Rutinitas pagi berubah. Dari aktifitas masuk kelas jadi sesi belajar mandiri atau berkelompok. Ada yang semangat membaca, tak sedikit yang semangat tidur. Tapi jangan harap bisa tidur lama, karena pengawas berkeliling ke setiap sudut pondok. Para guru diperintahkan untuk menyebar sepanjang malam. Mereka bertugas sebagai perpustakaan berjalan. Atau lebih tepatnya kelas berjalan. Pondok menyebutnya sebagai Gerakan "Belajar Keliling Malam".
Jadi ketika anak-anak mau ujian, tidak ada ceritanya guru liburan. Mereka harus menyebar dan berbaur dengan santri. Kalau ada murid, murid dari kelas apapun, bertanya dan meminta penjelasan suatu pelajaran, sang guru harus siap menjelaskan sejelas-jelasnya. Tidak peduli si murid berasal dari kelas satu atau kelas lima. Karena pada dasarnya para guru adalah mantan santri yang sudah mempelajari dan dianggap menguasai semua pelajaran. Maka ada guru yang sengaja memilih satu rute atau satu kawasan asrama yang hanya diisi oleh kelas tertentu untuk menghindari pertanyaan dari kelas yang tidak begitu dikuasai.
Selama masa ujian berlangsung, santri diharapkan tidak menerima tamu. Atau, dengan kata lain, para wali santri diminta untuk tidak datang berkunjung. Karena dapat merusak konsentrasi belajar putra mereka. Bersambung ke...
- Di Gontor, Tidak Ada Ujian Nasional! (Bagian 2)
- Galeri Foto di Gontor, Saat Tidak Ada Ujian Nasional (Bagian 3)
- Mengapa di Gontor Tidak Ada Ujian Nasional? (Bagian 4)
~~ikuti iskandarjet di facebook dan twitter~~ Baca juga:
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H