988" align="aligncenter" width="402" caption="Depan toilet"]

1431820020542047770
1431820020542047770
[/caption]

Lima belas menit berlalu hingga kami tiba di lautan padang pasir, pemandangan hamparan pasir sejauh mata memandang. Di bagian kanan penjual makanan berjejer menawarkan beraneka macam makan. Lumayan bisa mengganjal perut kami yang mulai kelaparan. Satu hal yang mesti dibenahi adalah kurangnya toilet. Pengelola wisata di Bromo mesti tanggap, bukan hanya wisatawan lokal yang datang, saya melihat banyak wisatawan asing. Cerita Bromo tidak luput dari kisah yang penuh mistis yang dirawat turun-temurun oleh suku Tengger. Mereka percaya bahwa Gunung Bromo adalah gunung suci.

[caption id="attachment_417989" align="aligncenter" width="504" caption="Gunung Batok"]

14318201152017803107
14318201152017803107
[/caption]

[caption id="attachment_417991" align="aligncenter" width="494" caption="Kabut & Debu"]

1431820195749494866
1431820195749494866
[/caption]

Perlahan di sudut kiri sebuah keindahan lain mulai menampakkan dirinya, sebuah gunung dan pura dengan malu-malu muncul dari balik kabut yang tersapu oleh angin, wow sebuah momen yang sulit dilupakan. Sebuah pura bernama Pura Loher Poten berada di lautan pasir sebuah identitas yang menegaskan suku Tengger adalah penganut Hindu. Setiap tahun suku Tengger merayakan Hari Raya Karo, Yadnya Kasada dan Unan-Unan di pura ini. Mayoritas suku Tengger beragama Hindu, namun begitu dalam perjalanan subuh saya melihat sebuah masjid, rupanya terdapat sebagian kecil suku Tengger yang muslim.

Sayangnya kami tidak punya waktu lebih lama di lautan pasir, tidak sempat mendaki dan melihat kawah Bromo, melihat dari dekat Pura Loher Poten dan bukit Teletubbies yang terkenal itu. Mengikuti jadwal dari travel seringkali meninggalkan rasa tidak puas, ah mau bagaimana lagi!

Keberadaan Pegunungan Tengger dan Bromo makin menyadarkan kita akan keindahan ciptaan Tuhan yang Esa, sungguh luar biasa anugerah keindahan yang diberikan Tuhan ke bumi Indonesia, sepotong surganya telah hadir di antara jejeran pegunungan Tengger yang memukau. Negeri ini tidak pernah kekurangan pesonanya alamnya. Semoga takdir dapat mempertemukan saya dengan Bromo, suatu hari nanti lewat sebuah kisah perjalanan yang berbeda.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun