[caption id="attachment_315620" align="aligncenter" width="600" caption="Suasana sebelum Jumatan. (iskandarjet)"][/caption]
Ini mungkin salah satu tantangan termudah yang saya jalankan selama di Brasil dalam program Kompasiana Pertamina Remote Control Traveller (#PertaminaRCTraveller). Karena saya memang sudah mewajibkan diri untuk datang dan memotret masjid di Rio de Janeiro.
Waktu yang paling pas kapan lagi kalau bukan pas Jumatan.
Tantangan dari @seHARIADI ini cukup mudah karena kebetulan letak masjid tidak terlalu jauh dari tempat saya tinggal di kawasan Vila Isabel. Maksudnya tidak terlalu jauh, masih bisa ditempuh dengan taksi seharga argo di bawah 20 Reais.
Mesquita da Luz atau Masjid an Nur terletak di kawasan Tijuca. Namanya mirip dengan Estadio da Luz di Portugal, negara bekas penjajah Brasil (juga Indonesia). Ini adalah satu-satunya masjid di Rio de Janeiro, sehingga ketika Jumatan, semua muslim di kota ini berkumpul. Saling memperkenalkan diri dan bercerita. Mengikat persaudaraan antar-sesama muslim di Rio.
Ummat Islam di negara ini memang tidak banyak, hanya sekitar satu juta orang, tidak seberapa dibandingkan penduduk Brasil yang totalnya mencapai 200 juta orang lebih. Jadi wajar kalau tidak banyak bangunan masjid berdiri di negara terbesar Amerika Latin ini.
[caption id="attachment_315618" align="aligncenter" width="360" caption="Masjid da Luz di kawasan Tijuca, Rio de Janeiro. (iskandarjet)"]
Khotib Gaul
Sebelum shalat Jumat dimulai, kebetulan ada warga setempat yang baru masuk Islam. Sehingga prosesi pengucapan dua kalimat syahadat disaksikan oleh hampir 50 jamaah yang hadir. Jamaah yang ikut shalat Jumat memang tidak sebanyak minggu-minggu sebelumnya. Ini tak lepas dari pengaruh Piala Dunia yang membawa bawa jamaah shalat di masjid ini.
Karena saya datang belakang dan sudah banyak ulasan soal masjid ini di media-media mainstream tanah air, saya tertarik mengomentari penampilan Munzir, warga Brasil keturunan Suriah yang waktu itu menyampaikan khutbah Jumat.
Sang khotib tampil santai, dengan menggunakan pakaian anak muda: Kaos dan celana lepis.
Saat berkhutbah, dia cukup mengenakan jubah kebesaran warna hitam untuk menutupi kaos dan celananya. Dan seperti inilah biasanya dia tampil menyampaikan khutbah Jumat.
Walhasil, usai Jumatan, saya dan beberapa teman wartawan pun tak mau melewatkan kesempatan ngobrol dan foto-foto bareng sang khotib.
Kapan lagi ketemu ama khotib yang pakai celana jeans....
Berikut foto-foto saat Jumatan di Brasil:
[caption id="attachment_315621" align="aligncenter" width="600" caption="Seorang warga Brasil sedang dibimbing menjadi muallaf sebelum pengucapan dua kalimat syahadat. (iskandarjet)"]
[caption id="attachment_315622" align="aligncenter" width="600" caption="Khotib gaul sedang berkhutbah.... (iskandarjet"]
[caption id="attachment_315624" align="aligncenter" width="450" caption="Narsis bareng pak khotib. (iskandarjet)"]
[caption id="attachment_315625" align="aligncenter" width="600" caption="Teman-teman wartawan Indonesia lainnya juga gak mau ketinggalan.. (iskandarjet)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H