Mohon tunggu...
Iskandar Mutalib
Iskandar Mutalib Mohon Tunggu... Penulis - Pewarta

Pengabdi Ilmu

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menunggu Kelahiran Poros Baru

2 Maret 2018   22:16 Diperbarui: 2 Maret 2018   22:23 687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DUA partai pendukung Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009 - 2014, yakni Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Amanat Nasional (PAN) belum menentukan sikap. Apakah kembali masuk dalam germbong koalisi atau menarik diri?. PKB baru akan menentukan sikap setelah melakukan Musyawarah Pimpinan Nasional (Muspimnas), sedangkan PAN setelah Rapat Kerja Nasional (Rakernas). Artinya masih ada peluang bergabung dan berpisah. 

Menariknya, kedua partai ini memiliki jagoannya sendiri-sendiri untuk dimajukan menjadi calon wakil presiden (cawapres) 2019. PAN ngotot memajukan ketua umumnya Zulkifli Hasan,kendati hasil surveinya tidak menunjukan peningkatan berarti. Sedangkan PKB konsisten sodorkan nama Muhaimin Iskandar atau Cak Imin yang memang hasil surveinya lebih menonjol dibandingkan pemimpin partai Islam lainnya. 

Gesekan 'politik' diantara kedua partai tersebut tak bisa dielakan. Lantas bagaimana mungkin mereka bisa berada dalam satu perahu baru bernama 'koalisi'. Sedangkan kolisi baru yang dimaksud kelompok Prabowo Cs adalah Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Demokrat (PD) dan PKB.  Rencana kelahiran koalisi baru semakin pelik ketika PD mamaksakan nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai cawapres.   

Namun bukan tidak mungkin rencana koalisi tersebut terwujud, hanya saja semua masih bergantung pada siapa calon pendamping yang akan dipilih Presiden Jokowi untuk kembali maju dalam gelanggang Pilpres 2019. Yang pasti kelompok pendukung Prabowo Subianto berharap Jokowi memilih kembali JK sebagai pendamping atau Puan Maharani ataupun Budi Gunawan. Pokoknya di luar Cak Imin, AHY dan Zulkifli Hasan. 

Bacaan seperti ini tentunya sudah sangat dipahami secara matang oleh para ponggawa parta-partai pendukung Jokowi. Tentu saja mereka akan mempertahankan sekuat tenaga partai yang loyal, memiliki massa jelas dan memahami arah pemikiran Jokowi seperti PKB.  Kemungkinan kecil mereka mempertahankan partai yang masuk ke dalam koalisi tapi selalu menyerang pemerintah seperti PAN. Pembentukan koalisi semakin berat jika dalam Muspimnas PKB mendatang justru PKB membuat keputusan kembali bergabung dalam koalisi pemerintah mendukung Jokowi.   

Semakin berat bukan berarti tidak terbentuk. Koalisi tetap bisa terbentuk hanya saja membutuhkan kerja ekstra untuk mengalahkan Jokowi. Prabowo harus mencari pendamping sepadan untuk dapat menandingi elektabilitas Jokowi. Diantara AHY dan Zulkifli Hasan, AHY lah yang paling baik menjadi pendamping Prabowo. Hasil surveinya lebih baik dari Zulkifli. Namun, duet ini akan mudah dipatahkan. Pertama, duet militer-militer. Kedua, AHY gagal jadi gubernur malah maju jadi cawapres. Ketiga, duet ini akan mempertahankan politik dinasti. 

Tugas pemimpin poros barulah yang harus bekerja ekstra merayu dan meyakinkan PKB, PAN dan PD untuk bergabung kedalam gerbong PKS dan Gerindra. Dari ketiga partai tersebut, Gerindra dan PKS telah menjalin komunikasi intensif dengan PAN. Terutama membahas persoalan Pilkada 2018. Sedangkan intensitas Gerindra dan PKS bertemu PKB dan PD masih dapat dihitung dengan jari. Apalagi pertemuan antara Prabowo - Cak Imin ataupun Prabowo Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). 

Koalisi dapat berjalan agak mudah, jika koalisi langsung dipimpin PD. Sebab, komunikasi antara SBY, Cak Imin, Zulkifli Hasan dan Sohibul Imam berlangsung dengan baik. Koalisi Pilgub DKI Jakarta menjadi contoh bagaimana koalisi Cikeas bisa lahir di akhir-akhir pertandingan.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun