[caption id="attachment_362206" align="aligncenter" width="567" caption="Warga tumplek-blek di sekitar Gedung Asia Afrika. (iskandarjet)"][/caption]
Semalam, saya dan keluarga beruntung berada di waktu yang tepat saat berkeliling Kota Bandung untuk ke sekian kalinya. Euforia pelaksanaan Konferensi Asia Afrika yang ke-60 terasa di sepanjang jalan. Di banyak sudut, polisi dan tentara berkolaborasi mengamankan kota. Sekilas mirip dengan suasana di Rio de Jenairo saat berlangsungnya Piala Dunia tahun lalu.
Dan begitu memasuki jantung kota, tepatnya di sekitaran alun-alun, keramaian menyeruak di mana-mana, khususnya di sepanjang jalan Asia Afrika, kawasan bersejarah yang menyatukan dua benua selatan selatan.
Kebetulan hari ini saya diminta mengisi materi pelatihan menulis di blog untuk karyawan Bank Indonesia, dan jarak dekat Jakarta-Bandung memungkinkan saya membawa serta si kakak (dan tentu adik-adiknya) yang  sedang libur sekolah.
[caption id="attachment_362209" align="aligncenter" width="576" caption="Poster besar KAA. (iskandarjet)"]
Awalnya saya ragu melanjutkan perjalanan ke alun-alun karena ada informasi penutupan jalan ke arah sana. Kabarnya, kondisinya kurang-lebih sama dengan Jakarta saat ini yang ruas jalan utamanya banyak diamankan untuk kelancaran konferensi.
Tapi karena dorongan rasa penasaran melihat alun-alun dan menyusuri jalan Asia Afrika, selepas Magrib misi pun dilaksanakan.
Rupanya, banyak warga Bandung punya misi yang sama. Mereka ingin seseruan di lokasi yang besok akan menjadi tempat dilangsungkannya peringatan puncak Konferensi Asia Afrika. Begitu masuk ke Asia Afrika, kendaraan mulai padat-merayap. Di kanan-kiri jalan terlihat muda-mudi selfie sambil duduk-duduk di atas kursi yang belum lama ini disediakan oleh Pemkot.
[caption id="attachment_412079" align="aligncenter" width="576" caption="Soekarno dan Mandela (iskandarjet)"]
Semakin mendekati Gedung Merdeka (sekarang lebih dikenal dengan nama Gedung Asia Afrika), kerumunan manusia bertambah ramai. Ada kerumunan yang merayakan ulang tahun Harian Pikiran Rakyat. Tapi sebab utama masyarakat tumpah-ruang di sini adalah untuk menghirup euforia #KAA jelang hari puncaknya.
Kata Anwar, teman asli kota Bandung yang menemani jalan-jalan, kawasan itu belum pernah seramai ini kecuali di malam takbiran. "Kayak lagi Lebaran aja...," selorohnya.