Mohon tunggu...
ISJET @iskandarjet
ISJET @iskandarjet Mohon Tunggu... Administrasi - Storyteller

Follow @iskandarjet on all social media platform. Learn how to write at www.iskandarjet.com. #katajet. #ayonulis. Anak Betawi. Alumni @PMGontor, @uinjkt dan @StateIVLP. Penjelajah kota-kota dunia: Makkah, Madinah, Tokyo, Hong Kong, Kuala Lumpur, Langkawi, Putrajaya, Washington DC, Alexandria (VA), New York City, Milwaukee, Salt Lake City, San Francisco, Phuket, Singapore, Rio de Janeiro, Sao Paulo, Dubai, Bangkok.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Menilik Foto Raja Salman di Halaman Pertama Koran-koran Nasional: Antara Ahok dan Hujan

2 Maret 2017   14:55 Diperbarui: 4 April 2017   16:32 1531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu cara merekam sejarah yang sedang berlangsung di suatu tempat, adalah dengan mencermati pemberitaan surat kabar setempat. Misalnya saat Raja Arab Saudi untuk pertama kali datang ke Indonesia pascakejatuhan rezim Soeharto. Semua koran, hari ini, memuat foto Raja Salman di hari perdana kunjungan lima harinya.

Meskipun produk pemberitaan online sudah jadi konsumsi kesehariaan mayoritas pembaca Indonesia, kehadiran koran yang dicetak di atas kertas masih jadi acuan kredibilitas dan kualitas produk pers. Apapun yang dipilih oleh si koran, tentu sudah melalui proses diskusi dan perdebatan panjang di sidang redaksi. Apalagi untuk posisi halaman muka. Foto utama apa yang akan ditampilkan dan berita utama apa yang akan disajikan, merepresentasikan pilihan redaksi dengan beragam pertimbangan.

Dalam struktur konten koran (dan media arus utama secara umum), kewenangan atau keterwakilan atau kebijaksanaan pembaca (wisdom of crowd) tidak memiliki tempat. Proses pemilihan dan penempatan berita sepenuhnya menjadi kewenangan media (wisdom of press). Semua terserah redaksi.

Daya tarik pemberitaan hari ini, khususnya oleh produk-produk jurnalistik yang bermukim di ibukota, masih berkutat pada sosok Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Poernama alias Ahok sebagai newsmaker. Apapun yang dilakukan Ahok akan jadi berita. Terlebih dirinya adalah orang nomor satu ibukota negara ini. Terlebih dia masih berstatus sebagai terdakwa kasus penistaan agama yang proses persidangannya masih berjalan. Terlebih Pilkada Jakarta masih berlangsung, menunggu datangnya hari pencoblosan putaran kedua, 19 April nanti.

Saya tidak sedang membahas patut tidaknya Ahok ikut menyambut dan bersalaman dengan Raja Arab Saudi. Sudah banyak yang membahas, memuji dan mencaci peristiwa tersebut.

Dari sisi keprotokoleran, kepala daerah punya kewajiban dan kepatutan menyambut tamu negara yang bertandang ke daerahnya. Artinya wajar kalau presiden dan gubernur datang menyambut tamu negara, karena sang tamu bertandang ke negara sekaligus daerah tempat keduanya berkuasa. "Sebagai gubernur DKI Jakarta, sambutan Ahok kepada Raja Salman yang mendarat di Jakarta sudah tepat. Jangan, dibelok-belokkan karena ini bentuk penghormatan kepala daerah kepada tamu istimewa negara," kata Supriadi Djae, aktivis Pemuda Muhammadiyah, seperti dikutip Tribunnews.

Dari sisi kepatutan, ada yang menyesalkan dan menganggapnya tidak pantas. Karena terdakwa Ahok masih menghadapi kasus hukum dugaan penistaan agama Islam, dan Raja Salman adalah salah seorang tokoh muslim terkemuka dunia, dalam kapasitasnya sebagai penjaga Dua Kota Suci, Makkah dan Madinah. "Ahok adalah terdakwa kasus penodaan agama Islam, agamanya Raja Salman juga. Mengajak terdakwa dalam menyambut tamu istimewa negara adalah sesuatu yang tidak etis," kata Sekretaris PP Pemuda Muhammadiyah, Pedri Kasman, seperti dikutip Sindonews.

Tapi yang menarik perhatian saya saat ini adalah foto utama sejumlah koran nasional yang tayang hari ini.

Harian Kompas memilih foto Presiden Jokowi dan Raja Salman berjalan bergandengan tangan saat mengantar tamunya menuju mobil di Istana Kepresidenan Bogor. Genggaman erat kedua kepala negara itu menguatkan judul besar yang tertulis di atasnya: Babak Penting RI-Arab Saudi.

Sementara itu, redaksi Jawa Pos menganggap foto saat keduanya menerjang hujan lebat dan dipayungi oleh para pengawal adalah foto humanis yang paling pas menghiasi korannya. Cerita yang dipilih adalah soal terus menurunnya nilai ekspor Indonesia ke negeri Raja Salman, dan sekarang “Saatnya Genjot Ekspor ke Arab Saudi”.

Sama dengan Jawa Pos, Bisnis Indonesia dan Koran Sindo sama-sama mengangkat foto humanis ketika keduanya bernaung di bawah payung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun