Mohon tunggu...
Zulkarnain El Madury
Zulkarnain El Madury Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Madura pada tahun 1963,
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang pemburu kebenaran yang tak pernah puas hanya dengan " katanya". Adalah Da'i Pimpinan Pusat Muhammadiyah peeriode 1990 sd 2007, selanjutnya sebagai sekjen koepas (Komite pembela ahlul bait dan sahabat) hingga 2018, sebagai Majelis Tabligh/Tarjih PC. Muhammadiyah Pondok Gede, Sebagai Bidang Dakwah KNAP 2016 -219 . Da'i Muhammadiyah di Seluruh Tanah air dan negeri Jiran ..pernah aktif di PII (Pelajar Islam Indonesia), Tinggal dijakarta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sertifikasi Ulama dan Terorisme, Bubarkan BNPT ?

12 September 2012   13:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:34 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

BNPT, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme bisa disebut sedang melakukan uji coba membungkan Islam dan penganutnya untuk tidak berbicara. Adalah sebuah retorika politik tebang pilih yang membahayakan negara kesatuan dan keutuhan Nasional. Disamping sebuah tindakan makar yang dapat menyelut permusuhan antar kelompok agama.

Karena nyata sekali dari sikap BNPT menyuarakan wacana “sertifikasi ulama” merupakan langkah awal eksprimen, apakah umat Islam diam , takut atau sebaliknya memunculkan reaksiunpan balik . Tentu ini hanya sebuah hipotesa BNPT untuk melucucuti kekuatan Islam, bila seandainya berhasil melakukan percobaan tersebut. Mungkin sekedar dugaan belaka seorang penulis, dengan mendasarkan pada reaksi yang ada, baik dari masyarakat Islam atau dari tokoh tokoh Islam.

Mengapa harus sertivikasi, dengan apa BNPT akan melakukan sertivikasi atau uji kelayakan, apakah pantas atau tidak pantas seseorang menjabat Titel ulama. Tentu upaya BNPT tidak akan berhenti dengan hanya sekedar “sertifikasi”, tetapi kemungkinan akan ada langkah langkah lain yang akan lebih sensasi, melarang umat islam memahami kitab ‘Alquran”, nah kalau ini terjadi berarti upaya BNPT memisahkan umat Islam, dari kitabnyabisa disebut berhasil. Karena al-Quran adalah sumber jihad umat Islam, yang mungkin melahirkan sikap berlebihan BNPT yang akan menyebut al-Quran sebagai kitab Sumber “Terorisme”.

Kata “teroris” menjadi ngetrend karena dikaitkan dengan agama Islam. Bila dibaca “ seorang Mujahidpun yang lunak hatinya mendakwakan agamanya” akan disebut Teroris. Bayangkan sejak awal kemerdekaan hingga sekarang berada dijaman BNPT meniupkan anti teror , Islam telah menjadi bulan bulanan kelompok kelompok tertentu. Terutama peristiwa politik Masyumi, peristiwa berdara tahun 70 puluhan yang melanda tanjung priok, juga terjadi pencabutan hak hak Islam di tanah air ini, para khotib mesjid didata dan gampang mendapat tuduhan kalau tidak dengan model tuduhan subversif sebagaimana dijaman orla, orba dan juga jaman reformasi dengan istilah Teroris.

Semangat anti Islam yang ditunjukkan BNPT merupakan sepertinya merupakan kosnpirasi tingkat tinggi yang akan menjadi ancaman terselubung bagi Umat Islam. Sertifikasi itu sendiri akan menjadi babak baru dari upaya baru BNPT menciptakan teroris teroris dari kalangan Islam. Cikal bakal teroris di Indonesia ini sebenarnya lahir dari sebuah keadaan yang diciptakan, agar muncul terorisme, untuk menjebak suatu kelompok agama sebagai tertuduh. Tentunya ini sebuah penistaan dan pelecehan terhadap agama dan penganutnya, bila dibiarkan menjadi kenyataan di republik ini. Gelar dan tebar pesona BNPT ini sebenarnya merupakan gagasan episode dari penguasa penguasa sebelumnya, sebelum lahirnya Reformasi yang konon menganut asas bebas berpendapat, ternyata hanya isap jempol belaka.

Toh satu satunya cara mententrankan suasana kebangsaan , alangkah lebih indahnya negara Ini tanpa BNPT, sebab suara ngigau BNPTlah yang melahirkan negosiasi terorisme di Indonesia ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun