Mohon tunggu...
ISJET @iskandarjet
ISJET @iskandarjet Mohon Tunggu... Administrasi - Storyteller

Follow @iskandarjet on all social media platform. Learn how to write at www.iskandarjet.com. #katajet. #ayonulis. Anak Betawi. Alumni @PMGontor, @uinjkt dan @StateIVLP. Penjelajah kota-kota dunia: Makkah, Madinah, Tokyo, Hong Kong, Kuala Lumpur, Langkawi, Putrajaya, Washington DC, Alexandria (VA), New York City, Milwaukee, Salt Lake City, San Francisco, Phuket, Singapore, Rio de Janeiro, Sao Paulo, Dubai, Bangkok.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Ke Brasil, Jangan Cari Warga yang Mengerti Bahasa Inggris

12 Juli 2014   00:14 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:37 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Foto bareng Felipe Hassin, satu dari sedikit warga Brasil yang fasih berbahasa Inggris. (iskandarjet)



Sebenarnya judul di atas hanya ungkapan frustasi seorang asing yang tinggal di negara terbesar Amerika Latin ini.

Selain di bandara, sulit menemukan petunjuk arah atau billboard berbahasa Inggris. Kemampuan masyarakatnya dalam berbicara bahasa Inggris sangat-sangat minim. Saat saya menginap di hotel berbintang di Sao Paulo, hanya bagian resepsionis yang bisa diajak bicara. Staf hotel lainnya benar-benar buta bahasa Inggris. Selebihnya berbicara bahasa Portugis, bahasa resmi dan percakapan sehari-hari warga Brasil.

Bahkan saat mau sarapan pagi, pelayan hotel Melia Jardim Europa yang bertugas di ruang makan bahkan tidak tahu arti kata ‘eight’ saat saya menyebutkan nomor kamar. Jadi jangankan bicara, mengerti apa yang kita ucapkan pun tidak.

Terus terang, saya benar-benar tidak mempersiapkan kondisi ini. Saya jadi ingat waktu pertama kali ke luar negeri, tepatnya ke Tokyo, dua tahun lalu. Kondisi masyarakat Jepang sama dengan Indonesia dan Brasil yang minim penutur bahasa Inggris. Tapi waktu itu, saya mempersiapkan diri dengan sedikit modal dasar bahasa Jepang dan membawa buku saku untuk pelajar pemula bahasa Jepang.

Maka setiap kali bertemu dengan penduduk lokal yang bisa berbahasa Inggris, saya seakan mendapatkan berkah yang luar biasa.

Saya beruntung karena saat pertama kali mendarat di bandara Galeao Rio de Janeiro, langsung mendapatkan supir taksi yang bisa berbahasa Inggris. Dan lebih beruntung lagi karena si Felipe pernah tinggal di Indonesia beberapa bulan lamanya.

Felipe bagi saya warga Brasil yang langka. Semua supir taksi tidak ada yang bicara bahasa Inggris. Tapi mereka semangat berbicara dengan penumpangnya dengan bahasa Portugis, apalagi kalau sudah ngomongin bola. Gak peduli penumpangnya orang asing, supir-supir taksi itu nyerocos terus, sehingga saya terpaksa angguk-angguk kepala.

Bahkan saat berbelanja pun, tidak ada penjual atau pramuniaga yang mengerti apa yang kita tanyakan. Mereka juga tidak melengkapi diri dengan kalkulator seperti saya temukan di banyak ‘street market’ di kota Hong Kong sampai Singapura. Walhasil, proses transaksi jadi sangat susah dan sering menimbulkan kesalahpahaman, khususnya saat mau nego harga.

Tanya kenapa?

Saat hendak pulang dari Sao Paulo ke Rio, saya kembali bertemu dengan warga setempat lainnya yang kebetulan namanya juga Felipe. Tepatnya Felipe Hassin, 26 tahun. Mumpung bertemu dengan orang Brasil yang bisa berbahasa Inggris, saya langsung menghabiskan waktu sepanjang perjalanan enam jam Sao Paulo-Rio dengan ngobrol banyak hal ke Felipe.

Termasuk menanyakan kenapa tidak banyak penduduk Brasil yang berbicara bahasa Inggris?

“Mereka tidak bisa bicara bahasa Inggris karena tidak menganggap bahasa Inggris itu penting,” kata Felipe. Padahal, Brasil, khususnya kota Rio dan Sao Paulo, merupakan tempat kunjungan wisata yang banyak didatangi turis asing.

Dia sendiri lancar berbahasa Inggris karena membutuhkannya untuk melanjutkan pendidikan di London. “Sekarang saya tinggal dan bekerja di London, tempat saya bertemu dengan dia,” katanya sambil menoleh ke arah pacarnya, Ida Wilkstrom.

Tapi, lanjut Felipe, warga Brasil generasi sekarang pada umumnya sudah dibekali dengan bahasa Inggris di sekolah. Harusnya mereka sudah lebih menguasai bahasa percakapan lintas-bangsa itu dibandingkan generasi yang lebih tua.

Saat saya tanya, apakah ada keengganan dari masyarakat untuk belajar bahasa Inggris, dia bilang faktor gengsi karena Inggris dan Portugis sama-sama bahasa Eropa mungkin ada. Tapi menurutnya, masyarakat Brasil tidak bisa berbahasa Inggris lebih karena tidak adanya rasa membutuhkan.

Kalau sudah berada di negara seperti ini, bahasa Inggris benar-benar tidak berarti sama sekali. Ada benarnya kata orang, bahasa yang paling mendunia adalah bahasa tarzan, bukan bahasa Inggris.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun