Fenomena ilegal loging sudah sering ditemui pada beberapa daerah hutan di indonesia. Fenomena tersebut juga ditemui pada hutan di Provinsi Bangka Belitung. Pada dasarnya kegiatan ilegal loging adalah kegiatan penebangan, pengangkutan dan penjualan kayu yang merupakan bentuk ancaman faktual disekitar perbatasan yang tidak sah atau tidak memiliki izin dari otoritas setempat.Â
Akibatnya terjadi pengurangan lahan dan berdampak besar pada ketidakseimbangan ekosistem. Dapat kita lihat dari berbagai aspek, misalnya berkurangnya keanekaragaman flora dan fauna yang ada di hutan, selain itu juga bisa dilihat dari struktur tanah akibat kegiatan illegal logging. Selanjutnya, dampak dari berkurangnya jenis flora dan fauna sangat berpengaruh pada kelangkaan hewan liar yang berhabitat di daerah illegal logging tersebut.
Berkurangnya populasi satwa liar sangatlah perlu diperhatikan, karena kebanyakan satwa liar merupakan satwa langka yang populasinya mendekati punah. Di Indonesia sendiri ada berbagai macam jenis satwa liar yang habitatnya ada di hutan. Salah satu contohnya adalah Kera Ekor Panjang.Â
Kera Ekor Panjang Habitat kera ekor panjang ada di pesisir primer dan sekunder, mangrove, rawa, dan hutan sungai hingga ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut. Kera ini toleran terhadap manusia dan mungkin ditemukan di dekat desa. Monyet kra adalah monyet asli Asia Tenggara namun sekarang tersebar di berbagai tempat di Asia.Â
Nama latin dari kera ini adalah Macaca fascicularis yang termasuk dalam ordo primata. Dalam literatur-literatur lama, spesies ini acap disebut sebagai kera ekor panjang atau monyet ekor panjang (dari bahasa Inggris, long-tailed macaque), monyet pemakan kepiting (Ingg., crab-eating monkey), atau monyet saja. Monyet ini sangat adaptif dan termasuk hewan liar yang mampu mengikuti perkembangan peradaban manusia.Â
Selain menjadi hewan timangan atau pertunjukan, monyet ini juga digunakan dalam berbagai percobaan kedokteran. Di beberapa tempat, seperti halnya di Sangeh, Bali, monyet kra dianggap sebagai hewan yang dikeramatkan dan tidak boleh diganggu. Monyet kra umum ditemukan di hutan-hutan pesisir (mangrove, hutan pantai), dan hutan-hutan sepanjang sungai besar; di dekat perkampungan, kebun campuran, atau perkebunan; pada beberapa tempat hingga ketinggian 1.300 m dpl.
 Jenis ini sering membentuk kelompok hingga 20-30 ekor banyaknya; dengan 2-4 jantan dewasa dan selebihnya betina dan anak-anak. Kra memakan aneka buah-buahan dan memangsa berbagai jenis hewan kecil seperti ketam, serangga, telur dan lain-lain. Kadang-kadang kelompok monyet ini memakan tanaman di kebun.
Jenis kera ekor panjang ini pernah ditemukan di Sungai Upang, Desa Tanah Bawah. Sungai upang adalah wilayah konservasi yang berada di SUNGAI Upang di Desa Tanah Bawah, Kecamatan Puding Besar, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka dan dunia.
Selain sebagai tempat wisata, Sungai Upang juga jadi lokasi wisata edukasi serta konservasi flora dan fauna yang tertata rapi sejak puluhan tahun silam. Berbagai macam tanaman anggrek tumbuh subur di hutan kecil di tengah sungai ini.
Sungai Upang luasnya sekitar 10 kilometer dengan hamparan hutan alami khas rawa-rawa.Selain menikmati hamparan hutan dan rawa, wisatawan bisa menyusuri sungai ini dengan sampan. Bila lelah, silakan beristirahan sambil memancing ikan di saung.Â
Nah, jika beruntung, wisatawan dapat melihat gerombolan ikan pesut besar berkeliaran di Sungai Upang.Salah satu hewan khas di sungai upang adalah monyet ekor panjang. Tapi semenjak adanya ilegal loging monyet ekor panjang berkurang karena berkurangnya tempat tinggal dan da juga penemuan monyet ekor panjang mati kebakaran hutan.
Mari kita menanam  pohon kembali agar hutan tetap lestari dan menerapkan sistem tebang pilih jika menebang pohon di hutan.Sebagai makhluk hidup yang punya kemampuan berpikir lebih tinggi daripada makhluk hidup lain, kita punya peran besar dalam menjaga keseimbangan ekosistem.Hal ini termasuk menjaga habitat hewan agar terhindar dari kepun ahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H