Mohon tunggu...
ISJET @iskandarjet
ISJET @iskandarjet Mohon Tunggu... Administrasi - Storyteller

Follow @iskandarjet on all social media platform. Learn how to write at www.iskandarjet.com. #katajet. #ayonulis. Anak Betawi. Alumni @PMGontor, @uinjkt dan @StateIVLP. Penjelajah kota-kota dunia: Makkah, Madinah, Tokyo, Hong Kong, Kuala Lumpur, Langkawi, Putrajaya, Washington DC, Alexandria (VA), New York City, Milwaukee, Salt Lake City, San Francisco, Phuket, Singapore, Rio de Janeiro, Sao Paulo, Dubai, Bangkok.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Cicak Ditahan, Buaya Ingin Besarkan Cicak

30 Oktober 2009   00:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:29 1603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_19903" align="alignright" width="277" caption="simbol cicak versus buaya ini beredar di mana-mana"][/caption] Saya mungkin termasuk orang yang sulit menemukan kebenaran di antara dua pengakuan. Kalau datang kepada saya dua orang saling menyalahkan dan masing-masing merasa paling benar sementara yang lain salah, kening saya pasti sudah berlipat duluan. "Pak, saya tadi dipukul dengan semena-mena!" "Ah, enggak. Saya tadi lagi mau mukul nyamuk, eh dia tiba-tiba lewat. Jadi bukan salah saya dong!" Apalagi kalau kedua orang yang sedang berselisih sama-sama teman. Pasti sulit menggunakan keberpihakan emosional untuk satu pihak sambil menafikan kedekatan dengan pihak satunya lagi. Dua-duanya tidak mungkin bisa diteman-emaskan. Apalagi kalau kedua orang yang sedang berselisih sama-sama orang hebat, orang besar,dan sama-sama penegak hukum. Ya, kurang lebih sekelas dengan Kejaksaan Agung, Kepolisian RI dan KPK gitu lah.... Kalau para penguasa hukum ini berseteru lalu meminta saya jadi penengahnya, wah mending saya nyebur ke laut. Semalam, Bibit Samad dan Chandra Hamzah yang dituduh melakukan penyalahgunaan wewenang, resmi menjadi tahanan Polri. Bagi saya, pertikaian dua penegak hukum ini, yang disimbolkan dengan Cicak versus Buaya, baru saja memasuki babak baru yang lebih seru. Di sela-sela keterangan pers penahanan kedua pimpinan KPK semalam, Polri tak lupa menyisipkan satu pesan bahwa lembaganya ingin membesarkan KPK. Tidak ada istilah kriminalisasi, kerdilisasi atau apapun bahasanya. Untuk penahanan ini saja, sudah muncul dua keyakinan berbeda: polisi di satu sisi yang bersikukuh menahan Bibit dan Chandra karena telah memenuhi landasan subyektif dan obyektif. Ancaman hukumannya lebih dari lima tahun, ada upaya penghilangan bukti dan keduanya diduga mengulangi perbuatan pidana yang sedang disangkakan. Sedangkan pengacara dan para pendukung KPK menganggap penahanan ini sebagai bentuk kesewenang-wenangan Polri dalam menjalankan tugasnya. Alasan keduanya mengulangi kesalahan yang sama, misalnya, jelas mengada-ada. Pasalnya, Bibit dan Chandra sudah tidak aktif tercatat sebagai pimpinan KPK. Keduanya malah rajin lapor ke polisi. Penahanan kedua orang pimpinan KPK ini tentu mengagetkan semua orang. Pasalnya, beberapa hari sebelumnya, semua media serempak menayangkan bocoran transkrip percakapan antara Anggodo dan penyidik yang mengindikasikan adanya rekayasa dalam kasus Bibit dan Chandra. Belum tuntas penyidikan terhadap bukti rekaman rahasia ini oleh KPK, kedua tersangka sudah dijebloskan ke penjara semalam tadi, dan tidak ada seorang pun yang bisa menemui keduanya dengan alasan malam telah larut dan gulita. Tak kurang dari ketua KPK Sementara Tumpak Hatorangan menyatakan prihatin atas upaya paksa penahanan terhadap dua rekannya tersebut dan mengupayakan agar penahanan keduanya ditangguhkan. Kekecewaan lebih besar dirasakan oleh pimpinan KPK, karena mereka ditolak menjenguk rekannya yang baru dipenjara dengan alasan sudah malam dan sudah lewat jam besuk. Tokoh-tokoh nasional sekaliber Komaruddin Hidayat, Azyumardi Azra, Adnan Buyung Nasution, Todung Mulya Lubis, Taufik Ismail, J Christiadi dan Imam Prasodjo langsung pasang badan memberi jaminan agar keduanya lekas dibebaskan. Melihat perkembangan panas nan cepat ini, Menkopolhukam pun langsung mewanti-wanti agar Polri menjalankan proses hukum yang benar terhadap penahanan Bibit dan Chandra. Entah apa yang akan terjadi pagi ini. Apakah dukungan penuh semua pihak dapat membebaskan keduanya dari penahanan (dan dari segala macam tuduhan), atau dukungan ini justru membuat Polri bekerja lebih cepat menyerahkan berkas keduanya ke kejaksaan. Saya memang tidak tahu persis siapa yang hitam dan siapa yang putih. Tapi ada satu hal yang saya yakini: Semakin polisi bertindak gegabah dan emosional dalam menangani kasus ini, semakin besar keyakinan rakyat atas adanya upaya sistematis pemerintah dalam menghancurkan lembaga KPK. Simpati dan dukungan masyarakat untuk KPK pun akan mengalir lebih deras. Kita lihat saja apa yang ingin dibesarkan oleh polisi. Lembaga KPK-nya, atau penahanan pimpinannya saja. Cicak lawan buaya. Kisahnya mirip dongeng belaka.... Tapi sayang, beritanya nyata, dimuat oleh semua media massa....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun