Itu lebih efektif dibanding memaksakan masyarakat lokal beradaptasi dengan aplikasi. Dan karena ini adalah sesuatu yang baru, maka simulasinya harus dilakukan dengan benar-benar simulasi dalam artian gladi resik di semua TPS (atau di separuh TPS) sebelum hari H. Jangan hanya simulasi seremoni yang disorot media.
Ini akan lebih aman dibandingkan harus mengulang lagi proses pemilu hanya karena petugasnya mendadak gaptek berjamaah atau jaringan dan servernya mendadak ngadat berjamaah.
Itu saja usulan sederhana dari saya. Agar tidak ada lagi tragedi dalam proses penghitungan suara. Sehingga pemilu menjadi jauh lebih baik. Di masa yang akan datang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H