Mohon tunggu...
Islamiaty AprianiHidayanti
Islamiaty AprianiHidayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pendidikan Indonesia

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah UPI

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Keunikan Tradisi Kirab Malam Satu Suro Keraton Surakarta

22 Desember 2022   16:44 Diperbarui: 22 Desember 2022   16:48 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebo Bule tiba di Kori Kamandungan (Sumber : http://elsamara.id/kebudayaan-kota-the-spirit-of-java/)

Keraton Kasunanan Surakarta atau disebut juga dengan Keraton Surakarta Hadiningrat berada di Kelurahan Baluwati, Kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta, Jawa Tengah. Dibangun oleh Susuhan Pakubuwono II pada tahun 1744 sebagai pengganti Keraton Kartasura yang hancur akibat Geger Pecinan, selain itu bangunan ini juga merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Mataram Islam.

Dahulu bangunan keraton ini memiliki fungsi yang sangat penting karena dijadikan sebagai pusat kegiatan politik, pusat kegiatan keagamaan dan kebudayaan. Sampai saat ini, Keraton Surakarta berfungsi sebagai tempat tinggal sunan dan keluarga kerajaan yang masih menalankan tradisi kesunanan. Disamping itu untuk sekarang Keraton Surakarta ini ditetapkan sebagai simbol budaya saja, khususnya budaya yang ada di Jawa Tengah. Salah satu budaya yang masih dilaksanakan sampai saat ini adalah Kirab Malam Satu Suro.

Setiap tahunnya, Keraton Kasunanan Surakarta ini selalu menggelar Kirab Mangayubagya Warsa Anyar Satu Suro, atau kita lebih familiar dengan nama Kirab Pusaka Malam Satu Suro. Tradisi ini digelar dalam rangka menyambut tahun baru Islam tanggal 1 Muharram, yang mana nantinya para bangsawan dan abdi dalem Keraton Surakarta akan membawa benda pusaka keraton menjadi sajian khas dalam iring-iringan kirab yang biasa dilakukan dalam tradisi Malam Satu Suro. Bagi masyarakat Jawa, bulan suro sendiri dianggap sebagai bulan yang sakral atau suci. Oleh karena itu bulan suro dianggap merupakan momen yang sangat tepat untuk melakukan perenungan, tafakur, dan mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa, maka dari itu banyak masyarakat Jawa yang melakukan ritual seperti tirakatan, lek-lekan (tidak tidur semalam suntuk), dan tugaran (perenungan diri sembari berdoa) pada Malam Satu Suro.

Dalam perayaan Malam Satu Suro di Keraton Surakarta ada hal yang sangat unik karena adanya hewan khas yakni kebo Kyai Slamet atau lebih dikenal dengan kebo bule. Kebo/Mahesa Kyai Slamet menjadi salah satu daya tarik bagi warga yang menyaksikan perayaan Malam Satu Suro. Keikutsertaan kebo bule ini dianggap keramat oleh masyarakat Jawa. Konon kerbau ini adalah pusaka yang sangat berharga bagi Susuhunan Pakubuwono II yang diberi oleh Bupati Ponorogo yang diberikan bersamaan dengan pusaka bernama Kyai Slamet, itulah kenapa Kebo Bule ini disebut juga Kebo Kyai Slamet. Keturunan dari kebo bule yang saat ini ada di Kawasan keraton merupakan keturunan dari Kebo Kyai Slamet pada ratusan tahun silam. 

Masyarakat solo juga meyakini bahwa kebo bule ini merupakan hewan yang dapat mendatangkan keberkahan, selain itu mereka juga biasanya berebut untuk mendapatkan air pajamas atau kotoran hewan yang diyakini dapat menolak balak. Makanya jangan heran jika sepanjang kirab berlangsung, orang-orang terus berjalan mengikuti sekawanan kerbau ini untuk menunggu mereka membuang kotoran. Ketika kotoran tersebut jatuh maka orang-orang akan memperebutkannya seolah-olah itu adalah emas, mereka menyebut tradisi ini ngalap berkah atau mencari berkah dari Kebo Kyai Slamet.

Ritual kebo bule pada Malam Satu Suro di Keraton Surakarta ini diawali dengan memanjatkan doa oleh para abdi dalem di dalam komplek Kori Kamandungan. setelah proses berdoa selesai, kemudian para abdi dalem ini akan menyebar singkong dan menabur kembang tujuh rupa untuk menyambut kedatangan si kebo bule yang mereka anggap keramat. Kebo bule ini harus berjalan keluar kendang dengan sendiri nya, barulah bisa dikatakan bahwa ritual sudah dimulai. Tidak ada satu orang pun yang dapat memaksa kebo bule ini untuk keluar kandang karena mengingat hewan ini sangat dikeramatkan, bahkan para punggawa keraton memperlakukan kebo bule ini layaknya seorang pangeran.

Kebo Bule tiba di Kori Kamandungan (Sumber : http://elsamara.id/kebudayaan-kota-the-spirit-of-java/)
Kebo Bule tiba di Kori Kamandungan (Sumber : http://elsamara.id/kebudayaan-kota-the-spirit-of-java/)

Setelah kebo bule ini keluar dari kendang nya dan kemudian sampai di depan komplek Kori Kamandungan, kemudian para abdi dalem akan menyambutnya dengan penuh penghormatan gaya kejawen dan mengalungkannya dengan untaian kembang melati dan kantil. Setelah itu barulah si kebo bule ini dibiarkan memakan tebaran singkong yang sebelumnya telah disebar oleh abdi dalem. Setelah selesai, si kebo bule ini akan keluar dari komplek keraton dan hal ini menandakan dimulainya prosesi kirab.

Tradisi Malam Satu Suro menitikberatkan pada ketentraman batin dan keselamatan. Karenanya, pada Malam Satu Suro biasanya selalu diselingi dengan ritual pembacaan doa dari semua masyarakat Jawa yang hadir merayakannya. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan berkah dan menangkal datangnya marabahaya. Selama prosesi kirab berlangsung, semua orang yang mengikuti tidak  diperbolehkan untuk berbicara meskipun hanya berbisik. Makna tidak berbicara ini maksudnya sebagai bentuk introspeksi diri atas semua tindakan kurang baik agar tidak terulang kembali.

Pada hakikatnya tradisi Malam Satu Suro merupakan wujud refleksi diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi kedepannya, dengan disertai agar hidup diberkahi oleh Sang Pencipta. Banyak nilai penting yang dapat kita ambil dari tradisi ini, seperti ikhlas dan lebih bersyukur dalam menjalani hidup, menjadi momen untuk intropeksi diri, selalu bersyukur kepada Tuhan, selalu berbuat baik kepada semua orang, dan masih banyak nilai-nilai yang bisa kita ambil.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun