Dina tak pernah mengerti mengapa ia selalu di suruh belajar dan berangkat sekolah setiap hari. Padahal di usianya yang masih kecil adalah masa-masa dimana asik bermain bersama teman-temannya di Pasar Semanan. Bermain hujan bersama. Basah-basah. Ah, ia pun merasa heran dengan ibunya.
Di kemudian hari, Dina sempat bertanya kepada gurunya di sekolah. Mengapa ibunya selalu menyuruh Dina untuk berangkat sekolah, dan hampir setiap hari ia disuruh belajar dan membaca buku. Padahal Dina tak menyukai hal tersebut. Apalagi harus berangkat kesekolah pada pagi hari.
"Kamu suka membaca buku Din?" Salah seorang guru bertanya padanya
"Hmm... Suka sih bu, tapi bukan buku pelajaran heheh. Apalagi buku matematika, ribet bu, mumet ndasku"
"Kamu jangan sering-sering baca buku, itu gak bagus Din." Ujar guru tersebut.
"Lohh, kan bagus bu, biar gak di bodohin sama orang-orang yang punya kekuasaan"
"Nanti kamu tanayakan sama Ibu kamu ya, kenapa gak boleh sering-sering baca buku"
Dina merasa heran dengan gurunya tersebut. "Dihhh, aneh nih guru, malah buat aku pusing. Bukannya buat masalahku kelar" ujarnya dalam hati yang dongkol.
Setelah ia tiba di rumahnya yang seperti kapal pecah. Tak ada seorangpun yang membersihkan karena kesibukan masing-masing. Badannya tetap berdiri di tengah ruangan yang sempit. Mukanya lusuh, rambut acak-acakan dan juga bibir yang pecah-pecah.
"Bu, aku mau nanya nih. Kata guruku tadi kenapa aku gak boleh sering-sering baca buku?" Ujarnya
"Nanti kau ketagihan nak" Jawaban singkat dari sang ibu