Mohon tunggu...
Islah oodi
Islah oodi Mohon Tunggu... Penulis - Wong Ndeso

Penikmat kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Baju Baru untuk Aisyah

13 Februari 2021   23:56 Diperbarui: 14 Februari 2021   00:43 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ku telepon ibu mertuaku. Suara terhubung dan ...
"Halo, Assalamualaikum, Bu."
"Wa 'alaikum salam, Nduk, gimana kabarnya
?" Tanya ibu mertuaku.
"Alhamdulillah, baik, Bu. Bagaimana kabar Ibu dan Aisyah?"
"Kabar Ibu baik, Nduk. Aisyah juga baik, kadang dia tanya kapan Mamanya pulang."
Ku jelaskan semuanya, tentang pekerjaan yang belum selesai dan permintaan maaf pada Aisyah, Mama belum bisa pulang. Walaupun saat itu Aisyah tak sedikitpun mau berbicara dengan aku, Mamanya. Ingin rasanya ku hubungi lewat video call agar bisa melihat raut wajah Aisyah. Namun, ponsel Ibu mertua hanya ponsel yang bisa kirim SMS dan telepon saja. Maklum, orang tua.

Setengah bulan Ramadhan telah terlewati. Pun kini telah memasuki sepuluh akhirnya. Sering aku telepon ke Ibu mertua dan berharap Aisyah mau ngobrol dengan Mamanya. Namun, tetap saja, Aisyah tidak mau berbicara. Mungkin ia kecewa pada aku, Mamanya sendiri. Ah, mendung di langit rasanya datang tepat seperti suasana jiwa ini.

Tepat pada tanggal 27 Ramadhan ku telepon kembali. Alhamdulillah, pada kesempatan ini Aisyah mau berbicara.
"Mama, kapan pulang?" Tanya bidadari kecilku.
"Maafin Mama, ya, Sayang. Mama, pulangnya paling mepet lebaran," ku jawab setenang mungkin, walau hati ini serasa diiris-iris belati.
"Mama, Aisyah pengin baju balu," ia merajut dengan logat cadelnya.
"Iya, nanti Aisyah beli baju baru sama Mbah, ya? Mama sudah kasih uang ke Mbah buat beli baju barunya Aisyah," rayuku.
"Gak mau! Aisyah mau Mama yang belikan."
Suara telepon berganti ke Ibu mertua. Aisyah seperti ngambek. Ku lanjutkan obrolan dengan Ibu mertua hingga selesai.

Benar sekali. Tepat tanggal 28 Ramadhan pekerjaan baru selesai. Tanggal 29 pulang dan itu artinya hanya satu hari bisa menikmati puasa di rumah. Tanpa basa-basi semua baju-baju kumasukkan ke tas dan memesan mobil untuk pulang. Tak lama menunggu mobil, akhirnya mobil datang dan aku mudik ke kampung halaman.

Di tengah perjalanan mobil aku suruh berhenti. Dan aku mampir ke sebuah toko yang menjual baju-baju. Ku pilih beberapa helai baju yang paling bagus untuk Aisyah. Setelah ku dapat, lalu perjalanan dilanjutkan kembali. Beberapa jam di perjalanan ponselku berbunyi, terlihat ada notifikasi pesan baru yang masuk. Ku buka dan

[Nduk, Aisyah demam tinggi].

Pesan dari ibu mertua. Ku balas,

[Bawa ke rumah sakit, Bu. Aku masih di perjalanan. Insyaallah, sekitar tengah malam sampai, Bu].

Putriku sakit, pun aku merasa sakit
Aduh, bidadari kecilku
Laramu, lara kalbu
Kau, cita-cita dan asa Mama

Tuhan, angkatlah sakitnya
Dia, pelipur gundah gulana jiwa
Buah hati, obat segala luka
Doa Mama sepanjang masa

Tepat tengah malam akhirnya aku sampai di kampung halaman. Terlihat di pelataran rumah banyak orang berkerumunan. Terpampang jelas di depan kain kuning kecil berkibar kala disapa sepoi-sepoi semilir angin malam. Ribuan pertanyaan seketika hadir di benak kepala seperti palu yang menghantam-hantam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun