Saya melihat doa itu sebagai urusan seorang Neno Warisman dan Tuhannya. Sulit menuduh seorang pendoa sedang mempermainkan doa yang dipanjatkan. Doa itu terdengar tulus, bersumber dari perasaan dan harapan Neno yang sudah lama terlibat dalam perjuangan melawan kekuasaan Jokowi--yang dianggap lalim dan mengancam kepentingan umat Islam.
Saya pun memaklumi kegemparan yang terjadi di kalangan pendukung dan #MesinPolitik penguasa. Serangan terhadap Neno dan doanya tak kunjung reda. Sampai-sampai jubir presiden, Ali Ngabalin, mencap Neno sebagai penista agama yang sesungguhnya.
Dalam konteks politik, saya melihat kubu oposisi sekali lagi sukses melempar bensin dan petahana menyambarnya dengan api. Lalu tidak ada yang bisa menduga ke arah mana api itu akan membakar.
Ini tak ubahnya dengan heboh #UninstallJokowi yang dipicu oleh #UninstallBukalapak yang dilakukan secara sporadis oleh para pendukung Jokowi. Saking besarnya dampak gerakan tersebut, seorang presiden sampai harus mengundang CEO Bukalapak ke istananya agar bara api #UninstallJokowi dan #UninstallBukalapak reda.
Yang pasti, dukungan terhadap Neno juga tidak akan sirna. Dan besarnya dukungan terhadap doa itu bisa diartikan sebagai banyaknya orang yang juga merasakan apa yang diutarakan oleh Neno lewat doanya.
Anda boleh melihat bagian ini sebagai serangan sistemis terhadap Jokowi. Apalagi, sejurus kemudian, muncul video emak-emak datang ke sebuah rumah, mengajak penghuninya agar tidak memilih Jokowi kalau masih ingin mendengar azan dan menolak LGBT merajalela di negeri ini. Dua peristiwa tersebut boleh jadi berangkai, bersama dengan serangan identitas terhadap Jokowi lainnya.
Tapi semakin kencang isu ini dilawan, semakin banyak orang yang terpapar informasi negatif terhadap Jokowi. Apalagi PSI sebagai salah satu partai pendukung Jokowi cukup gemar melancarkan kampanye yang tidak lazim bagi pemilih muslim konservatif.
Ketika pemilih menangkap kesan negatif terhadap kontestan politik, belum tentu dia mau dan mampu mencerna klarifikasi atau bantahan yang disampaikan setelahnya.
Lalu apakah kemudian #MesinPolitik Jokowi harus diam?
Tidak. Tapi bangunlah komunikasi dan kampanye yang isinya tidak merespon apa yang dilakukan lawan.
Terus yakinkan pemilih muslim dengan program-program yang pro terhadap kepentingan mereka. Seperti biaya haji yang akan semakin murah. Prosedur umroh yang akan semakin mudah. Fasilitas untuk para merbot. Dukungan penuh untuk emak-emak pengajian. 'Upgrade' untuk pendidikan diniyah. Dan seterusnya.