Mohon tunggu...
Indra Sastrawat
Indra Sastrawat Mohon Tunggu... Administrasi - Wija to Luwu

Alumni Fakultas Ekonomi & Bisnis - UNHAS. Accountant - Financial Planner - Writer - Blogger

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Merespon Candu Tuhan 5 Inchi

15 Maret 2015   00:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:39 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_402845" align="aligncenter" width="560" caption="Salah satu pemain CoC (foto:www.youtube.com)"][/caption]

Orang-orang dulu berinteraksi lewat mata, mereka bertemu saling bercakap melepas tawa dan cerita, mengapung semua kesan yang ada, pertemanan berjalan dengan harmoni. Kini melihat sebuah keakraban dalam sebuah komunitas seperti barang yang antik, orang-orang jaman sekarang lebih sering menunduk, menatap gadget, chatting, memainkan touch screen dan melalaikan komunikasi di antara mereka. Pertemuan hanya sekedar seremonial semata, gadget dengan segala perangkatnya telah menggantikan keakraban yang terjalin.

Siang masih di atas langit Makassar, ketika saya duduk di salah satu pojok kantin karyawan. Tidak ada yang istimewa hari itu kecuali beberapa anak muda yang kelihatan sibuk menatap gadget mereka. Mereka seakan tidak peduli dengan orag-orang di sekitarnya. Salah satunya sebut saja si Udin. Sejak lama saya tertarik memperhatikan karyawan yang satu ini.

Benda berukuran lima inchi tidak pernah lepas dari gengamannya. Dari lift, di kantin, di koridor, di mushalla hingga di ruang kerja, benda lima inchi seperti perangko yang menempel si sehelai surat. Yang mengherankan saat makan dia masih menyempatkan menatap benda ajaib tersebut, yang menggelikan ketika sehabis shalat pun bukannya berdoa justru memilih bermesraan dengan tuhan lima inchi.

Sekilas CoC

Lama baru saya menyadari bahwa yang memuat perhatian si Udin teralihkan adalah sebuah game online yang sedang naik daun namanya Clash of Clans (CoC).

Clash of Clans merupakan game online strategi yang dikembangkn oleh Supercell, sebuah perusahaan game berbasis di Finlandia. Ini hebatnya Finlandia setelah Nokia yang pernah Berjaya kini muncul lagi CoC. Clash of Clans adalah sebuah game multiplayer online di mana pemain membangun komunitas, melatih pasukan, dan menyerang pemain lain untuk mendapatkan emas dan obat mujarab, yang dapat digunakan untuk membangun pertahanan yang melindungi pemain dari serangan pemain lain. Komponen utama dari gameplay dari Clash of Clans adalah Pertempuran klan melawan klan lain. Pemimpin klan dan co-pemimpin bisa mulai perang melawan klan lainnya.

Candu yang dihasilkan oleh CoC setara dengan demam batu akik, hampir semua kalangan bermain game online ini, entah itu karyawan, mahasiswa, ibu rumah tangga sampai tukang ojek semuanya sudah kecanduan game ini. Dan namanya game strategi memang sulit untuk melepaskan diri. Tidak jarang seorang istri merasa terabaikan gara-gara suami lebih senang bermesraan dengan CoC.

[caption id="attachment_402846" align="aligncenter" width="300" caption="Penampakan game CoC (foto:tokopedia.com)"]

1426355043326642980
1426355043326642980
[/caption]

Ladang Bisnis

Tuntutan ingin mendapatkan pertahanan yang kuat dan membangun desa serta menghasilkan pasukan yang kuat terkadang harus ditebus dengan membayarnya lewat kartu kredit atau debit. Namun di sisi lain, menurut kawan saya game ini bisa menjadi salah satu ladang bisnis yang menjanjikan. Pemain yang biasanya menjual ID mereka mungkin sudah bosan atau tidak memiliki waktu untuk memainkan game ini kembali, dan bagi pembeli ID biasanya mereka adalah pemain baru yang tak sabar memiliki akun Clash of Clans yang sudah tinggi levelnya. Kawan saya ada yang menawari ID gamenya seharga Rp. 3 juta, namun dia enggan menjualnya.

Bukan hanya si Udin, setengah dari kawan kerja sudah terjangkit wabah CoC. Saya menjadi tidak asing dengan beberapa istilah dari CoC seperti Diamond, Archer, Goblin dan lain-lain. Saat mereka bertemu dan membahas CoC, seakan-akan mereka sedang berada di dimensi lain dari dunia ini, sebuah pembicaraan yang hanya dimengerti oleh mereka. Dan kami hanya bisa menerka-nerka pembicaraan mereka.

Age of Empire

Zaman ketika game online belum populer, saya termasuk yang pernah cinta setengah mati dengan namanya game strategi Age of Empire buatan Microsoft. Game strategi ini mampu menghipnotis untuk bisa berlama-lama di depan layar komputer. Daya tarik game ini memang luar biasa hingga sanggup membuat kami antri dari pagi hingga pagi lagi alias 24 jam bermain. Namun begitu serangan Age of Empire tidak lantas membuat persahabatan kami menjadi terasing dengan kawan-kawan. Zaman itu sehabis bermain game kami masih sempat meluangkan waktu untuk berdiskusi membahas Che Guevara atau buku Pramoedya Ananta Toer tentunya dengan saling menatap. Satu-satunya yang bisa menginterupsi diskusi kami adalah sekumpulan cewek tetangga yang melintas dengan suara yang manja.

[caption id="attachment_402847" align="aligncenter" width="504" caption="Game jadul Age of Empires (foto:moddb.com)"]

1426355183578159559
1426355183578159559
[/caption]

Ketergantungan terhadap permainan game CoC maupun sejenisnya, akan membuat individu dimaksud terisolasi dalam dunia virtual yang hanya terdiri dari dia dan manusia robot yang ada di komputer. Lalu mengapa sampai detik ini saya tidak tertarik dengan CoC! Alasannya sederhana, karena game ini tidak bisa menggantikan game Age of Empire atau Stronghold yang kelihatnnya lebih nyata dan seru, adegan perangnya benar-benar menakjubkan seakan-akan sedang menonton film Hollywood.

Dalam waktu panjang orang-orang seperti si Udin akan sulit melapaskan dirinya dari kecanduan seperti penjudi. Untuk menghilangkan ketergantungan tersebut bisa dengan mengalihkan ke kegiatan positif lainnya seperti olahraga, membaca hingga menulis.

Salam

activate javascript

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun