Uji coba secara resmi dimulai 16 Juli 2019 lalu di tujuh negara (Australia, Brasil, Kanada, Irlandia, Italia, Jepang, Selandia Baru). Hasilnya cukup positif, seperti dilaporkan HuffPost.
Anak milenial seperti Sarah Roberts (22) mengaku senang tidak lagi melihat jumlah suka di linimasanya. Dia tidak lagi membandingkan dirinya yang bukan siapa-siapa dengan pemilik akun besar seperti selebriti dan pesohor.
"Saya juga jadi lebih mementingkan apa yang benar-benar saya sukai dibandingkan apa yang orang lain sukai," kata Roberts.
Uji coba tersebut kemudian dilanjutkan oleh Instagram di daratan Amerika Serikat sejak awal minggu ini, dan berlanjut ke seluruh dunia sejak Kamis (14/11) kemarin.
Penghapusan jumlah hati juga tidak lepas dari terbukanya sistem Instagram dari manipulasi yang layanannya dijajakan secara bebas.
Layanan manipulatif seperti layanan auto-like dan transaksi beli-suka benar-benar telah menjadikan platform ini sebagai tempat orang memanipulasi dirinya dengan jumlah suka yang banyak.
Titik Balik Media Sosial
Keputusan menyembunyikan jumlah suka boleh jadi akan mempengaruhi tingkat keasyikan pengguna yang pada giliran berikutnya menggerus pengguna aktif IG.
Instagram saat ini sudah memiliki pengguna aktif hingga satu miliar pengguna per bulan dan tercatat sebagai media sosial dengan pertumbuhan tertinggi dunia.
Keputusan tersebut saya yakini juga akan jadi titik balik media sosial. Akan mengubah lanskap dan pengembangan media sosial ke depannya.
Twitter, misalnya, juga telah melihat angka-angka yang muncul dalam fitur interaktifnya sebagai bentuk gangguan yang mengusik kesehatan interaksi pengguna. Tapi Twitter nampaknya belum akan mengekor Instagram dalam waktu dekat, mengingat pertumbuhan platform ini cukup datar.