Mohon tunggu...
Iskandar Gumay
Iskandar Gumay Mohon Tunggu... Lainnya - Pecinta Kopi

Let's Talk With Hearts

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ahmadiyah dan Pesan Sang Khalifah di Awal Tahun

24 Januari 2021   05:59 Diperbarui: 25 Januari 2021   04:52 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : www.alislam.org

Seorang ilmuwan terkemuka, Albert Einstein, pernah berkata, "Saya tidak tahu dengan senjata apa Perang Dunia III akan terjadi, namun pada Perang Dunia IV perang akan menggunakan tongkat dan batu." 

Ungkapan menohok ini telah menyadarkan beberapa kalangan termasuk di antaranya Kepala Staf Pertahanan Inggris, Jenderal Sir Nick Carter, di mana dalam program wawancaranya di Sky News beberapa waktu yang lalu, beliau memperingatkan masyarakat dunia tentang bahaya Perang Dunia ketiga setelah memperhatikan ragam ketegangan yang terus meningkat saat ini.

Jenderal Nick Carter tentu saja tidak sendirian dan juga bukan orang pertama yang mengingatkan bahaya perang dunia ketiga. Khalifah Ahmadiyah yang kelima, Hazrat Mirza Masroor Ahmad (aba), telah lama memperingatkan masalah ini, dan di awal tahun 2021 ini beliau kembali menegaskan bahwa jika para pemimpin dunia keliru dalam menangani berbagai krisis saat ini khususnya terkait dampak sistemik dari pandemi covid 19, maka ancaman perang dunia dapat terjadi.

Beliau kembali menghimbau para pemimpin dunia untuk menyadari dengan sepenuh hati bahwa krisis yang terjadi saat ini adalah peringatan dari Allah Swt., dan kita dituntut untuk kembali dan beribadah kepada Allah swt, berjuang menegakkan keadilan serta menerapkan kasih sayang di antara sesama.

Banyak studi dan kajian telah dilakukan terkait perang dan perdamaian, termasuk di antaranya kajian tentang bagaimana sebuah perang dunia dimulai, atau bagaimana perang dunia berakhir, dan hal-hal apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegahnya terjadi. Beberapa ahli menyatakan bahwa perang dunia ketiga dapat terjadi disebabkan oleh persaingan dan eksploitasi sumber daya antar negara, depresi ekonomi yang ditimbulkan oleh pandemic COVID-19, krisis pengungsi, ketidakadilan berdasarkan ras, dll.

Atas berbagai fakta yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir, Khalifah Ahmadiyah di berbagai tempat senantiasa mengingatkan hal ini. Misalnya pada bulan Mei 2013, Khalifah Ahmadiyah menyampaikan pidato bersejarah di Beverly Hills, California - Amerika Serikat, di mana beliau menyatakan keprihatinannya yang besar atas kemungkinan terjadinya perang dunia. Di depan para tamu yang hadir, Hazrat Khalifah ATBA mengingatkan bahwa "Bayangan gelap perang sedang melanda di sebagian besar dunia. Jika perang pecah maka banyak wanita yang tidak berdosa, anak-anak dan orang tua pun akan terdampak, dan kehancurannya akan lebih besar dari apa yang disaksikan pada dua Perang Dunia sebelumnya."

Beberapa kalangan menanggapi peringatan Khalifah Ahmadiyah ini dengan pesimis. Namun di sisi lain, banyak pihak justru mengakui resiko yang sangat nyata ini. Dalam sebuah artikel Bloomberg, Tyler Cowen, seorang profesor ekonomi di Universitas George Mason -- Amerika Serikat menyatakan keprihatinannya, bahwa perang nuklir sangat mungkin terjadi dengan dampak yang sangat menakutkan. Selain itu, Ketua Komite Hubungan Internasional Lord Howell menyatakan bahwa dunia saat ini sangat dekat dengan perlombaan senjata dan meningkatkan resiko penggunaan senjata nuklir.

Lebih lanjut dalam sebuah program wawancara dengan New York Times, Duta Besar Prancis untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Francois Delattre, menyatakan keprihatinannya karena dunia tumbuh ke arah yang lebih berbahaya dan tidak dapat diprediksi dari hari ke harinya.

