Tengah beredar foto tentara Suriah yang berpose di depan kotak dengan label ‘peti mati Ahok’. Foto tersebut menambah ‘panas’ isu demo 4 November yang memicu peringatan Siaga Satu di jajaran Brimob. Gerakan ekstremis Islam Indonesia saja sudah patut diwaspadai Jumat nanti, sekarang ada lagi indikasi keterlibatan golongan ekstrem dari negara lain.
Yang membuat saya heran: Bagaimana isu Ahok sampai ke telinga mereka?
Sejak tahun 2011, Suriah dilanda perang saudara. Perang tersebut kini menjadi kian pelik sehingga Suriah terbagi ke dalam tiga faksi: pro-pemerintah, anti-pemerintah, dan ISIS. Di tengah polemik negara yang demikian, masa sempat-sempatnya mereka mengurusi rumah tangga negara lain?
Lagipula, siapa sih mereka sebenarnya? Ada kepentingan apa dengan Indonesia? Mari kita analisis secara singkat latar belakang mereka.
Bila kita lihat lagi foto yang beredar, terlihat tulisan Jaisy Al-Fath di kertas-kertas yang berserakan di atas ‘peti mati’. Apa sih itu?
Pertama kita kembali dulu ke tahun 2012, saat kelompok Al-Qaeda hendak melebarkan sayap ke Suriah guna mendirikan negara Islam, sekaligus menjatuhkan Bashar al-Assad, presiden Suriah. Di Suriah, Al-Qaeda menggunakan nama lain: Al-Nusra Front. Kelompok ini mendapat simpati golongan anti-Assad sehingga cepat sekali menjadi garis depan gerakan perlawanan.
Selain itu, kelompok Al-Nusra juga sangat cekatan dan militan. Huffington Post menyebutnya sebagai kelompok pemberontak Suriah yang paling terlatih.
Pada tahun 2014, untuk melebarkan sayap, Al-Qaeda memfasilitasi Al-Nusra untuk mendirikan Majelis Shura Mujahidin, yang menyatukan berbagai kelompok jihad seperti Al-Ansar dan Al-Abbas, yang juga merupakan oposisi pemerintahan Suriah. Majelis ini merupakan thinktank yang menyiapkan strategi perlawanan.
Tahun 2015, Al-Nusra masuk ke dalam kelompok Tentara Penguasa. Tentara ini berhasil menjadi kelompok militan terbesar yang basisnya berada di Provinsi Idlib. Dalam bahasa Arab, Tentara Penguasa disebut sebagai Jaish al-Fatah. Mereka lah sekelompok tentara yang muncul dalam foto berbau mengancam terhadap Ahok.
Lantas, bagaimana bisa terjalin hubungan antara militansi Jaish al-Fatah dengan demo Ahok 4 November nanti?
Masuklah tokoh Abu Jibril, anggota Majelis Mujahidin Indonesia, yang dulu pernah menjadi buronan terkait kasus pemboman JW Marriot. Jibril diduga terkait dalam jaringan teroris internasional Al-Qaeda.