Mohon tunggu...
ISJET @iskandarjet
ISJET @iskandarjet Mohon Tunggu... Administrasi - Storyteller

Follow @iskandarjet on all social media platform. Learn how to write at www.iskandarjet.com. #katajet. #ayonulis. Anak Betawi. Alumni @PMGontor, @uinjkt dan @StateIVLP. Penjelajah kota-kota dunia: Makkah, Madinah, Tokyo, Hong Kong, Kuala Lumpur, Langkawi, Putrajaya, Washington DC, Alexandria (VA), New York City, Milwaukee, Salt Lake City, San Francisco, Phuket, Singapore, Rio de Janeiro, Sao Paulo, Dubai, Bangkok.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Jangan Kirim Undangan Nikah lewat Medsos atau Grup Percakapan!

13 Maret 2018   08:15 Diperbarui: 13 Maret 2018   12:22 61218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: souvenirnikah.com)

Pernikahan adalah salah satu tonggak bersejarah dalam perjalanan hidup seorang manusia---setelah kelahiran dan sebelum kematian. Itulah sebabnya, kegiatan ini menjadi begitu sakral dan memiliki ikatan kuat dengan agama.

Dalam Islam, acara resepsi pernikahan wajib digelar sebagai wujud syukur dan bentuk pengumuman telah bertemunya dua jiwa dalam satu bahtera rumah tangga. Pasangan pengantin ini juga membutuhkan restu dan doa dari kerabat terdekat dan handai tolan yang hadir di pesta pernikahan.

Itulah sebabnya, orang yang menerima undangan pernikahan wajib (ada juga yang berpendapat sunnah) menghadiri undangan pernikahan, sepanjang undangan itu memenuhi syarat syar'i dan sepanjang tidak ada halangan yang menyebabkan penerima undangan tidak dapat menghadirinya.

Pertanyaannya, bagaimana kalau saya menerima undangan pernikahan lewat grup WhatsApp atau malah hanya ditandai di Facebook? Apakah itu artinya saya diundang dan diwajibkan datang?

Saya sengaja melempar pertanyaan ini, karena banyak sekali pengantin zaman now yang menyebar undangan di Facebook atau Instagram dan mengundang teman-temannya lewat grup WhatsApp.

Sebenarnya, teknologi sudah sangat memudahkan pengantin dalam memproduksi dan mendistribusikan undangan. Sebelum era digital hadir, pengantin zaman dulu harus mencetak sekian banyak undangan lalu menyebarkannya ke para saudara dan teman-teman yang ingin diundang, satu per satu, dari rumah ke rumah.

Zaman sekarang, undangan tidak perlu dicetak. Kirimnya pun tidak perlu datang ke rumah orang yang mau diundang. Cukup buat undangan digital, lalu kirim lewat media percakapan yang ada. Tinggal pilih, bisa lewat WhatsApp, Line, Messenger, Telegram, DM Twitter, atau Direct Instagram.

Undangan lewat Grup itu Bermasalah

Tapi kemudahan ini sedang digunakan tidak dengan semestinya. Pengirim undangan pernikahan tidak memikirkan dampak dari selembar undangan tersebut, sehingga dengan mudahnya menyemplungkan foto undangan dan teksnya begitu saja di grup WhatsApp, sambil mengharapkan kehadiran semua anggota di dalamnya.

Di situ ada 165 anggota, maka sebanyak orang itulah yang diundang (dan terkena beban wajib datang). Tanpa mempertimbangan kedekatannya dengan setiap anggota grup atau memperhatikan domisili mereka.

Dari aspek etika dan kepatutan, mengundang orang ke acara pernikahan dengan cara lempar-jangkar seperti itu tentu dianggap tidak sopan. Bahkan akan ada yang merasa tidak dihormati saat melihat selembar undangan disebar di grup, tapi si pengundang tidak mengirim undangan itu khusus untuk dirinya, apalagi meneleponnya untuk mengharapkan kehadirannya.

"Saya ini kan pamannya."

"Padahal gue kan teman dekatnya."

