Khilafah saat ini menjadi momok bagi sebagian masyarakat dunia. Kehadirannya dinilai identik dengan unsur radikalisme dan terorisme, terlebih Khilafah selalu berorientasi pada tujuan politik yang lekat dengan perebutan teritori dan kekuasaan. Hal-hal inilah yang menyebabkan beberapa negara bersikap antipati terhadap kelompok yang menyuarakan Khilafah.
Padahal dalam sejarahnya, Khilafah sangat lekat dengan nuansa rohani sebagaimana telah ditunjukan oleh Khilafah Rasyidah. Namun setelahnya sistem Khilafah berubah drastis menjadi sistem Kerajaan yang lekat dengan kepentingan politik dan perebutan kekuasaan. Dan setelah melewati masa ribuan tahun, sistem Khilafah ini runtuh lalu punah, dan umat Islam harus menelan pil pahit hidup tanpa memiliki Khilafah.
Hari ini, kesadaran umat Islam tengah bangkit, di mana sebagian besar umat Islam ingin hidup kembali dalam keberkatan Khilafah, karena Khilafah telah terbukti menghadirkan kemuliaan dalam berbagai lini kehidupan. Bahkan lebih dari itu, umat Islam saat ini bercita-cita untuk menguasai dunia dengan Khilafah.
Khilafah Tidak Runtuh
Sebenarnya, sistem Khilafah dalam Islam tidaklah runtuh apalagi punah, karena pada tahun 1908 Jamaah Ahmadiyah telah berhasil mendirikannya. Khilafah ini berdiri diawali dengan kebangkitan seorang Utusan Allah Swt., yakni Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad (as). Beliau adalah Imam Mahdi dan Al-Masih yang dijanjikan oleh Rasulullah (saw). Beliau hadir dengan misi untuk melanjutkan risalah Nabi Muhammad SAW. di akhir zaman ini, yakni memenangkan agama Islam di atas semua agama.
Proses berdirinya Khilafah Ahmadiyah memiliki kesamaan dengan berdirinya Khilafah Rasyidah. yakni sama-sama tegak di atas jalan kenabian atau Khilafah 'Alaa Minhaajin Nubuwwah. Khilafah ini diawali dengan kebangkitan seorang utusan Allah, kemudian tatkala sang utusan wafat, maka Khalifah dipilih melalui lembaga musyawarah.Â
Dan yang paling penting, tujuan dari kedua Khilafah tersebut adalah sama, yakni bercorak rohani bukan politis. Khilafah ini tidak membutuhkan teritori, kekuasaan dan Negara. Karena wilayahnya berada dihati manusia yang berada di seluruh dunia tanpa mengenal batas negara.Â
Perjuangan Khilafah Ahmadiyah berfokus pada nilai rohani, perbaikan akidah, penyempurnaan ibadah dan penguatan akhlak secara utuh. Khilafah ini memperjuangkan setiap hamba dekat dengan Allah Swt, lalu berkhidmat terhadap sesama. Khilafah ini berupaya membangun persatuan umat Islam dalam satu Jamaah dengan satu pemimpin.Â
Khilafah ini pun menghidupkan kembali sistem ekonomi Islam yang pro keadilan, melalui sistem pengorbanan harta, bahkan Khilafah ini secara aktif membangkitkan penguasaan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta membangun peradaban yang mulia sesuai dengan ajaran Yang Mulia Rasulullah saw.
Khilafah dan Jihad
Khilafah ini bangkit dalam jihad mensejahterakan dan menyehatkan umat manusia melalui pendirian sejumlah sekolah dan rumah sakit di berbagai pelosok negara. Mengirimkan guru-guru dan dokter-dokter sukarelawan ke seluruh penjuru dunia, hal ini semata-mata untuk mengkhidmati nilai kemanusiaan.Â
Khilafah Ahmadiyah berfokus dalam 'membumikan' cinta dan kasih sayang, karena kedua hal tersebut menjadi pijakan manusia dalam kehidupan dan menjadi sarat kebahagiaan.
Tidak dipungkiri bahwa saat ini semangat cinta dan kasih sayang tengah terdistrosi di antara sesama manusia, sehingga penderitaan dan kesedihan manusia semakin luas terjadi di muka bumi. Cinta dan kasih sayang sejatinya merupakan 'wujud' yang hadir bersamaan dengan terlahirnya manusia ke muka bumi, ia hadir sebagai 'cetak biru' yang ditakdirkan oleh Allah Swt dan sebagai tanda bawaan yang mustahil lenyap serta akan selalu menjadi ciri khas yang kekal abadi. Jika sifat khas tersebut terdistorsi secara sistematis, berarti dunia tengah mengalami krisis dan darurat nilai kemanusiaan, dan tentunya harus ada gerakan revolusi untuk menghidupkannya kembali melalui konsep Khilafah yang benar.