Semuanya dilakukan dalam bentuk komunikasi lisan. Dengan bercakap-cakap dan berdiskusi antar-sesama.
Kebiasaan inilah yang ingin dibawa ke Kompasiana dalam bentuk tulisan. Dengan tulisan, apa yang biasa mereka kabarkan dan ceritakan bisa terekam dan dibaca berulang-ulang. Begitu juga dengan opini atau pendapat. Dan bila komunikasi lisan di pasar hanya dapat melibatkan kelompok kecil masyarakat dalam jumlah 3-10 orang, di Kompasiana ukuran kelompok dimaksud bisa lebih besar, melibatkan puluhan, ratusan hingga ribuan orang.
Artinya, hanya dengan menuliskan apa yang ada di kepala, maka proses penyampaian berita atau informasi sudah dilakukan dengan baik. Dan itulah inti dari kerja media, yaitu menyampaikan berita atau informasi ke banyak orang. Kita hanya perlu berterima kasih kepada teknologi canggih bernama Web 2.0 yang memungkin setiap pengguna internet untuk menulis (bukan sekedar membaca). Berterima kasih berarti menggunakan dan memanfaatkan teknologi itu untuk berbagi kebaikan kepada sesama.
Walhasil, apa yang ditulis oleh warga, otomatis menjadi sebuah berita, setidaknya bagi penulisnya sendiri. Dan tanpa disadari, apa yang ditulis oleh warga di Kompasiana sedikit banyak berisi informasi baru yang dibutuhkan oleh orang lain. Sehingga tulisan atau informasi itu, dalam konteks tertentu, layak disebut sebagai sebuah berita. Dan dari sinilah istilah reporter warga (bukan jurnalis warga) kerap disematkan kepada para Kompasianer atau para pengguna Kompasiana.
Berita-berita besar yang muncul di Kompasiana biasanya berangkat dari kesenangan untuk berbagi informasi yang baik dan bermanfaat. Misalnya berita razia Indomie yang dilakukan oleh pemerintah Taiwan pada bulan Oktober 2010. Berita yang sempat heboh dan menjadi perbincangan masyarakat ini bermula dari laporan Okti Li, seorang warga Indonesia yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Taiwan. Begitu melihat berita tersebut di televisi setempat, Okti dengan cekatan menulis apa yang dia ketahui di Kompasiana pada tanggal 9 Oktober 2010 lewat ponselnya. Setelah itu, dalam sekejap beritanya menyebar dan diberitakan ulang oleh media mainstream (koran, majalah, televisi, radio).
Pada bulan Mei 2011, Didi Rul, seorang warga Indonesia lain yang sedang bekerja di Australia melakukan hal serupa yang pernah dilakukan oleh Okti. Dia menayangkan hasil pertemuan antara mahasiswa Indonesia di Melbourne dengan anggota Komisi VIII DPR RI yang sedang melakukan kunjungan kerja ke Australia. Tulisan yang ditayangkan di Kompasiana ini pun langsung menjadi sumber berita media massa Indonesia yang sudah lama menyoroti perjalanan anggota DPR ke luar negeri.
Dan masih banyak contoh lain, baik di dalam maupun di luar negeri, yang bisa menggambarkan besarnya dampak berita atau informasi yang disampaikan oleh warga di Kompasiana. Sebuah informasi yang semula hanya dianggap penting oleh penulisnya, tapi menjadi fenomena tersendiri karena informasi tersebut juga penting untuk diketahui banyak orang. Dan semua ini bermula dari semangat berbagi tulisan yang baik dan bermanfaat di Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H