Ahmadiyah dan Perannya

Faktanya, sejak Khalifah Ahmadiyah berbicara tentang masalah ini pada tahun 2013, setidaknya telah terjadi 38 perang, termasuk di antaranya pemberontakan di Irak, bentrokan di Myanmar dan perang di Yaman. Bahkan di tengah pandemi yang saat ini sedang terjadi, Armenia dan Azerbaijan terlibat dalam konflik atas wilayah sengketa Nagorno-Karabakh.

Dalam kesempatan pidato di Parlemen Belanda pada tahun 2015, Khalifah Ahmadiyah mengingatkan bahwa, "Hari ini, kami melihat banyak negara dunia pertama yang meningkatkan investasinya di negara-negara miskin dan negara berkembang. Sangat penting bagi mereka untuk bertindak dengan penuh berkeadilan dan berusaha untuk membantu negara-negara tersebut. Tidak hanya memanfaatkan sumber daya alam dan mendapatkan tenaga kerja murah demi keuntungan nasional dan keuntungan mereka sendiri."

Khalifah Ahmadiyah menegaskan bahwa "Sejarah telah menunjukkan, setiap kali hak orang lain dirampas secara tidak sah dan tidak adil maka konflik segera menyusul, dan ketidakadilan adalah pintu gerbang menuju konflik, terutama penindasan dan manipulasi yang dilakukan oleh negara-negara besar terhadap negara-negara kecil."

Pada tahun 2017 dalam kesempatan Peace Simposium di Inggris, Khalifah Ahmadiyah kembali mengingatkan, bahwa, "Ingatlah selalu, jika kita berusaha mengejar kepentingan pribadi dengan segala cara lalu hak orang lain terampas, maka hal ini dapat menyebabkan konflik, perang, dan kesengsaraan. Dan Kita semua harus merenungkan dan memahami jurang di mana kita berdiri. "

Khalifah Ahmadiyah pun menegaskan terkait konsekuensi melanggengkan kebencian antar agama, beliau menyampaikan bahwa: "Dunia sangat membutuhkan perdamaian dan keamanan. Ini adalah masalah yang mendesak di zaman kita. Semua bangsa harus bersatu demi kebaikan yang lebih besar dan berupaya untuk menghentikan semua bentuk kekejaman, penganiayaan dan ketidakadilan yang dilakukan atas nama agama atau dengan cara apa pun. Hal ini termasuk ejekan terhadap agama apa pun yang dapat memicu frustrasi dan kebencian, dan tentu saja mencakup aktivitas kebencian dari kelompok ekstremis yang secara keliru membenarkan tindakan jahat mereka atas nama agama."

Dalam pidatonya di Los Angeles di tahun 2013, Khalifah Ahmadiyah mengingatkan bahwa: "Kunci perdamaian adalah menghentikan kekejaman dan penindasan di mana pun hal itu terjadi melalui penegakkan keadilan dan kesetaraan. Jika prinsip ini diikuti barulah perdamaian global akan berkembang. Hal ini hanya akan terjadi ketika orang-orang di dunia mulai mengenali Pencipta mereka. Ini adalah harapan dan doa saya yang kuat agar seluruh dunia segera memahami kebutuhan zaman, sebelum terlambat."

Selain itu saat beliau berpidato di National Peace Symposium di Kanada, beliau menegaskan bahwa, "Semua orang sadar bahwa dunia sangat membutuhkan perdamaian dan harmoni, namun sayangnya banyak orang yang tidak mau mengambil langkah untuk mencapainya. Prioritas mereka justru di arahkan dalam upaya menegaskan dominasi dan supremasi atas negara lain dan memuaskan nafsu kekuasaan dan otoritas belaka."

Khalifah Ahmadiyah mengingatkan, "Jika kita benar-benar menginginkan perdamaian, maka kita harus bertindak dengan keadilan dan menghargai kesetaraan. Seperti yang disabdakan oleh Yang Mulia Nabi Muhammad s.a.w. bahwa kita harus mencintai orang lain sebagaimana kita mencintai diri sendiri. Bahkan kita harus menunaikan hak orang lain dengan penuh semangat sebagaimana kita menunaikan hak kita sendiri."

Khalifah Ahmadiyah pun mengingatkan para Ahmadi di berbagai belahan dunia untuk berperan secara aktif dalam mencegah bahaya perang dunia ini melalui beberapa cara, di antaranya melakukan reformasi diri, menegakkan keadilan, menyebarkan kasih sayang dan persaudaraan serta mengundang pihak lain bersatu padu di bawah bendera Rasulullah saw.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun