Mohon tunggu...
ISJET @iskandarjet
ISJET @iskandarjet Mohon Tunggu... Administrasi - Storyteller

Follow @iskandarjet on all social media platform. Learn how to write at www.iskandarjet.com. #katajet. #ayonulis. Anak Betawi. Alumni @PMGontor, @uinjkt dan @StateIVLP. Penjelajah kota-kota dunia: Makkah, Madinah, Tokyo, Hong Kong, Kuala Lumpur, Langkawi, Putrajaya, Washington DC, Alexandria (VA), New York City, Milwaukee, Salt Lake City, San Francisco, Phuket, Singapore, Rio de Janeiro, Sao Paulo, Dubai, Bangkok.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Berharap Jadi Petugas Valley Parking yang Rindu Bertemu Allah

20 Maret 2010   15:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:18 715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

[caption id="attachment_98491" align="aligncenter" width="500" caption="Habib Umar Ibrahim menyampaikan ceramah usai tahlilan 40 hari ayahanda mas Adjie Massaid dan mbak Linda Djalil (iskandarjet)"][/caption] Kemarin malam saya mendapatkan dua siraman rohani di dua tempat yang berbeda. Penceramahnya adalah dua muballigh dan cendekiawan kondang yang sudah dikenal banyak orang. Yaitu Habib Umar Ibrahim dan KH Zainuddin MZ. Saya mendengarkan ceramah habib di acara tahlilan di rumah ibunda Adji Massaid, anggota DPR RI dari Fraksi Demokrat yang tak lain adik Linda Djalil, yang menggelar acara tahlilan dalam rangka 40 hari wafatnya sang ayah, almarhum RP Suyono Tjodrodiningrat. Sebelum tahlil dan ceramah, Adjie Massaid mengawali acara dengan mengisahkan riwayat hidup almarhum yang dilanjutkan dengan kisah-kisah masa kecilnya yang dipaparkan oleh mantan menteri kehakiman Oetoyo Oesman (sepupu almarhum). Habib Umar memulai ceramahnya dengan sebuah pertanyaan yang dia sampaikan ke jamaah pengajian di kampus Paramadina. "Apakah bapak-bapak dan ibu-ibu takut mati?" "Takut..." "Apakah bapak-bapak dan ibu-ibu rindu bertemu dengan Allah?" "Rindu...." Pada intinya, demikian habib memaparkan, di dalam diri setiap orang ada rasa takut sekaligus rindu berjumpa dengan sang khalik. Seperti anak yang rindu bertemu dengan orang tuanya. Maka satu-satunya cara untuk mengurangi rasa takut adalah dengan mengikis kesalahan yang biasa diperbuat dan memperbanyak amal kebaikan, meningkatkan ibadah dan selalu mengingat asma-Nya. Setelah itu, saya pulang dengan ingatan mendalam terhadap apa yang diucapkan Habib Umar. Memang itulah salah satu manfaat yang bisa diraih setiap kali kita mengikuti acara tahlilan. Kita bisa kembali mengingat mati. Kita kembali ingat bahwa hidup ini benar-benar singkat. Hidup ini tak lain jalan untuk kembali kepada-Nya. Setiba di daerah dekat rumah, saya menghadiri acara maulid nabi di sebuah masjid yang ada di mulut gang. Ratusan orang memadati badan jalan. Sebuah layar besar terpasang menutupi jalan. Ketika melihat wajah KH Zainuddin MZ, saya pun maklum. Penceramah kondang ini, meskipun sempat tercebur di kolam politik praktis, tetap dihormati dan dinanti oleh masyarakat. Ceramahnya malam itu pun sangat memikat. Banyak hal yang diceritakan oleh sang kiai. Mulai dari urusan keluarga dan kebiasaan bertetangga, sampai soal negara dan bangsa yang menurutnya kerap ditimpa hukuman karena pemimpinnya tak mampu menjaga amanah dan selalu berbuat dosa. Lalu dia bercerita soal hidup yang fana ini, yang isinya hanya titipan dari Allah sehingga tidak layak kita sombong karenanya. Saya menangkapnya sebagai penguat dari ceramah habib sebelumnya. Dia memberi tamsil petugas Valley Parking. Yang setiap hari bertugas memarkirkan kendaraan pengunjung mall atau kantor. "Hidup itu paling enak jadi tukang parkir. Setiap hari megang banyak mobil mewah-mewah. Tapi dia enggak sombong. Dan ketika mobil-mobil itu pergi, dia juga enggak sedih," ungkap KH Zainuddin MZ yang disambut geer oleh jamaah. Si tukang parkir ini, lanjutnya, tidak merasa sombong karena sadar bahwa mobil yang dikendarai adalah titipan yang harus dia jaga sebaik-baiknya. Sehingga dia tidak perlu sombong ataupun merasa berhak sedih ketika mobil itu pergi. Begitu juga dengan hidup ini. Semua yang kita dapat hanyalah titipan dari Allah. Anak, harta, jabatan, kekuasaan. Semuanya titipan. Maka tidak ada gunanya kita sombong, karena suatu saat nanti barang titipan itu akan diminta kembali oleh yang punya. Dan satu-satunya tugas manusia yang menerima titipan itu adalah menjaganya agar tidak rusak. Jangan sampai kita dititipi badan tapi dirusak dengan tatoo dan mengkonsumsi barang-barang berbahaya. Kita dititipi anak tapi rusak, dia mabuk-mabukan dan penjudi. Dititipi jabatan tapi disalahgunakan untuk merusak dan merugikan orang lain. Begitu tiba di rumah, saya pun berharap bisa menjadi petugas valley yang rindu bertemu dengan Sang Khalik. Tanpa rasa sombong.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun