Mungkin ada yang pernah bertanya-tanya, apakah bioskop itu media atau bukan. Lalu buku itu masuk kategori media atau bukan. Lalu kenapa kertas koran semakin membosankan, sementara layar ponsel terlihat begitu menggairahkan?
Saya akan coba membahas sekilas seputar definisi media di era digital, yang hari ini hanya terbagi dalam dua kategori: layar dan kertas.
Media Layar adalah layar yang bercahaya, mencakup layar ponsel, tablet, laptop, monitor, televisi, sampai layar bioskop. Sedangkan Media Kertas hadir dalam bentuk pamflet, brosur, buku, majalah, tabloid, koran dan seterusnya.
Baca juga: Golden Ticket JD.ID, Undian Berhadiah dalam Selubung Transaksi Belanja
Layar semakin digemari karena kecanggihan teknologi informasi dan teknologi komunikasi yang terbenam di dalamnya. Itulah ekspansi digital. Satu layar bisa bertransformasi menjadi beragam fungsi dengan berjuta konten bermunculan bergantian.
Sementara kertas semakin ditinggalkan karena nyaris tidak ada teknologi informasi dan komunikasi yang bisa dibenamkan ke dalamnya.
Bahkan teknologi QR Code yang dulu paling adaptif terhadap kertas pun sudah dikalahkan dengan kehadiran layar yang sudah berfungsi sebagai media penampil kode QR sekaligus pemindainya (misalnya untuk transaksi pembayaran menggunakan Dana ataupun Gopay).
Baca juga: Antara Naskah dan Transkrip Pidato "Visi Indonesia" Presiden Jokowi
Tapi media tanpa isi seperti rumah tanpa penghuni. Kedua media tersebut tentu membutuhkan konten. Atau bisa dibilang, pengguna membeli perangkat atau akses ke media untuk menikmati konten di dalamnya.
Sampai di sini, jelas media kertas kalah bersaing dari media layar.
Pertama dari sisi jenisnya, media layar bisa menampilkan gambar multimedia. Teks, foto, video, audio terangkai dalam satu konten yang menarik dan menghibur. Sedangkan media kertas hanya menampilkan teks dan gambar yang dicetak dengan tinta.