Karena areal kebun angin di perbukitan Pabbaresseng sangat luas, tidak mudah mendapatkan lanskap utuh ke-30 kincir angin berwarna putih. PT UPC membangun kincir-kincir tersebut di atas perbukitan dengan format tiga baris atau, menurut para konstruktor di sini, lazim disebut tiga ris. Setiap ris dibangun di atas barisan bukit. Jarak antara satu kincir dengan kincir lain adalah 300 meter.
Pada gambar di bawah ini, nampak dua baris kincir angin di kejauhan sana. Ris pertama ada di sebelah kiri. Di sana berdiri kincir angin raksasa nomor satu sampai nomor 12. Sedangkan di ris kedua ada 10 kincir, yaitu kincir nomor 13 sampai nomor 22. Sementara ris ketiga berada di sisi kanan ris kedua, memiliki delapan kincir angin, yaitu kincir nomor 23 sampai nomor 30.
Aris, salah seorang pekerja konstruksi PLTB Sidrap menjelaskan, mendirikan kincir-kincir angin raksasa di lokasi perbukitan cukup menantang. Kendala utamanya adalah erupsi sehingga banyak batu-batuan yang jatuh dan menghambat pekerjaan.
Selain itu, faktor cuaca juga menjadi kendala tersendiri. "Kalau lagi hujan, terpaksa berhenti kerja," kata pria yang bekerja di sini selama lebih satu tahun terakhir.
Dalam kondisi normal, waktu yang dibutuhkan untuk membangun satu tiang turbin adalah tiga jam. Pemasangan tiap tiang ditarget selesai selama satu hari, sehingga proses pemasangan 30 tiang membutuhkan waktu 30 hari atau satu bulan. Yang paling lama tentunya membangun pondasi untuk tiang dan jaringan kabelnya, termasuk instalasi dan jaringan listrik.
Lewat akun Instagramnya, Presiden Jokowi menceritakan proses pembangunan PLTB Sidrap yang dimulai lima tahun lalu.
"Pada Agustus 2015, kebun energi angin ini mulai dibangun. Tiang-tiang menara yang dibuat di Cilegon, Banten, dikirim ke Kota Parepare---kota pelabuhan terdekat dari lokasi PLTB---dengan kapal tongkang sejak bulan Juni 2016. Mesin-mesin turbin juga dikirim dari Spanyol dengan kapal melalui terusan Suez dan Samudera Hindia, dan bilah baling-baling dikirim dari China melalui Lautan Pasifik," tulis Jokowi.
Tidak mudah mewujudkan proyek raksasa dalam arti sebenarnya ini. Salah satu tantangan terbesarnya adalah memindahkan bahan konstruksi ke atas perbukitan yang jaraknya sekitar 200 kilometer dari kota Makassar.
Agar bisa dibawa, tiangnya yang setinggi 80 meter dibagi tiga dengan diameter terbesarnya mencapai 20 meter. Panjang satu baling-balingnya saja hampir 60 meter dengan lebar 3,6 meter dan tebal hingga 2,7 meter.