Mohon tunggu...
ISJET @iskandarjet
ISJET @iskandarjet Mohon Tunggu... Administrasi - Storyteller

Follow @iskandarjet on all social media platform. Learn how to write at www.iskandarjet.com. #katajet. #ayonulis. Anak Betawi. Alumni @PMGontor, @uinjkt dan @StateIVLP. Penjelajah kota-kota dunia: Makkah, Madinah, Tokyo, Hong Kong, Kuala Lumpur, Langkawi, Putrajaya, Washington DC, Alexandria (VA), New York City, Milwaukee, Salt Lake City, San Francisco, Phuket, Singapore, Rio de Janeiro, Sao Paulo, Dubai, Bangkok.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Ratusan Peti Mati untuk Promosi yang Bikin Hiii

6 Juni 2011   05:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:49 1045
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_114595" align="alignnone" width="640" caption="Edi Taslim membuka peti mati di kantor KOMPAS.com (iskandarjet)"][/caption] Suasana di ruang resepsionis KOMPAS.com di Senin pertama bulan Juni 2011 berjalan seperti biasa. Setelah melayani beberapa telepon masuk, Mia dan Nova yang setiap pagi bertugas di ruang itu mendapat pesan dari petugas keamanan gedung Kompas Gramedia: Ada peti mati sedang menuju ke kantor KOMPAS.com! Sebuah pesan aneh di pagi yang cerah, pikir Mia. Dan ternyata benar. Sekitar pukul 08:30, dua orang tamu datang membawa peti mati. Mereka bukan berasal dari satu perusahaan pengiriman barang dan tidak banyak memberikan informasi seputar 'paket kematian' yang dibawa. "Kurirnya cuma bilang disuruh oleh RestinPeaceSoon untuk mengirim paket itu ke KOMPAS.com," kata Mia. Setelah peti mati diterima, keduanya bergegas pergi. Peti mati coklat berukuran kecil itu sontak membuat heboh karyawan KOMPAS.com. Mereka berbondong-bondong melihat peti itu dari dekat dan mencermati isinya. Tidak ada barang apapun di dalamnya, hanya teronggok setangkai bunga mawar putih di atas taburan kembang. Di bagian atas peti, tepatnya di bawah tulisan RIP, tertempel nama penerima paket yang (tidak) beruntung: Kepada Yth, Mr. Edi Taslim Vice Business Director KOMPAS.com Kalau dilihat dari ukuran badan penerima, peti itu jauh lebih kecil. Artinya, mustahil peti itu dikirim untuk tujuan yang sebenarnya. Peti itu juga tidak berisi ancaman atau pesan teror seperti yang dilakukan para teroris bom buku beberapa waktu lalu. Di dalam peti hanya terdapat pesan "You are number: #661" yang mengindikasikan nomor urut penerima paket. Pesan itu menempel di tangkai bunga mawar, lengkap dengan alamat pengirim, www.restinpeacesoon.com. [caption id="attachment_112326" align="aligncenter" width="640" caption="Karyawan dan satpam mengerumuni peti mati yang belum ada isinya... (iskandarjet)"][/caption] Berdasarkan informasi yang diterima KOMPAS.com, selain ditujukan ke Edi Taslim, peti serupa juga ditujukan pada Daniel Rembeth di Jakarta Post, CEO Kaskus Andrew Darwis, danDirektur Pemberitaan Metro TV Suryopratomo Beberapa penggiat social media juga menerima peti yang sama. Peti mati beserta bunga juga dikirim ke Ndorokakung dan Raditya Dika. Iim Fahima dari Virtual juga menerima paket yang sama. Bahkan, seperti ditulis Uni Lubis (@unilubis) di akun Twitternya, semua provider telekomunikasi juga menerima paket menyeramkan. Agency periklanan juga dikabarkan banyak yang menerimanya. "Wow, @emjkt jg terima kiriman peti mati yg cute..kata kurirnya semua provider telekomunikasi terima juga. Makin lucu ya. #NiceTry," kicaunya. @emjkt adalah Erick Meijer, petinggi Esia. Edi Taslim meyakini peti itu merupakan bagian dari strategi pemasaran yang dibuat oleh si pengirim. "Ini sih marketing strategy," ujarnya menanggapi hadiah-tak-menyenangkan yang ia terima. Tujuannya adalah membuat kehebohan dan mendapat publikasi luas dari media massa. Saat dicek ke websitenya, RestinPeaceSoon ternyata masih dalam tahap pengembangan. Halaman depannya berisi hitung mundur menuju waktu peluncuran. Kepada KOMPAS.com, pemilik domain Dukha Ngabdul Wasih memastikan bahwa pengiriman ratusan peti mati ke banyak pihak merupakan bagian dari marketing si empunya bisnis yang sudah membeli domainnya. Tapi dia enggan menyebutkan nama perusahaan dimaksud, dan meminta media menunggu saat peluncuran tiba. "Nanti bakal gamblang di situ," ujarnya kepada KOMPAS.com. Promosi berhasil Untuk saat ini, target promosi dari RestinPeaceSoon bisa dibilang berhasil. Semua media yang menerima peti tersebut menurunkan berita secara serempak. Percakapan seputar peti mati di Twitter juga berisi kiriman peti yang diterima di pagi yang sama. Para pembaca online pun dipastikan akan menunggu waktu peluncuran website yang diprediksi akan dilakukan pada pukul enam sore nanti. Waktu ini nampaknya diatur dengan rapi, dengan menggunakan simbol angka 666 yang dianggap sakral (tanggal 6 bulan enam jam 6). Jumlah peti yang dikirim boleh jadi juga berjumlah 666 buah yang dikirim sejak jam 6 pagi tadi! (masih ingat nomor urut peti buat Edi Taslim, kan?) Di Twitter, pengiriman peti mati itu ditanggapi secara beragam. Sebagian besar penerimanya langsung dapat menduga bahwa peti itu merupakan bagian dari promosi. Tapi beberapa orang politisi dan masyarakat menanggapinya serius dan cenderung mengecamnya karena dianggap sebagai bentuk ancaman terhadap kebebasan pers. Raditya Dika, misalnya, menganggap peti itu sebagai bad viral. "Jika ini marketing gimmick, konsultan dan brandnya silahkan bersiap menghadapi kiris dan tuntutan hukum. Serius," komentar Dika. "Hla mau membredel media sekarang nggak bisa. Jadi ya kirim petimati saja," ujar @anabafifi, seorang pengguna Twitter di Serpong. Sementara itu, Wakil Ketua DPR Pramono Anung menanggapinya dengan penuh keprihatinan. "Media sebagai salah satu Pilar demokrasi harus tetap dijaga, pengiriman Peti Mati menunjukkan sifat picik & pengecut," kicau Anung. Setelah ini, kita tunggu apa yang akan terjadi dengan si pengirim peti mati. Kalau dia memang hanya sedang menjual peti mati dan perlengkapan pemakaman, peti itu tidak akan membawa dampak terlalu besar terhadap bisnisnya. Orang akan memakluminya dengan logika sederhana: penjual peti bagi-bagi peti. Tapi kalau ternyata si pengirim memiliki bisnis atau bentuk layanan lain yang tidak berhubungan dengan kematian dan kuburan, boleh jadi peti-peti itu akan menjadi masalah, setidaknya berupa gugatan dari penerima peti yang merasa tersinggung dengan adanya hadiah-tak-menyenangkan. [caption id="attachment_112327" align="aligncenter" width="668" caption="Peti angker itu teronggok di gudang. Ada ide sebaiknya dipakai buat apa? (iskandarjet)"][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun