Banyak orang mempertanyakan sepak terjang Prof. Dr Dien Syamsudin dalam percaturan politik dan Islam Internasional, muncul banyak tanggapan dan opini yang spekulatif dengan beraneka ragam tulisan, ucapan dan pernyataan miring sekitar tentangnya. Seolah seorang Dien tidak ada bedanya dengan JIL, JIN, JUN dan aliran bebas lainnya yang konotatif negatif, bahkan ada yang dengan sengaja menebar fitnah dalam berbagai media, tanpa kroscek pada yang bersangkutan, terlebih sebagai muslim yang dituntuntut “tabayun” .
Dari kondisi pobi bertanya hingga apatisme menjadi sebab mereka enggak bertanya sebab mengapa Pak Dien yang sangat kritis pada persolan umat ini di cap dengan berbagai merk yang tidak Islami, hingga ada yang berani mengesankan Pak Dien itu Iblis laknatullah, Musang berbulu Ayam yang membahayakan Muhammadiyah dan Majelis Ulama Indonesia, ramailah dunia maya dengan slogan anti Prof. Dr. Dien Syamsuddin.
Beberapa sahabat teman saya, ketika saya mudik ke Madura sedikit garang bertanya pada saya, Tadz, gimana ente biarkan Dien Syamsudin merusak Muhammadiyah, merusak MUI, menodai gerakan Islam dan sebagainya dengan statement yang merugikan Islam, berpihak pada kesesatan?. Itu kan tindakan Fasiq, durhaka pada pendahulu penduhulu Muhammadiyah, [ pikir saya durhaka kepada Allah ? Pent.] . belum lagi di WA, Grroup FB, , Blog Spot dan Web site lainnya, semuanya tidak sepi dari penghujat Pak Dien sebagai dalang kesesatan paham dan Liberal, tokoh kafir dan sebagainya.
Jawaban saya kepada mereka yang garang mempertanyakan Pak Dien cukup dengan mengisahkan sebuah lintasan sejarah di Jaman Nabi, pada masa sahabat masih berada dalam gemgaman penguasa kafir [ artinya mereka yang buta agama ], mereka yang berusaha menumpas Islam dan orang orangnya, termasuk Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam. Bagaimana sikap sahabat menghadapi tekanan mental, tekanan birokrasi kafir dan pemerintahan skuler yang tidak beragama, juga undang undang berhala yang diberlakukan kaum musyrikin, selain ancaman dan intimidasi yang ditujukan kepada sesama Muslim, bukankah tak ubahnya Indonesia yangh menjadi obyek kelompok kelompok adventurir yang berkelana memangsa Islam sebagai lahan menguntungkan, guna mendapatkan laba keuntungan, kepuasan pribadi dan jabatan dunia, tidak tanggung menjual agama sebagai modal dasar mencapai tujuan.
Tentu ini semua menjadi pikiran pak Profesor dalam menyalamat Islam dan Umatnya, bukan saja dari tuduhan teroris yang menjadi modal utama para pencari laba jabatan kenegaraan, atau kedudukan menggiurkan, tanpa berpikir panjang yang penting bagi mereka mencapai tujuan. Meskipun sangat yakin seorang Dien sangat paham agama, bukan beretorika politis belaka, tetapi hatinya akan sangat menjerit melihat kenyataan umat Islam yang tidak bebas berpolitik, bahkan banyak partai Islam harus setengah hati, karena khawatir ditendang dari percaturan politik partai. Demikian juga ada golongan muslim yang anti terorisme, tetapi hanya dengn sekedar menjual agama, merusak ayat ayat Quran dengan metodelogi penafsiran Intelejin. Bukankah semuanya menjadi si buah malakama, yang tentu saja harus ada cara evaluatif yang mencerminkan evolusi tindakan positif dan kongkret menuju masa depan Islam, ini tentunya hanya bisa dilakukan oleh seorang Dien dengan kemampuannya.
Taqiyah [ Diplomasi ] Profesor Dr. Dien Syamsudin
Al-Quran membenarkan sikap sikap politis yang diplomatis sebagaimana yang dilakukan Pak Dien dengan Firman-Nya :
Adapun firman Allah Swt.:
إِلَّا أَنْ تَتَّقُوا مِنْهُمْ تُقاةً
kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. (Ali Imran: 28) Ini jelas tidak akan mungkin lepas dari perhitungan seorang intelektual Muslim yang berkaliner Profesor seperti Pak Dien. Sudah pasti ada agenda yang lebih besar dari sekedar retorika khilafiyah yang tidak banyak menanamkan kebaikan. Bahkan dalam hal Ini Ibnu Katsir menegaskan.
أَيْ : إِلَّا مَنْ خَافَ فِي بَعْضِ الْبُلْدَانِ أَوِ الْأَوْقَاتِ مِنْ شَرِّهِمْ ، فَلَهُ أَنْ يَتَّقِيَهُمْ بِظَاهِرِهِ لَا بِبَاطِنِهِ وَنِيَّتِهِ ، كَمَا حَكَاهُ الْبُخَارِيُّ عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ أَنَّهُ قَالَ : تَلْعَنُهُمْ " .