Demikian juga Nabi Ibrohim menyebutkan bapaknya adalah orang sesat sebagaimana firmannya, mungkin logika bisa mengingkari, bagaimana mungkin orang sesat bisa melahirkan putra yang berpredikat Rasulullah, bukankah seharusnya adalah orang orang pilihan. Disinilah akal tidak akan pernah menjangkau kehendak Allah, maka orang pilihan harus lahir dari seorang musyrikin ;
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ آَزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آَلِهَةً إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar ["Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata."[Al An’am 74]
[Meskipun beda penafsiran ada yang mengatakan Bapaknya atau Pamannya, tetap saja, tidak dimungkinkan menurut akal keluarga besar Nabi sesat, ini menunjukkan tidak ada jaminan keluarga Nabi selama tidak ada dalil Quran atau sunah yang menjaminnya, bahwa keluarga mereka adalah ahlu surga
Demikian juga anak nabi nuh , Kan’an, menjadi anak yang durhaka, penantang, bukankah hubungan darahnya jelas, keluarga Nabi, sekalipun akal sulit menerima kenyataan, kalau kelak anaknya akan durhaka, tetapi yang terjadi adalah faktual dan diakui oleh semua kitab, baik Muslim atau Kristen.
Firman Allah :
وَهِيَ تَجْرِي بِهِمْ فِي مَوْجٍ كَالْجِبَالِ وَنَادَى نُوحٌ ابْنَهُ وَكَانَ فِي مَعْزِلٍ يَا بُنَيَّ ارْكَبْ مَعَنَا وَلَا تَكُنْ مَعَ الْكَافِرِينَ قَالَ سَآَوِي إِلَى جَبَلٍ يَعْصِمُنِي مِنَ الْمَاءِ قَالَ لَا عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِلَّا مَنْ رَحِمَ وَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِينَ
Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. dan Nuh memanggil anaknya,[719] sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: "Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama Kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir."
Anaknya menjawab: "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!" Nuh berkata: "tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) yang Maha Penyayang". dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; Maka jadilah anak itu Termasuk orang-orang yang ditenggelamkan. [Hud 42-43]
Maha Suci Allah, bahwa Islam tidak menempatkan keluarga dekat dari seorang Nabi dan seorang sholeh adalah keluarga, selama mereka menentang perintah Firmannya, tidaklah berguna pembelaan seorang Nabi dan Orang Shaleh di hadapan Allah, selama menginkari perintah Tauhid. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H