Begitu gerutuan yang muncul. Ada yang menyimpannya di dalam hati. Ada yang gak tahan lalu membuat status terbuka di Facebook atau status tertutup di WhatsApp dan Instagram (instastory).

Dari aspek hukum agama, undangan ini menimbulkan keraguan di benak penerimanya. Apakah saya benar-benar diundang? Apakah saya wajib datang?

Masalah lain yang dapat muncul adalah: orang yang benar-benar kamu harapkan kehadirannya tidak hadir karena dia tidak sempat melihat undangan yang Anda sebar di grup.

Ya iyalah. Grup itu kan dibuka kalau kita mau buka. Kalau tidak, maka ratusan bahkan ribuan pesan baru yang masuk ke situ akan lewat begitu saja. Dan tidak ada ketentuan yang mewajibkan setiap anggota grup membuka dan membaca setiap pesan yang masuk. Tidak ada aturan seperti itu.

Undangan lewat Medsos itu Bermasalah

Sebenarnya mengundang orang di media percakapan seperti WhatsApp atau Telegram agak sedikit masuk akal, setidaknya dibandingkan kalau Anda menyebarkan undangan di Facebook lalu diperparah dengan menandai teman-teman tertentu, dengan niat mengundang mereka datang.

Kalau Anda tidak memperhatikan privasi gambar undangan yang disebar, Anda akan terlihat lebih konyol lagi. Yang saya maksud dengan privasi adalah pengaturan siapa yang bisa melihat undangan tersebut: Publik (semua orang), atau beberapa orang teman tertentu, atau semua teman (plus temannya teman).

Mengapa konyol? Karena begitu Anda menayangkan gambar untuk publik, itu artinya semua orang bisa melihat undangan tersebut. Apalagi kalau gambar itu disebarkan tanpa disertai dengan narasi sedikit pun. Semakin tidak jelas siapa sebenarnya yang mau Anda undang.

Menayangkan undangan di Instagram atau Facebook dengan menandai sekian banyak orang tertentu juga dianggap menyebalkan. Mereka yang tidak merasa dekat dengan pengundang akan merasa terganggu dengan notifikasi dari interaksi yang terjadi di gambar tersebut. Mereka yang merasa dekat pun merasa tidak ada ikatan emosi yang dekat antara dirinya dengan pengundang---padahal sesungguhnya mereka berdua adalah karib.

Cara Terbaik Kirim Undangan di Era Digital

Maka bagaimana cara terbaik dalam mengirimkan undangan di era digital?

Yang paling ideal dan eksklusif tentu saja dengan mencetaknya dan mengirimkan undangan itu langsung ke tangan orang yang diundang. Tidak perlu Anda sendiri yang mengantarkan undangan. Anda bisa meminta tolong tetangga atau, karena sudah era digital, Anda bisa titik ke kurir pengiriman kilat atau titip ke tukang ojek yang menerima layanan Go Send atau layanan sejenis.

Pilihan yang lebih santai adalah dengan tidak mencetak undangan tersebut, tapi cukup mengirimkan undangan digital. Kirimnya langsung ke yang bersangkutan ya. Langsung dijapri. Jangan di-broadcast apalagi di-tag di medsos.

Sebut namanya, basa-basi dikit, lalu sampaikan undangan itu dengan tulus dan penuh harap dia bisa datang. Lalu, sempatkan menghubunginya lewat telepon. Memastikan dia sudah menerima dan membacanya (walaupun sebenarnya kamu sudah tahu kapan undangan itu dia terima dan kapan dia baca).

Jadi jangan sebar undangan lewat media sosial atau lewat grup percakapan. Kalau kamu benar-benar gatal ingin menyebarkannya di grup atau medsos, ganti dulu pesannya. Konteksnya adalah memberitahukan dan meminta doa, bukan mengundang.

Mintalah doa restu dari orang-orang yang biasa berinteraksi dengan Anda di Facebook, Twitter, Instagram dan grup-grup percakapan. Tapi sebelumnya, pastikan teman-teman spesial Anda di platform-platform digital tadi sudah Anda kirimi undangan khusus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun