Mohon tunggu...
Zulkarnain El Madury
Zulkarnain El Madury Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Madura pada tahun 1963,
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang pemburu kebenaran yang tak pernah puas hanya dengan " katanya". Adalah Da'i Pimpinan Pusat Muhammadiyah peeriode 1990 sd 2007, selanjutnya sebagai sekjen koepas (Komite pembela ahlul bait dan sahabat) hingga 2018, sebagai Majelis Tabligh/Tarjih PC. Muhammadiyah Pondok Gede, Sebagai Bidang Dakwah KNAP 2016 -219 . Da'i Muhammadiyah di Seluruh Tanah air dan negeri Jiran ..pernah aktif di PII (Pelajar Islam Indonesia), Tinggal dijakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Di Mana Letak Kesalahannya, Benarkah Bapak Prof. Dr. Dien Syamsudin Liberal?

22 Juli 2016   10:34 Diperbarui: 22 Juli 2016   13:52 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pror Dr. KH Muhammad Sirajuddin Syamsuddin

Banyak orang mempertanyakan sepak terjang Prof. Dr Dien Syamsudin dalam percaturan politik dan Islam Internasional, muncul banyak tanggapan dan opini yang spekulatif  dengan beraneka ragam tulisan, ucapan dan pernyataan miring sekitar tentangnya. Seolah seorang Dien tidak ada bedanya dengan JIL, JIN,  JUN dan aliran bebas lainnya yang konotatif negatif, bahkan ada yang dengan sengaja menebar fitnah dalam berbagai media, tanpa kroscek pada yang bersangkutan, terlebih sebagai muslim yang dituntuntut “tabayun” .

Dari kondisi pobi bertanya hingga apatisme menjadi sebab mereka enggak bertanya sebab mengapa Pak Dien yang sangat kritis pada persolan umat ini di cap dengan berbagai merk yang tidak Islami, hingga ada yang berani mengesankan Pak Dien itu Iblis laknatullah, Musang berbulu Ayam yang membahayakan Muhammadiyah dan Majelis Ulama Indonesia, ramailah dunia maya dengan slogan anti Prof. Dr. Dien Syamsuddin.

Beberapa sahabat teman saya, ketika saya mudik ke Madura sedikit garang bertanya pada saya, Tadz, gimana ente biarkan Dien Syamsudin merusak Muhammadiyah, merusak MUI, menodai gerakan Islam dan sebagainya dengan statement yang merugikan Islam, berpihak pada kesesatan?. Itu kan tindakan Fasiq, durhaka pada pendahulu penduhulu Muhammadiyah, [ pikir saya durhaka kepada Allah ? Pent.] . belum lagi di WA, Grroup FB, , Blog Spot dan Web site lainnya, semuanya tidak sepi dari  penghujat  Pak Dien sebagai dalang kesesatan paham dan Liberal, tokoh kafir dan sebagainya.

Jawaban saya kepada mereka yang garang mempertanyakan  Pak Dien cukup dengan mengisahkan sebuah lintasan sejarah di Jaman Nabi, pada masa sahabat masih berada dalam gemgaman penguasa kafir [ artinya mereka yang buta agama ], mereka yang berusaha menumpas Islam dan orang orangnya, termasuk Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam. Bagaimana sikap sahabat menghadapi tekanan mental, tekanan birokrasi kafir dan pemerintahan skuler yang tidak beragama, juga undang undang berhala yang diberlakukan kaum musyrikin, selain ancaman dan intimidasi yang ditujukan kepada sesama Muslim, bukankah tak ubahnya Indonesia yangh menjadi obyek kelompok kelompok adventurir yang berkelana memangsa Islam sebagai lahan menguntungkan, guna mendapatkan laba keuntungan, kepuasan pribadi dan jabatan dunia, tidak tanggung menjual agama sebagai modal dasar mencapai tujuan.

Tentu ini semua menjadi pikiran pak Profesor dalam menyalamat Islam dan Umatnya, bukan saja dari tuduhan teroris yang menjadi modal utama para pencari laba jabatan kenegaraan, atau kedudukan menggiurkan, tanpa berpikir panjang yang penting bagi mereka mencapai tujuan.  Meskipun sangat yakin seorang Dien sangat paham agama, bukan beretorika politis belaka, tetapi hatinya akan sangat menjerit melihat kenyataan umat Islam yang tidak bebas berpolitik, bahkan banyak partai Islam harus setengah hati, karena khawatir ditendang dari percaturan politik partai. Demikian juga ada golongan muslim yang anti terorisme, tetapi hanya dengn sekedar menjual agama, merusak ayat ayat Quran dengan metodelogi penafsiran Intelejin. Bukankah semuanya menjadi si buah malakama, yang tentu saja harus ada cara evaluatif yang mencerminkan evolusi tindakan positif dan kongkret menuju masa depan Islam, ini tentunya hanya bisa dilakukan oleh seorang  Dien dengan kemampuannya.

