Balik ke soal pergantian nama. Opsi nama lain mungkin ada, misalnya dengan mempertahankan nama Indosat sebelum Ooredoo. Tapi pakar branding paham, semakin panjang nama semakin tidak efisien dalam konteks komunikasi pemasaran. Memberikan pengecualian buat Indosat untuk tidak berganti nama pun rasanya mustahil lantaran pemilik nama itu, yaitu pemerintah Indonesia, hanya mengantongi 14,29 persen saham Indosat.
Maka keputusan hanya menambahkan kata 'Ooredoo' setelah nama 'Indosat' merupakan keputusan yang sangat tepat. Hal ini juga sejalan dengan semangat mengutamakan kenyamanan pelanggan Indosat yang mustahil diabaikan begitu saja.
"Menurut studi kami selama dua tahun, brand Indosat memiliki local strength (kekuatan lokal- ed.) yang kuat, nah dengan Ooredoo ini berharap dapat exposure internasionalnya," demikian jelas Alex di acara perkenalan identitas baru Indosat di Jakarta, Kamis (19/11) kemarin.
Arti Ooredoo
Ooredoo sendiri punya makna yang sesuai dengan kultur masyarakat Indonesia agar memiliki kemauan yang kuat. Ooredoo diambil dari kata Arab 'araada-yuriidu' yang artinya 'ingin' atau 'berkeinginan'. Kata ini memiliki semangat positif untuk berbuat sesuatu. Untuk memiliki mimpi dan cita-cita. Lalu berusaha dan bekerja keras mengejar apa yang sudah dicanangkan (diinginkan).
Ooredoo sendiri menggunakan nama ini sebagai simbol komitmen untuk meningkatkan harkat hidup manusia dan mewujudkan aspirasi para pelanggannya. Saya ingin, Ana uriidu, I want, merupakan motor penggerak dan motivator paling kuat buat manusia dalam bekerja dan berusaha--menjadi lebih baik.
Buat saya sendiri, kata Ooredoo langsung dekat di hati. Karena saya paham bahasa Arab, saya tahu bagaimana memaknainya dengan baik. Dan kata ini langsung mengingatkan saya pada satu hadits Nabi, yang mengajarkan kita tingginya martabat ilmu dalam mencapai kebahagiaan hidup.
"Man arada al dunya fa 'alaihi bil 'ilmi. Wa man arada al akhirah fa 'alaihi bil 'ilmi. Wa man arada huma fa 'alaihi bil 'ilmi."
"Barangsiapa yang menginginkan (kesuksesan) dunia, maka hendaklah dengan ilmu. Barangsiapa yang menginginkan akhirat, maka hendaklah dengan ilmu. Dan barangsiapa yang menginginkan keduanya, maka hendaklah dengan ilmu.
Bagaimana menurut Sobat sekalian?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H