Mohon tunggu...
ISJET @iskandarjet
ISJET @iskandarjet Mohon Tunggu... Administrasi - Storyteller

Follow @iskandarjet on all social media platform. Learn how to write at www.iskandarjet.com. #katajet. #ayonulis. Anak Betawi. Alumni @PMGontor, @uinjkt dan @StateIVLP. Penjelajah kota-kota dunia: Makkah, Madinah, Tokyo, Hong Kong, Kuala Lumpur, Langkawi, Putrajaya, Washington DC, Alexandria (VA), New York City, Milwaukee, Salt Lake City, San Francisco, Phuket, Singapore, Rio de Janeiro, Sao Paulo, Dubai, Bangkok.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kredit Mobil, yang Penting Niatnya Benar dan DP-nya Tinggi

14 Agustus 2014   22:22 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:32 712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi masyarakat urban Indonesia, mobil laksana rumah kedua. Kebutuhan terhadap mobil tak ubahnya kebutuhan terhadap rumah. Itulah sebabnya, setelah punya rumah, keluarga muda langsung fokus ke program pemilikan mobil.

Cara paling cepat dalam mewujudkan program tersebut adalah dengan membeli mobil dengan cara angsuran.

Tapi masalahnya, pola pembiayaan kepemilikan rumah berbeda dengan pola pembiayaan mobil. Antara lain terkait jangka waktu kredit rumah yang bisa jauh lebih lama dibandingkan jangka waktu kredit mobil. Kalau beban harga rumah bisa dipecah dalam pola cicilan hingga 15 tahun, kredit mobil paling lama 5 tahun.

Memang kalau dipikir-pikir, semakin lama jangka waktu kredit, semakin besar beban bunga (atau dalam sistem syariah harga penjualan) yang harus dibayar oleh konsumen. Tapi berhubung harga rumah atau mobil sangat mahal, mencapai ratusan juta hingga milyaran rupiah, beban itu dianggap sepadan dengan barang yang diterima.

Apalagi harga rumah (khususnya terkait nilai investasi tanah di bawahnya) setiap tahun selalu bertambah  seiring dengan berjalannya masa kredit. Artinya, ketika kredit rumah selesai, bisa jadi harga jual rumah yang dibeli sudah berlipat.

Kondisi tersebut berbeda dengan mobil yang setiap tahun nilai fisiknya akan terus menyusut. Ya wajarlah. Mobil kan barang yang secara fisik dipakai setiap hari--sama sekali beda dengan properti. Sehingga setelah lima tahun dipakai, harga jualnya cenderung terjun bebas.

Oleh karena itu, saat ingin membeli mobil, kamu harus sedikit memaksakan diri. Bukan berarti terpaksa beli karena gengsi apalagi gaya hidup loh ya. Tapi terpaksa beli karena kebutuhan yang mendesak. Misalnya karena jumlah keluarga sudah banyak sehingga akan sangat tidak nyaman kalau masih mengandalkan kendaraan motor atau angkutan umum untuk mobilitas keluarga.

Kurang lebih begitulah yang saya alami saat pertama kali membeli mobil keluarga. Saya agak memaksakan diri, sambil memahami risiko hilangnya kesempatan untuk menabung atau memiliki dana cadangan darurat. Kenapa dipaksakan? Karena jumlah keluarga sudah lima orang, dan jangkauan mobilitas keluarga bisa dibilang meliputi semua sudut kota Jakarta.

Jadi itulah peran niat dalam membeli mobil. Niatnya tidak hanya harus bulat, tapi juga harus benar. Bukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan sekunder apalagi tertier, tapi mobil benar-benar sudah masuk ke lini terbawah kebutuhan primer.

Nah, setelah punya niat, barulah dipikirkan langkah berikutnya, yaitu uang muka. Cara mengakali agar cicilan mobil tidak terlalu membebani arus kas adalah dengan mempersiapkan jumlah uang DP (down payment) yang cukup besar. Setidaknya di atas 30 persen harga mobil. Kalau kamu mengejar DP murah, bisa jadi akan terlibat dalam masalah keuangan yang tidak terpikirkan sebelumnya.

Logikanya begini. Orang yang mengambil kredit dengan DP ringan, cenderung lebih cepat mengambil keputusan dibandingkan orang yang memilih DP tinggi. Bahasa kasarnya dia kurang cermat dan tergesa-gesa dalam membeli mobil. Walhasil, pada saat mobil itu dibeli, kondisi keuangan belum seideal yang dibayangkan atau diharapkan.

Selain itu, dengan DP yang tinggi, cicilan pun otomatis lebih ringan. Dan beban bunga sudah barang tentu lebih kecil.

Saya kebetulan pernah kerja sebagai sales mobil meskipun hanya satu tahun. Jadi paham betul dengan bagaimana mudahnya para penjual mobil mendapatkan konsumen yang mengambil paket DP ringan. Sudah barang tentu di dalamnya ada banyak sekali penawaran diskon ini diskon itu. Juga bonus barang ini dan aksesoris itu. Tapi percaya deh. Bonus-bonus itu sebenarnya sudah masuk dalam hitung-hitungan keuntungan perusahaan pembiayaan. Sehingga artinya, sudah masuk juga dalam beban harga yang harus kamu bayar setiap tahunnya.

Mudah-mudahan pengalaman saya ini memberi inspirasi buat kamu-kamu yang saat ini sedang berniat membeli mobil untuk keluarga dengan menggunakan fasilitas cicilan dari perusahaan pembiayaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun