Nama Raja Ampat sudah sangat terkenal, bahkan sebelum Presiden Jokowi berpose dengan kain sarungnya.
Saat pertama kali melihat pesona kawasan wisata ini lewat foto-foto yang berserakan di internet, saya berani memastikan potensi wisata yang terletak di atas kepala burung pulau Papua itu jauh lebih eksotis dibandingkan wisata bahari mana pun di dunia. Bahkan dibandingkan Phuket di Thailand sekalipun yang saya kunjungi beeiberapa tahun lalu.
Tapi masalahnya, saya sama sekali belum bisa membayangkan seperti apa Raja Ampat disuguhkan ke para pecinta wisata alam? Boro-boro memikirkan infrastruktur dan fasilitas yang tersedia. Membayangkan lokasi dan peta wisatanya pun tidak bisa.
Raja Ampat dikenal sebagai surga biota laut, tempat berkumpulnya 1.150 jenis ikan laut dan beragam binatang bawah laut. Di atas daratan, Raja Ampat juga memiliki hutan yang didalamnya terdapat aneka flora dan fauna, mulai dari aneka serangga sampai aneka burung—khususnya aneka burung Cenderawasih yang sudah lama menjadi ikon Papua.
Kawasan ini juga merupakan perpustakaan untuk ribuan jenis terumbu karang. Anda bisa dengan mudah menikmati keindahannya, bahkan dari atas pesawat terbang sekalipun! Di banyak pulau-pulau kecil, terumbu karang hidup di kedalaman air setengah meter. Sehingga satu-satunya alat yang Anda perlukan untuk menikmatinya hanyalah kaca mata berenang.
Terumbu karang yang ada di kawasan ini pada umumnya terumbu karang tepi dengan kontur landai ataupun curam. Juga masih banyak tipe lainnya, dengan kondisi yang masih sangat baik, dengan persentase penutupan karang hidup hingga 90 persen.
Tempat terbaik menikmati terumbu karang adalah di selat Dampier, Kepulauan Kofiau, Kepulauan Misool Timur Selatan dan Kepulauan Wayag. Tapi di pulau kecil seperti Friwen pun Anda tetap bisa menikmati keindahannya, cukup dengan ber-snorkeling di pantainya yang landai.
Itulah sebabnya, para penyelam dan pecinta keindahan laut sangat merekomendasikan teman-temannya di seluruh dunia untuk bertandang ke sini. Kurang afdhol rasanya mengaku sebagai penyelam atau penggila snorkeling kalau belum menikmati pesona Raja Ampat.
Lantas, di mana sih letak Raja Ampat. Dan bagaimana saya bisa tiba di sana?
Raja Ampat merupakan kawasan kepulauan yang dikelola oleh Pemerintahan Kabupaten Raja Ampat, satu dari 14 kabupaten baru di Papua yang dideklarasikan tahun 2002. Sebelumnya, kawasan Raja Ampat masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sorong.
Raja Ampat terdiri dari empat pulau besar, yaitu Pulau Waigeo, Batanta, Salawati dan Misool. Bupati Raja Ampat berkantor di Waisai yang terdapat di Pulau Waigeo.
Luas wilayah Kepulauan Raja Ampat lebih dari 46 ribu kilometer persegi, terbagi menjadi 24 distrik, 117 kampung, dan 4 kelurahan dengan jumlah penduduk 70.000 jiwa. Demikian catatan yang dirilis pemda setempat di http://rajaampatkab.go.id/sejarah.
Para turis yang hendak menikmati kawasan yang memiliki 1.847 pulau kecil ini biasanya akan memulai petualangan mereka dari Waisai yang terletak sekitar 36 mil dari Kota Sorong. Untuk mencapai ibukota Raja Ampat ini, Anda bisa naik kapal feri, baik yang ekspres maupun kapal biasa. Jarak tempuh feri ekspres sekitar dua jam, sedangkan kapal laut biasa memakan waktu hingga empat jam. Para turis tentunya lebih banyak memilih kapal ekspres yang tarif per orangnya sekitar 150 ribu Rupiah.
Saya sendiri kemarin menempuh perjalanan Sorong-Waisai lewat udara dengan menumpang pesawat Twit Otter 16 kursi milik maskapai Susi Air. Pesawat ini terbang tiga kali seminggu, yaitu setiap hari Senin, Rabu dan Jumat. Penerbangan dari Bandara SOQ menuju Bandara Marinda, Waisai, kurang dari setengah jam, dengan lama penerbangan lurus di udara sekitar 12 menit.
Yang perlu Anda catat sebelum bertandang ke sini adalah, Raja Ampat bukanlah wahana yang dibuat oleh manusia. Sampai saat ini , semua lokasi wisata yang akan Anda kunjungi dibuat oleh Sang Pencipta. Semuanya merupakan wisata alam yang pesonanya sudah ada di sana sejak lama.
Keindahan  Raja Ampat sendiri mendunia sejak tahun 1990, saat Max Ammer, seorang penyelam berkebangsaan Belanda, mengunjungi kawasan ini untuk menemukan bangkai kapal dalam Perang Dunia II yang hilang di perairan ini.
Gegap gempita wisata Raja Ampat baru dimulai sekitar 10 tahun lalu, yang kemudian oleh Pemkab Raja Ampat digalakkan lewat festival tahunan yang dimulai tahun 2010. Tempat ini menawarkan puluhan tempat wisata yang eksotis, dan tentunya masih ada tempat-tempat tersembunyi lain yang belum dieksplorasi.
Lokasi-lokasi yang akan Anda kunjungi nanti kebanyakan masih sangat alami, belum ada tampil apa adanya. Bahkan gugusan koral yang indah di kepulauan Piaynemo pun dulu belum dilengkapi dengan tangga menuju titik pemotretan strategis di atas sana. Sebuah tangga kayu berliku dengan 314 anak tangga baru dibangun sekitar dua tahun lalu, jelang digelarnya acara Sail Raja Ampat 2014.
Sudah siap datang ke Raja Ampat? Kalau belum, tunggu cerita saya berikutnya di Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H