Taqiyah [ Diplomasi ]  Profesor Dr. Dien Syamsudin

Al-Quran membenarkan sikap sikap politis yang diplomatis sebagaimana yang dilakukan Pak Dien dengan Firman-Nya :

Adapun firman Allah Swt.:

إِلَّا أَنْ تَتَّقُوا مِنْهُمْ تُقاةً

kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. (Ali Imran: 28) Ini jelas tidak akan mungkin lepas dari perhitungan seorang intelektual Muslim yang berkaliner Profesor seperti Pak Dien. Sudah pasti ada agenda yang lebih besar dari sekedar retorika khilafiyah  yang tidak banyak menanamkan kebaikan. Bahkan dalam hal Ini Ibnu Katsir menegaskan.

أَيْ : إِلَّا مَنْ خَافَ فِي بَعْضِ الْبُلْدَانِ أَوِ الْأَوْقَاتِ مِنْ شَرِّهِمْ ، فَلَهُ أَنْ يَتَّقِيَهُمْ بِظَاهِرِهِ لَا بِبَاطِنِهِ وَنِيَّتِهِ ، كَمَا حَكَاهُ الْبُخَارِيُّ عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ أَنَّهُ قَالَ : تَلْعَنُهُمْ " .

Dengan kata lain, kecuali bagi orang mukmin penduduk salah satu negeri atau berada di dalam waktu tertentu yang merasa khawatir akan kejahatan mereka (orang-orang kafir). Maka diperbolehkan baginya bersiasat untuk melindungi dirinya hanya dengan lahiriahnya saja, tidak dengan batin dan niat [Taqiyah model sunni ]. Seperti apa yang telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Darda yang mengatakan:

"إنَّا لَنَكْشرُ فِي وُجُوهِ أقْوَامٍ وَقُلُوبُنَا تَلْعَنُهُمْ".

Sesungguhnya kami benar-benar tersenyum di hadapan banyak kaum (di masa lalu), sedangkan hati kami (para sahabat) melaknat mereka (orang-orang musyrik)

Lanjutnya Ibnu Katsir ;

وَقَالَ الثَّوْرِيُّ : قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا : لَيْسَ التَّقِيَّةُ بِالْعَمَلِ إِنَّمَا التَّقِيَّةُ بِاللِّسَانِ ، وَكَذَا رَوَاهُ الْعَوْفِيُّ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ : إِنَّمَا التَّقِيَّةُ بِاللِّسَانِ ، وَكَذَا قَالَ أَبُو الْعَالِيَةِ ، وَأَبُو الشَّعْثَاءِ وَالضَّحَّاكُ ، وَالرَّبِيعُ بْنُ أَنَسٍ . وَيُؤَيِّدُ مَا قَالُوهُ قَوْلُ اللَّهِ تَعَالَى : ( مَنْ كَفَرَ بِاللَّهِ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِهِ إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمَانِ [ وَلَكِنْ مَنْ شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِنَ اللَّهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ ] ) [ النَّحْلِ : 106 ]

As-Sauri mengatakan bahwa sahabat Ibnu Abbas pernah mengatakan taqiyyah(sikap diplomasi)bukan dengan amal perbuatan, melainkan hanya dengan lisan saja. Hal yang sama diriwayatkan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas, yaitu bahwa sesungguhnya taqiyyah  [diplomatif] itu hanya dilakukan dengan lisan. Hal yang sama dikatakan oleh Abul Aliyah, Abusy Sya'sa, Ad-Dahhak, dan Ar-Rabi' ibnu Anas. Pendapat mereka dikuatkan oleh firman Allah Swt. yang mengatakan:

مَنْ كَفَرَ بِاللَّهِ مِنْ بَعْدِ إِيمانِهِ إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمانِ

Barang siapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah); kecuali orang yang dipaksa kafir, padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa). (An-Nahl: 106), hingga akhir ayat.)

Imam Bukhari mengatakan, Al-Hasan pernah berkata bahwa taqiyyah [ Diplomasi ] (terus berlangsung) sampai hari kiamat.

Jadi bukan hanya syiah yang membenarkan “taqiyah”, dalam sunni taqiyah itu bagian dari  modal beragama, dalam upaya Jihad yang paling langgeng, untuk mencapai tujuan akhir dari sebuah peradaban Islam. Sebagaimana dilakukan Bapak Profesor Dien Syamsudin, sehingga kita tidak harus terjebak dalam kontra produktif untuk mengkritisi Pak Prof yang tentunya sangat mafhum dalam dunia diplomasi, masih adakah yang meragukan beliau.....?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun