[caption caption="Tabung Bright Gas 5,5 kg terlihat lebih cantik dan ringkas dibanding Elpiji 12 kg. (Pertamina)"][/caption]Dalam catatan saya, setiap rumah yang saya tinggali setidaknya memerlukan tiga kebutuhan dasar, yaitu air, listrik dan gas elpiji. Saya yakin teman-teman punya kebutuhan yang sama.
Ketiga barang itu memang tidak selamanya tersedia. Air, misalnya. Di musim kemarau berkepanjangan sekarang ini, sudah banyak rumah-rumah yang kesulitan mendapatkan air. Mesin di rumah saya juga sudah kelelahan memompa air keluar karena sumber airnya menyusut jauh meninggalkan ujung pipa di bawah sana. Listrik juga begitu. Tidak selamanya lampu di rumah menyala-nyala. Kalau gardu listrik sedang ngadat, mati lampu terjadi di banyak rumah, gelap-gulita di mana-mana.
Tapi dalam kondisi normal, air dan listrik tersedia terus tanpa harus diangkut ke dalam rumah.
Coba bayangkan gimana repotnya kalau orang tidak bisa memasang mesin air atau tidak ada layanan air dari PAM. Setiap hari harus mengangkut benda cair itu dalam sebuah wadah. Begitu juga dengan listrik. Kalau sampai harus bolak-balik mindahin alirannya dari luar ke dalam rumah, bisa-bisa rambut kita tegang semua.
Kerepotan inilah yang masih saya alami saat urusan gas elpiji. Pasalnya, belum ada layanan gas lewat pipa ke rumah-rumah bergenteng. Walhasil, setiap kali isi tabung habis, kita harus memasukkan tabung penuh gas dan menggantinya dengan tabung yang kosong.
Ukuran tabungnya pun sangat besar dan berat. Tabungnya sendiri sudah 15,1 kilo. Dalam keadaan terisi penuh gas 12 kilo, total beratnya mencapai 27,1 kilogram. Kalau diangkat pakai tangan, banyak risiko yang dihadapi, mulai dari ubin pecah sampai ancaman ke telapak kaki.
Kalau penjual gas di samping rumah masih buka atau stoknya masih tersedia sih enak. Tinggal minta diantar lalu kita berikan ongkir ke penjualnya. Tapi tidak jarang gas habis di hari libur sehingga harus membelinya jauh ke Indomart atau SPBU. Sepeda motor jelas tidak bisa diandalkan dan sangat berisiko membawa tabung seberat itu dengan kendaraan roda dua.
Memang sih sudah ada tabung ukuran mini 3 kilo. Tapi itu kan produk subsidi untuk kalangan tertentu. Lagi pula, tiga kilo gas tidak bisa mencukupi kebutuhan masak-memasak sebulan, sehingga kerepotan beli gas semakin berlipat.
Tapi syukurlah, hari ini (23/10), Pertamina meluncurkan tabung gas baru kemasan 5,5 kg dengan merek Bright Gas. Tabung gas berwarna merah muda ini tentu saja jadi solusi buat saya yang butuh tabung yang tidak seberat 12 kilogram tapi juga tidak semungil yang 3 kg.
Dan kalau saya hitung dari ritme konsumsi gas selama ini, tabung gas 5,5 kilo ini cukup untuk memenuhi kebutuhan sebulan penuh.
Kehadiran Bright Gas 5.5 kg juga jadi solusi yang cocok bagi keluarga yang membutuhkan kemasan lebih ringan dan praktis, misalnya ibu rumah tangga atau keluarga kecil yang memasak dalam jumlah yang lebih sedikit ataupun penghuni rumah-bersusun. Bright Gas 5.5 kg merupakan varian baru yang akan melengkapi kemasan yang telah ada.
[caption caption="Si pinki Bright Gas 5,5 kg berdampingan dengan kakak tuanya. (Pertamina)"]
Desainnya juga oke dengan warna yang lebih berwarna. Tabungnya ringan dan ukurannya juga ringkas. Berat kosong tabung hanya sebesar 7 kg dan total berat termasuk isi hanya sekitar 12 kg—lebih ringan dari galon air mineral isi penuh.
Semua kelebihan tersebut, seperti dipaparkan Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang saat peluncuran, dapat dinikmati konsumen dengan harga yang terjangkau, hanya sekitar Rp 62 ribuan rupiah (harga agen). Pertamina mengkalkulasi sambil berharap harga pasarannya tidak mencapai Rp 70 ribu.
Tentu saja desain tabung yang menarik serta fitur-fitur kelebihan tersebut semakin cocok dengan karakter wanita karier atau ibu rumah tangga yang lebih dinamis dengan beragam gaya hidup dan aktifitas.
Setelah diluncurkan, Bright Gas akan dikembangkan secara meluas di Jabodetabek mulai November ini. Selain pemasaran melalui toko-toko dengan menggandeng Agen LPG, Pertamina juga akan memasarkannya di 54 SPBU Pertamina dan 150 outlet Indomaret. Di awal 2016 nanti, pengembangan melebar ke wilayah Jawa dan Bali.
Pertamina, demikian Bambang, sangat optimis rencana pengembangan jaringan akan lebih luas dari itu sehingga diharapkan dapat meraih 24% pangsa pasar non subsidi dalam 5 tahun mendatang. Dan saya pun gak sabar menunggu peredarannya di sekitar rumah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H