Mohon tunggu...
ISJET @iskandarjet
ISJET @iskandarjet Mohon Tunggu... Administrasi - Storyteller

Follow @iskandarjet on all social media platform. Learn how to write at www.iskandarjet.com. #katajet. #ayonulis. Anak Betawi. Alumni @PMGontor, @uinjkt dan @StateIVLP. Penjelajah kota-kota dunia: Makkah, Madinah, Tokyo, Hong Kong, Kuala Lumpur, Langkawi, Putrajaya, Washington DC, Alexandria (VA), New York City, Milwaukee, Salt Lake City, San Francisco, Phuket, Singapore, Rio de Janeiro, Sao Paulo, Dubai, Bangkok.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

"Storytelling": Menulislah, Berceritalah...

25 Januari 2016   09:30 Diperbarui: 25 Oktober 2017   13:44 1101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak biasanya teman saya selugas itu. Lewat WhatsApp, dia memuji cerita pengalaman naik pesawat presiden yang saya tayangkan di Kompasiana. Platform blog ini memang sudah lama jadi media yang menggiurkan buat banyak penulis dan pewarta. Setiap hari, ada saja konten bagus yang menyedot perhatian banyak orang, salah satunya ya si teman tadi.

Dia mengikuti cerita-cerita yang saya bagikan untuk khalayak pembaca di dunia maya. Senior yang sekarang berprofesi sebagai motivator ini meminta saya mengolah naskah bukunya dengan gaya narasi seperti itu. "Ana punya bahan buku berisi pengalaman umroh pingin diedit seperti itu sdrku...," tulisnya.

Saya katakan kepadanya, cerita liputan kunjungan kerja Presiden Jokowi, termasuk cerita saat menikmati kemewahan di dalam kabin pesawat kepresidenan, saya garap dengan cara bertutur, dengan gaya mendongeng, alias storytelling.

Mendongeng sejatinya merupakan bentuk kesenian paling kuno dan paling ekspresif yang masih dikenal luas di dunia seni. Storytelling sendiri didefinisikan sebagai seni interaktif yang menggunakan bahasa tutur, vokalisasi (menyuarakan bacaan), gerakan tubuh dan gerak-isyarat, untuk memunculkan elemen dan gambaran sebuah cerita sambil merangsang imajinasi pendengar atau pemirsa.

Di dunia tulis-menulis, saya sudah cukup lama mengenal istilah storytelling dan menikmatinya dari media massa luar negeri sekaliber The Guardian dan The New York Times. Beberapa artikel di dalamnya disajikan dengan cara bercerita panjang kali lebar, melibatkan nara sumber dan juga penulisnya. Semua orang yang berkontribusi dalam jalinan cerita menjadi tokoh di dalamnya.

Dari situ saya melihat, storytelling tidak dimonopoli oleh pegiat seni di panggung-panggung kesenian, tapi sudah lama dipraktekkan oleh para jurnalis lewat karya-karya aktual mereka. Kontennya tentu tidak lagi berbentuk cerita fiksi atau dongeng, tapi berpijak pada pengalaman si penulis. Pada fakta yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Pada kisah yang diceritakan oleh teman. Pada perasaan yang diutarakan oleh para nara sumber.

Beberapa buku non-fiksi yang saya suka, seperti Outliers-nya Malcolm Gladwell, menggunakan pendekatan yang sama. Buku motivasi hidup ini tidak ditulis berdasarkan teori-teori. Tapi berdasarkan cerita banyak orang, kajian banyak peristiwa, dan pencarian cerita lain yang memperkuat isi buku. Lalu pada akhirnya, saya terkesima dengan cerita si penulis buku, pengalaman hidup seorang Gladwell, yang dalam sekali baca menjadi kisah paling kuat dalam menggambarkan apa dan bagaimana Outliers mengambil peran penting dalam rantai kesuksesan manusia.

Gaya bercerita yang digunakan Yann Martel dalam novel terkenal “Life of Pi” juga menjadi contoh apik storytelling—dalam bentuk fiksi. Sang novelis tidak hanya menceritakan kisah hidup Pi, tapi menyisipkan cerita di balik cerita. Sebuah kisah yang mempertemukan dirinya dengan kisah hidup Pi, yang ditulis panjang-lebar di awal cerita, lalu diceritakan terus setiap kali pembaca akan memasuki bab baru dari kisah hidup Pi.

Pada titik ini, terlihat jelas bagaimana sebuah cerita menjadi cerita paling bercerita untuk setiap cerita yang sedang diceritakan lewat media tulisan.

Selama mempraktekkan storytelling di media sosial Kompasiana, saya menuangkan banyak cerita yang berasal dari pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain: Cerita perjalanan, cerita liputan, cerita ledakan, cerita keseharian, dan banyak cerita-cerita lain. Saya pun tidak mengenal batasan sumber. 

Cerita bisa berasal dari mana saja. Bahkan membuat sebuah cerita tidak harus meminta orang lain bicara. Sumbernya tidak harus ditemui dalam sesi bertatap muka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun