Kita semua tahu kalau tokoh Sengkuni dalam cerita Mahabharata adalah seorang pengadu domba yang sangat lihai, yang bisa menimbulkan perpecahan diantara keluarga sehingga terjadi perang bharatayuda antara pihak pandawa dan kurawa.Â
Sengkuni dalam mengadu domba menggunakan fitnah-fitnah licik yang kalau orang diajak bicara akan terpengaruh. Lalu apa hubungan Sengkuni dengan BLT sehingga dijadikan judul artikel ini diatas?
Kita semua juga tahu kalau program BLT yang kepanjangan dari Bantuan Langsung Tunai adalah sebuah salah satu program dan cara dari pemerintah dengan tujuan mengentaskan kemiskinan, sehingga dengan adanya program BLT warga yang masih dibawah angka kemiskinan akan terkurangi bebannya.Â
Namun apakah benar demikian?Â
Ternyata di tempat saya dan juga tempat-tempat atau daerah lain sama. BLT malah menjadi "Sengkuni" bagi warga. Gara-gara adanya BLT malah menjadikan cek cok, gontok-gontokan, saling curiga dan bahkan ada yang saling memutuskan hubungan.Â
Seharusnya BLT membantu pemerintah dalam mengentaskan angka kemiskinan tapi malah ada efek negatif yang tidak kecil. Salah satu penyebab BLT menjadi  Sengkuni ada beberapa faktor, yang pertama karena BLT salah sasaran dalam penyalurannya dan yang kedua adanya rasa gengsi.Â
Faktor yang pertama tadi yang salah sasaran menjadi yang paling kompleks, apalagi di pedesaan. Misal ada yang punya mobil dan rumah mewah malah dapat BLT sedangkan yang tidak punya apa-apa dan rumahnya mau ambruk malah tidak dapat. Terus yang dapat BLT kadang malah sering pamer sehingga menimbulkan rasa iri kepada yang tidak dapat.Â
Karena hal itu lah antar warga saling gunjing, saling curiga. Ada yang menganggap si A dapat karena dekat dengan Kadus atau Kadesnya, si B tidak dapat meskipun benar-benar miskin karena tidak dekat dan tidak punya relasi dengan perangkat Desa ataupun Kadus.Â
Rame sekali kasus-kasus seperti itu kalau di pedesaan, bahkan ada yang dengan tega sebagian warga yang tidak dapat BLT membaku hantam menghajar kadusnya dengan dalih kadusnya pilih kasih dan tidak adil. Padahal sumber data penyaluran data dari pusat sedangkan pihak Kadus hanya mengasih undangan.Â
Ini lah yang menjadi penyebab ramenya BLT, bila pendataan dari bawah dilakukan dengan rutin, obyektif dan transparan maka pasti akan bisa tepat sasaran, tapi kalau data tidak diperbarui dan hanya diambilkan data lama ya pasti akan timbul masalah karena roda kehidupan manusia selalu berputar.Â
Mungkin saat pendataan dulu si A masih miskin belum punya pekerjaan, beberapa tahun kemudian si A nasibnya sudah berubah lebih baik jadi berkecukupan, kalau data si A tadi tidak diperbarui ya di masa ini saat penyaluran BLT masih dalam kategori miskin dan layak menerima meski aslinya sudah berkecukupan dan kaya.Â
Tapi kalau diperbarui datanya secara rutin si A sudah pasti tidak dapat karena tidak masuk kriteria. Makanya pendataan seperti sensus atau yang lain itu sangat penting dilakukan secara rutin dan berkala, sehingga kelak BLT tidak menjadi Sengkuni bagi masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H